Kamis, 21 November 2019

PEMANENAN PADA BUDIDAYA IKAN BANDENG



Setelah melakukan pemeliharaan selama 4-6 bulan, atau setelah ukuran panen yang diinginkan/ukuran pasar tercapai, ikan dipanen.  Ukuran panen tersebut berkisar antara 150-300 gram per ekor.  Pengelolaan pemanenan bandeng pada dasarnya ditujukan untuk :
1.   Menangkap seluruh ikan dalam waktu yang relatif singkat
2.   Mendapatkan hasil panen dalam keadaan mati segar serta tidak banyak mengalami kerusakan fisik, seperti memar-memar, sisik lepas dan kotor/berlumpur.  Kesegaran ikan dapat dilihat dari penempilan ikan yang tidak terlalu jauh beda dri ikan yang masi hidup, serta badannya lemas tidak kaku. 
Untuk mencapai keadaan diatas ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan pemanenan ini, yakni menetapkan saat panen yang tepat, mempersiapkan bahan dan peralatan yang dibutuhkan, cara melaksanakan pemanenan dan menangani hasil panen yang baik.
Pertumbuhan ikan bandeng pada satu tempat bisa berbeda dengan tempat lain bergantung pada kesuburan tambaknya.  Oleh karena itu  saat panen yang tepat, sebaiknya ditetapkan setelah diketahui ukuran yang dikehendaki tercapai.  Untuk itu sebelumnya perlu dilakukan pemantauan pertumbuhan ikan bandeng dengan melakukan pengecekan ukuran/berat bandeng. Caranya adalah pada saat mendekati waktu panen, sejumlah ikan tertentu, misalnya 20 ekor, ditangkap dengan menggunakan jala atau jaring, di beberapa tempat.  Kemudian ditimbang dan dihitung berat rata-ratanya.  Jika berat rata-ratanya sudah sesuai dengan ukuran yang diinginkan maka pemanenan sudah bisa dilaksanakan, tetapi jika tidak maka masa pemeliharaan harus ditambah.
Waktu pelaksanaan panen bandeng yang tepat adalah pagi atau sore hari suhu air di dalam tambak rendah sehingga ikan bandeng tidak stress.   Sebelum pemanenan dijalankan terlebih dahulu disiapkan bahan dan alat yang dperlukan selama pemanenan dan selama penanganan hasil.  Cara pemanenan ada 2 macam yakni pemanenan penjarangan dan pemanenen total. 

Panen penjarangan diakukan ketika tambak masih ada air, sedangkan panen total dilakukan melalui pengurasan air tambak.  Peralatan yang digunakan adalah :
1.   Alat tangkap yaitu alat yang digunakan untuk menangkap ikan secara langsung.  Jenis alat antara lain serokan atau seser (scoopnet) jala dan jaring. Alat untuk menangkap udang liar adalah prayang (bubu)
2.   krey/wide, yakni alat bantu untuk menggiring bandeng agar berkumpul di satu tempat biasanya sekat pintu air
3.   Alat penampung sementara, yang juga digunakan untuk mengangkut hasil panen jarak dekat ke tempat penempungan akhir dan pengemasan, seperti box plastik, ember, baskom, atau drum plastik
4.   Timbangan untuk mengetahui hasil panen
5.   Bahan-bahan, seperti air untuk menghilangkan lumpur dari tubuh ikan, es untuk pengangkutan.

