Setelah
nener ditebar di dalam tambak, sewaktu-waktu bisa terjadi perubahan lingkungan
yang mengarah kepada keadaan yang merugikan pertumbuhan dan kelangsungan hidup
ikan. Dalam pengelolaan kualitas air
perlu dilakukan upaya-upaya untuk mengatasi masalah yang berhubungan dengan
perubahan lingkungan tadi.
PENGANGKATAN LUMPUR
Pada
penyiapan tambak yang kurang sempurna, terutama dasar tambak kurang kering,
klekap yang tumbuh biasanya kurang kuat melekat di dasar tambak, akibatnya pada
saat siang hari ketika dasar mengandung gelembung-gelembung oksigen hasil
fotosintesa, klekap terangkat naik ke permukaan air. Klekap selanjutnya terapung-apung mengikuti
arah angin dan mengumpul di dalah satu sisi atau sudut tambak. Pada sore dan malam hari kembali klekap turun
ke dasar.
Timbunan
klekap akan diikuti dengan kematian klekap.
Proses pembusukan klekap dapat menurunkan oksigen dan menghasilkan
gas-das beracun pada malam hari. Untuk
mengatasi masalah ini maka pada bagian tambak di mana timbunan klekap ini
berada dilakukan pengerukan (pengangkatan) lumpur.
Pengangkatan
lumpur juga dilakukan pada tambak yang di sepanjang sisinya terdapat saluran
dasar (caren). Tujuan kegiatan adalah
untuk memperdalam saluran dasar yang selama masa pemeliharaan ikan mengalami
pendangkalan. Lumpur yang diangkat
selanjutnya disimpan di sepanjang lereng pematang atau di atas pematang. Dengan demikian pengangkatan lumpur ini bisa
berfungsi pula memperbaiki pematang yang longsor. Kegiatan pengangkatan lumpur seperti ini
dikenal sebagai keduk teplok.
PERGANTIAN AIR
Pergantian
air dilakukan untuk mengatasi penurunan beberapa parameter kualitas air
sekaligus, yaitu:
-
Penurunan oksigen dan peningkatan NH3 yang
diakibatkan penumpukan sampah (organik), seperti plankton yang mati saat
terjadi peledakan populasi. Pergantian
air akan membuang air yang miskin oksigen dan kaya amoniak dan menggantinya
dengan air yang kualitasnya lebih baik.
-
Peningkatan dan penurunan salinitas. Pada saat panas air tambak menguap
menyebabkan salinitas tambak meningkat.
Sebaliknya ketika hujan turun, air tawar masuk ke dalam tambak diikuti
dengan penurunan salinitas. Perubahan salinitas yang terlampau tinggi dapat
mengganggu pertumbuhan bandeng. Melalui
penggantian air ini salinitas dijaga agar stabil
-
pH air rendah. pH
rendah yang disebabkan tambak dibangun di lahan asam dapat dikurangi dengan
mengganti air tambak dengan air laut yang pHnya lebih tinggi.
Penggantian
air pada budidaya bandeng secara ekstensif juga dimaksudkan untuk memasukkan
benih udang. Mengingat keberadaan udang,
yang biasa dipanen secara berkala, sangat menunjang penghasilan tambak.
Untuk
mengganti air terlebih dahulu perlu mengetahui pola pasang surut air. Masa penggantian air yang paling baik adalah
pada saat pasang purnama yang terjadi setiap 28 hari sekali. Pada saat itu kisaran pasang surut paling
tinggi, sehingga volume air yang berganti besar.
Ketika
pasang sedang surut saringan dipasang dan pintu air dibuka, sehingga air tambak
keluar. Air dibiarkan keluar hingga
kedalaman air tinggal setengahnya.
Sebaliknya ketika sedang pasang naik air dibiarkan masuk dan setelah
puncak pasang tercapai segera pintu air ditutup kembali. Pergantian air ini
dilakukan berkali-kali pada hari lainnya.
Masa pergantian air adalah 5 hari setiap bulannya.
Selain
untuk memperbaiki kualitas air, pergantian air pada budidaya bandeng ekstensif,
juga dimaksudkan untuk memasukkan benih udang bersama-sama dengan aliran air masuk.
PEMUPUKAN ULANG
Pemupukan
susulan dimaksudkan untuk meningkatkan kesuburan air. Secara visual penurunan kesuburan dapat
dilihat dari warna air yang semakin jernih dan hamparan klekap berkurang. Secara laboratoris pemupukan ulang harus
dilakukan ketika kandungan N dibawah 5 mg/L,
P dibawah 25 mg/L dan K di bawah 1 ppm.