Pemanenan dilaksanakan sebagai berikut :
PEMANENAN PENJARANGAN
Pemanenan penjarangan pada dasarnya dilakukan dengan memanfaatkan sifat ikan bandeng yang cenderung melawan arus air.  Cara ini cocok jika tambak pemeliharaan bandeng dilengkapi dengan petak penangkapan (B) yang letaknya di belakang pintu air tambak pembesaran.
Pelaksanaan pemanenan dimulai dengan menurunkan permukaan air tambak beberapa puluh sentimeter dengan mengeluarkannya lewat pintu air tambak ketika air laut sedang surut.  Setelah penurunan air selesai, pintu air ditutup kembali.  Ketika ketinggian air mencapai puncak pasang, maka pintu air dibuka kembali dan saringan pintu air yang cukup kuat dan tinggi dipasang.  Karena adanya pemasukan air baru ini  bandeng terangsang untuk menyongsong air baru sehingga berkumpul di sekitar pintu air atau di dalam petak penangkapan.
Ketika ikan sudah memenuhi petak penangkapan, maka saringan pada pintu petak penangkapan dipasang, agar ikan tidak dapat masuk kembali ke dalam petak pembesaran.  Ikan-ikan yang bergerombol di petak penangkapan ini selanjutnya ditangkap menggunakan serokan, jala atau jaring secara berulang-ulang.  Segera ikan yang tertangkap dimasukkan ke dalam tempat penampungan sementara.
       Panen dilakukan untuk meringankan pekerjaan pada saat panen total, karena ikan yang dipanen berkurang.  Panen ini juga bermanfaat untuk mendapatkan hasil tangkap yang berkualitas baik, karena ditangkap dalam keadaan hidup, sehingga masa kesegaran ikan lama/tidak cepat busuk, bahkan bisa diupayakan hidup hingga di tangan konsumen.  Pemanenan penjarangan tidak biasa dilakukan jika ikan yang dipelihara tidak banyak atau hasil panen penjarangan terlalu sedikit, sehingga tanggung untuk diangkut atau dijual.

PEMANENAN TOTAL
       Pemanenan total dilakukan melalui pengeringan tambak dan penangkapan seluruh ikan yang ada.  Pelaksanaannya dimulai dengan pengeluaran air tambak, ketika air laut sedang surut,  hingga air tambak hanya tersisa pada saluran dasar.  Setelah itu pada caren di bagian ujung tambak di pasang sepasang wide atau krey.  Wide ini berfungsi untuk menggiring bandeng agar berkumpul dan terkonsentrasi pada areal tertentu, sehingga mudah ditangkap. Wide yang satu digerakkan ke arah kiri dan yang lainnnya ke arah kanan, semuanya mengarah ke tempat penangkapan, yaitu di bagian caren yang berada di depan pintu air.
       Selagi wide ini digerakkan ikan bandeng dan ikan rucah (terutama udang liar dan ikan-ikan yang lemah/mati) yang berkumpul sekitar wide sudah mulai ditangkap.  Alat yang digunakan berupa serokan, atau dengan tangan langsung.  Oleh karena itu harus ada orang yang bertugas menangkap ikan, selain yang menggerakkan wide.  Penangkapan yang lebih intensif dilakukan ketika kumpulan ikan sudah terkonsentrasi di sekitar pintu air.
       Ikan yang tertangkap dikumpulkan dalam satu tempat.  Ikan harus diupayakan agar segera mati, tidak membiarkannya melompat-lompat, agar fisik ikan tidak rusak dan kesegaran ikan lama.  Pada pemanenan total biasanya semua jenis ikan bercampur dan diseliputi lumpur.  Lumpur ini segera dibersihkan dan jenis ikan disortir.  Satu jenis ikan dikumpulkan terpisah dari jenis lainnya. 
       Kegiatan akhir dari pemanenan adalah mengecek hasil panen, yaitu dengan menimbang dan menghitung jumlah bandeng yang berhasil dipanen.  Dengan menggunakan data sewaktu kita menebar nener dan data sewaktu panen, kita bisa mengetahui berapa produksi, kelangsungan hidup dan  pertumbuhan ikan bandeng untuk tiap kali panen, yaitu :

Produksi kotor           =          Bt kg/musim
Produksi bersih         =          Bt – B0 kg/musim
Kelangsungan hidup = (N/N0 )x100%
Pertumbuhan            =  (Wt-W0)/t
Keterangan :
Bt   =  Berat total ikan saat panen (kg)
B0  =  Berat ikan saat tebar (Kg)
Nt  = Jumlah ikan yang dapat dipanen panen (ekor)
N0  =  Jumlah ikan saat tebar (ekor)
Wt = Berat rata-rata seekor ikan saat panen (gram)
W0 = berat rata-rata seekor ikan saat tebar (gram)
t  =  Lama pemeliharaan (hari)

SUMBER:
Alipuddin M., 2003.  Modul Pemanenan dan Pengangkutan Ikan Bandeng. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.
Ahmad, T dkk. 1998. Budidaya Bandeng Secara Intensif. Penebar Swadaya. Jakarta.
Balai Budidaya Air Payau, Jepara.  1984.  Pedoman Budidaya Tambak.  Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian.  Jepara.
Brackiswater Aquaculture Development and Training Project. 1980.  Fisheries Extension Officers Training Manual. FAO-UNDP-BFAR Rep. Philippines.  Quezon City. 
Soeseno,S. 1987. Budidaya ikan dan udang dalam tambak. PT Gramedia. Jakarta.

Diedit, disusun, serta dijadikan materi penyuluhan perikanan berbasis online
oleh Rahmah, SP (Penyuluh Perikanan Madya)


Selasa, 19 November 2019

PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA PEMBESARAN IKAN BANDENG


Setelah nener ditebar di dalam tambak, sewaktu-waktu bisa terjadi perubahan lingkungan yang mengarah kepada keadaan yang merugikan pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan.  Dalam pengelolaan kualitas air perlu dilakukan upaya-upaya untuk mengatasi masalah yang berhubungan dengan perubahan lingkungan tadi.


PENGANGKATAN LUMPUR
Pada penyiapan tambak yang kurang sempurna, terutama dasar tambak kurang kering, klekap yang tumbuh biasanya kurang kuat melekat di dasar tambak, akibatnya pada saat siang hari ketika dasar mengandung gelembung-gelembung oksigen hasil fotosintesa, klekap terangkat naik ke permukaan air.  Klekap selanjutnya terapung-apung mengikuti arah angin dan mengumpul di dalah satu sisi atau sudut tambak.  Pada sore dan malam hari kembali klekap turun ke dasar.
Timbunan klekap akan diikuti dengan kematian klekap.  Proses pembusukan klekap dapat menurunkan oksigen dan menghasilkan gas-das beracun pada malam hari.  Untuk mengatasi masalah ini maka pada bagian tambak di mana timbunan klekap ini berada dilakukan pengerukan (pengangkatan) lumpur.
Pengangkatan lumpur juga dilakukan pada tambak yang di sepanjang sisinya terdapat saluran dasar (caren).  Tujuan kegiatan adalah untuk memperdalam saluran dasar yang selama masa pemeliharaan ikan mengalami pendangkalan.  Lumpur yang diangkat selanjutnya disimpan di sepanjang lereng pematang atau di atas pematang.  Dengan demikian pengangkatan lumpur ini bisa berfungsi pula memperbaiki pematang yang longsor.  Kegiatan pengangkatan lumpur seperti ini dikenal sebagai keduk teplok.  

PERGANTIAN AIR
Pergantian air dilakukan untuk mengatasi penurunan beberapa parameter kualitas air sekaligus, yaitu:

-       Penurunan oksigen dan peningkatan NH3 yang diakibatkan penumpukan sampah (organik), seperti plankton yang mati saat terjadi peledakan populasi.  Pergantian air akan membuang air yang miskin oksigen dan kaya amoniak dan menggantinya dengan air yang kualitasnya lebih baik.
-       Peningkatan dan penurunan salinitas.  Pada saat panas air tambak menguap menyebabkan salinitas tambak meningkat.  Sebaliknya ketika hujan turun, air tawar masuk ke dalam tambak diikuti dengan penurunan salinitas. Perubahan salinitas yang terlampau tinggi dapat mengganggu pertumbuhan bandeng.  Melalui penggantian air ini salinitas dijaga agar stabil
-       pH  air rendah. pH rendah yang disebabkan tambak dibangun di lahan asam dapat dikurangi dengan mengganti air tambak dengan air laut yang pHnya lebih tinggi. 
Penggantian air pada budidaya bandeng secara ekstensif juga dimaksudkan untuk memasukkan benih udang.  Mengingat keberadaan udang, yang biasa dipanen secara berkala, sangat menunjang penghasilan tambak.
Untuk mengganti air terlebih dahulu perlu mengetahui pola pasang surut air.  Masa penggantian air yang paling baik adalah pada saat pasang purnama yang terjadi setiap 28 hari sekali.  Pada saat itu kisaran pasang surut paling tinggi, sehingga volume air yang berganti besar.
Ketika pasang sedang surut saringan dipasang dan pintu air dibuka, sehingga air tambak keluar.  Air dibiarkan keluar hingga kedalaman air tinggal setengahnya.  Sebaliknya ketika sedang pasang naik air dibiarkan masuk dan setelah puncak pasang tercapai segera pintu air ditutup kembali. Pergantian air ini dilakukan berkali-kali pada hari lainnya.  Masa pergantian air adalah 5 hari setiap bulannya.  
Selain untuk memperbaiki kualitas air, pergantian air pada budidaya bandeng ekstensif, juga dimaksudkan untuk memasukkan benih udang bersama-sama dengan aliran air masuk.
PEMUPUKAN ULANG
Pemupukan susulan dimaksudkan untuk meningkatkan kesuburan air.  Secara visual penurunan kesuburan dapat dilihat dari warna air yang semakin jernih dan hamparan klekap berkurang.  Secara laboratoris pemupukan ulang harus dilakukan ketika kandungan N dibawah 5 mg/L,  P dibawah  25  mg/L dan K di bawah 1 ppm.
Pupuk yang biasa digunakan adalah ammonium nitrat atau urea untuk unsur N, TSP untuk unsur P, dan KCl untuk unsur K, serta dedak sebagai pupuk organik.

PENGENDALIAN BIOTA
Biota lain yang ada di tambak adalah hama. Pada saat persiapan telah dilakukan upaya-upaya pemberantasan hama, pada saat berlangsungnya pemeliharaan kerap dijumpai pula yang hama yang masih terdapat di dalam air.  Hama ini umumnya berupa ikan ikutan, yakni ikan dan udang yang masuk ke dalam tambak bersamaan dengan masuknya air sungai.  Ketika masuk, ikan ini masih kecil, bahkan sebagian berupa telur, kemudian tumbuh dan akhirnya menjadi pesaing bandeng dalam mendapatkan makanan, bahkan bisa jadi predator.  Pesaing ikan bandeng antara lain adalah udang, ikan mujair, siput dan belanak, sedangkan yang bersifat predator adalah kakap
Penangkapan terhadap hama udang dilakukan dengan menggunakan bubu yang dinamakan prayang.  Alat ini dipasang pada sore hari.  Untuk merangsang agar udang masuk ke alam bubu, maka ke dalam alat ini dimasukkan umpan yang berupa pakan udang dan lentera.
Untuk memberantas mujair dapat menggunakan rotenon yang di lakukan selektif di daerah dimana ikan ini biasa memijah.  Daerah ini dibatasi dengan jaring.  Kemudian rotenon disebarkan.  Ikan bandeng yang terpengaruh segera tangkap dan pindahkan ke tempat yang airnya segar.  Ikan-ikan hama sebaiknya ditangkapi selagi mabuk.  Penangkapan udang bermanfaat ganda.  Di satu pihak mengurangi pesaing makanan, tetapi di lain pihak dapat menambah penghasilan tambak, mengingat harganya cukup mahal.
PARAMETER FISIK AIR:
Salinitas
Salinitas atau kadar garam adalah konsentrasi dari total ion yang terdapat di perairan dan menggambarkan padatan total di air setelah semua karbonat dikonversi menjadi oksida, bromida dan iodida dikonversi menjadi klorida dan semua bahan organik telah dioksidasi. Salinitas ini dinyatakan dalam satuan gram/kg air atau permil (0/00).
Nilai salinitas sangat menentukan jenis perairan tersebut, di alam dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
1.   Perairan tawar, salinitas £ 0,50/00
2.   Perairan payau, salinitas >0,50/00 - 300/00
3.   Perairan laut, salinitas >300/00
Pada perairan payau dapat dikelompokkan lagi berdasarkan kisaran salinitas yang ada yaitu:
1.   Oligohalin, salinitas 0,50/00 - 3,00/00
2.   Mesohalin, salinitas>3,00/00 - 160/00
3.   Polyhalin, salinitas >16,00/00 - 300/00
Ikan bandeng sebagai ikan air laut dapat hidup  pada perairan yang mempunyai kisaran salinitas cukup lebar dan karena itu disebut urihalin (euryhaline).
Tetapi untuk  tumbuh dan berkembang secara optimal ikan bandeng membutuhkan salinitas sekitar 120/00 – 20 0/00. Dengan salinitas yang optimal, energi yang digunakan untuk mengatur keseimbangan osmotik dan penyesuaian  kepekatan cairan tubuh dengan air tambak cukup rendah sehingga sebagian besar energi asal makanan dapat digunakan untuk pertumbuhan.
Perubahan salinitas bisa terjadi sewaktu-waktu.  Ketika hujan lebat air tawar masuk ke dalam tambak.  Keadaan ini dapat menyebabkan penurunan salinitas.  Peningkatan salinitas terjadi dikala musim kemarau, pada saat penguapan air tinggi dan pergantian air terbatas.
Untuk memantau salinitas air tambak harus selalu dilakukan pengukuran. Alat yang digunakan untuk mengukur salinitas disebut dengan salinometer.

Suhu air
Suhu air sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan pertumbuhan organisme di dalam air, termasuk ikan. 

Secara umum peningkatan suhu hingga nilai tertentu diikuti dengan peningkatan pertumbuhan ikan.  Di atas nilai tersebut  pertumbuhan mulai terganggu, bahkan pada suhu tertentu ikan mati.
Suhu ini berkaitan dengan kelarutan gas di dalam air, khususnya oksigen. Pada keadaan  suhu air di dalam tambak tinggi maka kelarutan oksigen terlarut akan rendah.  Sebaliknya,  proses metabolisme organisme malah semakin cepat, yang berarti memerlukan oksigen makin tinggi.  Kisaran suhu yang optimal bagi ikan bandeng adalah 280C-300C.  Alat yang digunakan untuk mengukur suhu air adalah termometer.

Kecerahan
Kecerahan air tambak sangat bergantung kepada banyak sedikitnya partikel (anorganik)  tersuspensi atau kekeruhan dan kepadatan fitoplankton. Kecerahan menggambarkan transparansi perairan, dapat diukur dengan alat secchi disk. Nilai kecerahan (yang satuannya meter) sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran. serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran. Pengukuran kecerahan sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah.
Warna air di dalam tambak mempengaruhi kecerahan, warna air ini diakibatkan oleh adanya plankton di air tambak. Zat bewarna yang terlarut pun dapat mempengaruhi kecerahan.
Nilai kecerahan yang baik untuk pertumbuhan ikan bandeng  di tambak pembesaran berkisar antara 25 cm-35 cm.

PARAMETER BIOLOGI:
Pemantauan parameter biologi air di dalam tambak ditujukan untuk mengetahui kepadatan pakan alami, pesaing dan predator ikan bandeng yang ada di dalam perairan tambak.  Pada budidaya bandeng secara ekstensif pakan utama bandeng adalah klekap dan plankton.  Selain itu ada pula lumut yang dimanfaatkan oleh bandeng ukuran di atas sejari
Klekap adalah kumpulan jasad renik  yang tumbuh di permukaan dasar tambak, diantaranya terdiri atas alga biru benthos, diatom, bakteri dan jasad renik hewani. Keberadaan klekap di tambak dapat dilihat dangan adanya lapisan menyerupai beludru di pelataran tambak.  Klekap tumbuh baik pada tambak yang dangkal.
Komposisi utama lumut yang tumbuh di tambak adalah ganggang hijau berfilamen, umumnya terdiri dari lumut sutera (Chaetomorpha) dan lumut perut ayam (Enteromorpha).  Keberadaan lumut diperlukan bagi ikan bandeng ukuran sejari ke atas (di atas gelondongan), tetapi bagi nener dihindari karena dapat menjerat nener.
Plankton adalah jasad renik yang melayang di dalam kolom air mengikuti gerakan air.  Plankton dapat dikelompokkan menjadi  dua macam yaitu :
1.   fitoplankton, jasad nabati yang dapat melakukan fotosintesis karena mengandung klorofil; terdiri dari satu sel atau banyak sel.
2.   zooplankton, jasad hewani yang tidak dapat melakukan fotosintesis; zoo-plankton memakan fitoplankton
     Baik buruknya pertumbuhan jasat fito di dalam tambak pembesaran ditentukan oleh baik buruknya persiapan tambak. Adanya pemupukan tanah dasar akan menyebabkan dasar subur sehingga tanaman air khususnya alga biru dapat tumbuh dengan baik. Kesuburan akan menurun seiring dengan perjalanan waktu karena semakin terpakainya zat hara yang dimasukkan pada awal (persiapan) pemeliharaan. Oleh karena itu kesuburan  air tambak ini sebaiknya dipantau pula agar dapat diketahui kapan waktu yang tepat untuk dilakukan pemupukan ulang.             
Untuk mengetahui jenis alga yang tumbuh di tambak dengan mudah, dapat dipedomani warna air yaitu :
1.   Warna hijau kebiruan menandakan bahwa, di dalam tambak banyak tumbuh alga biru (ganggang biru mengandung klorofil dan fikosantin)
2.   Warna hijau rumput menandakan bahwa di dalam tambak banyak tumbuh alga hijau (alga hijau mengandung klorofil).
3.   Warna coklat menandakan bahwa di dalam tambak banyak tumbuh diatom yang mengandung unsur silikat.
Tingkat kepadatan plankton dapat dilihat dari kecerahan air menggunakan pinggan secchi  (secchi disk).  Jika kecerahan bernilai di atas 35 cm, pertumbuhan plankton buruk, artinya kesuburan tambak harus ditingkatkan lewat pemupukan ulang.  Sebaliknya jika nilainya di bawah 25 cm populasi plankton terlalu padat dan ini berbahaya bagi kehidupan bandeng dan udang.  Dengan demikian kecerahan yang baik berkisar 25-35 cm.  Plankton tumbuh dominan pada tambak yang dalam (kedalaman air di atas 50 cm). Selain organisma pakan ikan, hama pun dapat tumbuh sejalan dengan bertambahnya masa pemeliharaan bandeng.  Hama antara lain ikan, siput dan kepiting. umumnya hama masuk ke dalam tambak bersamaan dengan masuknya air dari sungai.
SUMBER:
Alipuddin M., 2003.  Modul Pengelolaan Kualitas  Air Tambak pada Pembesaran Ikan Bandeng. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.
Kordi K., G.H. 1997. Budi daya kepiting dan ikan bandeng di tambak sistem polikultur. Dahara Prize, Jakarta
Martosudarmo, B. dan B. S. Ranoemihardjo. 1992. Rekayasa Tambak. Penebar Swadaya, Jakarta.
Murtidjo, B.A. 1989.  Tambak air payau: budidaya udang dan bandeng. Kanisius, Yogyakarta.
Soeseno, S. 1987. Budidaya ikan dan udang dalam tambak. PT.Gramedia. Jakarta.

Diedit, disusun, serta dijadikan materi penyuluhan perikanan berbasis online
oleh Rahmah, SP (Penyuluh Perikanan Madya)


Selasa, 05 November 2019

PEMILIHAN LOKASI PADA BUDIDAYA BANDENG


Pemilihan lokasi tambak merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan budi daya. Seperti diketahui bahwa bandeng merupakan jenis ikan yang mempunyai sifat euryhaline, yaitu mampu hidup di perairan yang mempunyai kisaran kadar garam (salinitas) tinggi, atau mampu hidup di air laut, payau, bahkan perairan tawar. Pada umumnya, budi daya bandeng hanya dilakukan di tambaktambak yang lokasinya berada di pinggir laut atau daerah bakau. Akan tetapi, lokasi tersebut tidak boleh sembarangan dipilih hanya karena berada di pinggir laut. Dalam memilih lokasi budi daya bandeng, hal yang menjadi pertimbangan utama adalah pemanfaatan sumber daya alam secara maksimal untuk mendapatkan biaya produksi yang minimal.
Tambak merupakan salah satu wadah yang dapat digunakan untuk membudidayakan ikan air payau atau laut. Letak tambak biasanya berada di sepanjang pantai dan mempunyai luas berkisar antara 0,3 – 2 ha.  Luas petak tambak sangat bergantung kepada sistem budidaya yang diterapkan.
        Bentuk dan konstruksi tambak bandeng relatif sama dengan kolam di air tawar. Perbedaan keduanya adalah jenis air yang digunakan, yaitu kolam menggunakan air tawar sedangkan tambak menggunakan air payau atau laut.
Beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam menentukan lokasi tambak yang akan digunakan untuk budidaya ikan bandeng, antara lain :

ASPEK TEKNIS
Secara teknis lokasi tambak yang baik dan benar sangat berpengaruh terhadap konstruksi tambak yang akan dibangun serta biaya operasional pemeliharaan tambak. Faktor teknis yang harus diperhatikan antara lain adalah :
1. Elevasi
Elevasi merupakan ketinggian tempat/lokasi tambak terhadap permukaan laut. Hal ini dapat diketahui dengan memantau gerakan air pasang dan air surut. Air pasang atau air laut naik terjadi pada saat bulan berada dekat sekali dengan bumi dan waktu bumi serta bulan berputar, bergerak mengarungi angkasa dan terjadi daya tarik terhadap lautan. Air surut atau air laut turun terjadi pada saat bumi menjauhi bulan.
Bagi petambak yang akan membudidayakan ikan bandeng harus mengetahui kapan terjadinya pasang tertinggi dan pasang  terendah, hal ini untuk mengetahui cocok tidaknya lokasi tersebut untuk dibuat menjadi tambak. Lokasi tambak yang baik bila lokasi tersebut terletak diantara pasang tertinggi dan pasang terendah.

2. Jenis Tanah
Tambak pada umumnya dibuat secara alami artinya tidak dilapisi dengan tembok, sehingga jenis tanah sangat menentukan dalam memilih lokasi tambak yang baik. Jenis tanah yang dipilih harus dapat menyimpan air atau kedap air sehingga tambak yang akan dibuat tidak bocor.


Jenis tanah yang baik untuk membuat tambak adalah campuran tanah liat dan endapan lempung yang mengandung bahan organik. Tanah liat berlempung tersebut dikenal dengan silty loam. Untuk mengetahui jenis tanah ini dapat diketahui dengan menggunakan alat ukur atau secara manual.  Tanah yang mengandung liat tinggi akan dapat dipilin mamanjang.  Namun, tanah yang mengandung debu atau pasir tinggi hanya akan mengahasilkan pilinan tanah yang pendek saja.
Jenis tanah liat saja kurang baik untuk dijadikan lokasi tambak, karena jenis tanah ini bersifat kaku kalau kering dan lekat/lengket kalau becek dan menjadi lembek kalau diairi. Oleh karena itu jika tanah liat ini  bercampur dengan tanah dan endapan maka kekakuannya akan berkurang dan kemampuan memegang airnya lebih besar.

3. Kualitas Air
     Kualitas air atau mutu air yang akan digunakan untuk memelihara ikan bandeng di tambak harus diperhatikan. Dengan kualitas air yang baik, maka ikan bandeng akan tumbuh  dan berkembang dengan baik. Parameter kualitas air yang baik untuk membudidayakan ikan bandeng seperti tertera pada tabel berikut.
Kualitas air yang layak untuk budidaya ikan bandeng:
No.
Parameter
Kisaran Nilai
1
Suhu air
28 – 30 0C
2
Kecerahan
> 25 cm
3
Salinitas
12 – 20 ppt
4
Oksigen terlarut
> 5  mg/liter
5
pH 
6,5 – 9
6
Amonia
< 0,3 mg/liter

1) Posisi lahan tambak terletak di antara pasang surut air laut. Hal ini dimaksudkan agar kebutuhan dan pengaturan keluar-masuknya air tambak dapat dilakukan secara alami dengan adanya pasang surut air laut tanpa menggunakan bantuan pompa. Setidaknya, tambak dapat diisi air secara alami hingga kedalaman air di tambak sekitar 40 cm.
2) Dekat dengan sumber air, baik dari muara, sungai, maupun langsung dari laut. Hal itu dimaksudkan agar tambak mudah mendapatkan air, baik langsung maupun melalui saluran air.
3) Tidak terletak di daerah dengan curah hujan tinggi (bebas banjir) ataupun daerah dengan musim kemarau panjang. Hal itu dimaksudkan agar air tambak tidak mengalami fluktuasi salinitas terlalu besar. Penurunan salinitas yang tajam bisa terjadi pada saat musim hujan, terutama jika banjir. Peningkatan salinitas bisa terjadi akibat penguapan dan kemarau panjang. Walaupun bandeng mampu hidup pada kisaran salinitas tinggi, tetapi kestabilan salinitas perlu dijaga agar bandeng dapat tumbuh secara optimal.
4) Tanah tambak tidak mudah bocor (porous) sehingga tambak mampu mempertahankan air selama dibutuhkan. Tanah yang baik untuk tambak adalah yang bertekstur liat atau liat berpasir. Hal itu dimaksudkan agar tambak tidak mudah bocor dan mudah untuk menumbuhkan pakan alami (kelekap).


ASPEK NON TEKNIS
Dalam memilih lokasi tambak perlu diperhatikan juga aspek non teknis, misalnya aspek sosial ekonomis. Hal ini karena dalam membudidayakan ikan bandeng ditambak secara komersil dibutuhkan dana investasi yang tidak sedikit. Oleh karena itu lokasi tambak yang dipilih sebaiknya tidak terlalu jauh dari sumber pakan, benih, sarana produksi dan daerah pemasaran. Selain itu lokasi tambak sebaiknya mempunyai sarana dan prasarana transportasi/komunikasi, serta keamanan yang memadai. Selain itu, status lahan juga harus dipertimbangkan kejelasannya.

SUMBER:
Alipuddin M., 2003.  Modul Penyiapan Tambak Pembesaran Ikan Bandeng. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.
Idel, A. dan S. Wibowo. 1996. Budidaya Tambak Bandeng Modern. Gitamedia Press.  Surabaya
Martosudarmo, B. dan B. S. Ranoemihardjo. 1992. Rekayasa Tambak. Penebar Swadaya, Jakarta.
Soeseno, S, 1987. Budidaya Ikan dan Udang dalam Tambak. PT. Gramedia. Jakarta.

Diedit, disusun, serta dijadikan materi penyuluhan perikanan berbasis online
oleh Rahmah, SP (Penyuluh Perikanan Madya)