Pupuk
yang biasa digunakan adalah ammonium nitrat atau urea untuk unsur N, TSP untuk
unsur P, dan KCl untuk unsur K, serta dedak sebagai pupuk organik.
PENGENDALIAN BIOTA
Biota
lain yang ada di tambak adalah hama. Pada saat persiapan telah dilakukan
upaya-upaya pemberantasan hama, pada saat berlangsungnya pemeliharaan kerap
dijumpai pula yang hama yang masih terdapat di dalam air. Hama ini umumnya berupa ikan ikutan, yakni
ikan dan udang yang masuk ke dalam tambak bersamaan dengan masuknya air
sungai. Ketika masuk, ikan ini masih
kecil, bahkan sebagian berupa telur, kemudian tumbuh dan akhirnya menjadi
pesaing bandeng dalam mendapatkan makanan, bahkan bisa jadi predator. Pesaing ikan bandeng antara lain adalah
udang, ikan mujair, siput dan belanak, sedangkan yang bersifat predator adalah
kakap
Penangkapan
terhadap hama udang dilakukan dengan menggunakan bubu yang dinamakan
prayang. Alat ini dipasang pada sore
hari. Untuk merangsang agar udang masuk
ke alam bubu, maka ke dalam alat ini dimasukkan umpan yang berupa pakan udang
dan lentera.
Untuk
memberantas mujair dapat menggunakan rotenon yang di lakukan selektif di daerah
dimana ikan ini biasa memijah. Daerah
ini dibatasi dengan jaring. Kemudian
rotenon disebarkan. Ikan bandeng yang
terpengaruh segera tangkap dan pindahkan ke tempat yang airnya segar. Ikan-ikan hama sebaiknya ditangkapi selagi
mabuk. Penangkapan udang bermanfaat
ganda. Di satu pihak mengurangi pesaing
makanan, tetapi di lain pihak dapat menambah penghasilan tambak, mengingat
harganya cukup mahal.
PARAMETER FISIK AIR:
Salinitas
Salinitas atau kadar garam adalah konsentrasi dari total
ion yang terdapat di perairan dan menggambarkan padatan total di air setelah
semua karbonat dikonversi menjadi oksida, bromida dan iodida dikonversi menjadi
klorida dan semua bahan organik telah dioksidasi. Salinitas ini dinyatakan
dalam satuan gram/kg air atau permil (0/00).
Nilai salinitas sangat menentukan jenis perairan
tersebut, di alam dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
1. Perairan tawar, salinitas £ 0,50/00
2. Perairan payau, salinitas >0,50/00
- 300/00
3. Perairan laut, salinitas >300/00
Pada
perairan payau dapat
dikelompokkan lagi berdasarkan kisaran
salinitas yang ada yaitu:
1. Oligohalin, salinitas 0,50/00 - 3,00/00
2. Mesohalin, salinitas>3,00/00 - 160/00
3. Polyhalin, salinitas >16,00/00 - 300/00
Ikan
bandeng sebagai ikan air laut dapat hidup
pada perairan yang mempunyai kisaran salinitas cukup lebar dan karena itu
disebut urihalin (euryhaline).
Tetapi
untuk tumbuh dan berkembang secara
optimal ikan bandeng membutuhkan salinitas sekitar 120/00
– 20 0/00. Dengan salinitas yang optimal, energi yang
digunakan untuk mengatur keseimbangan osmotik dan penyesuaian kepekatan cairan tubuh dengan air tambak
cukup rendah sehingga sebagian besar energi asal makanan dapat digunakan untuk
pertumbuhan.
Perubahan
salinitas bisa terjadi sewaktu-waktu.
Ketika hujan lebat air tawar masuk ke dalam tambak. Keadaan ini dapat menyebabkan penurunan
salinitas. Peningkatan salinitas terjadi
dikala musim kemarau, pada saat penguapan air tinggi dan pergantian air
terbatas.
Untuk
memantau salinitas air tambak harus selalu dilakukan pengukuran. Alat yang
digunakan untuk mengukur salinitas disebut dengan salinometer.
Suhu air
Suhu air sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan
pertumbuhan organisme di dalam air, termasuk ikan.
Secara umum peningkatan suhu hingga nilai tertentu
diikuti dengan peningkatan pertumbuhan ikan.
Di atas nilai tersebut
pertumbuhan mulai terganggu, bahkan pada suhu tertentu ikan mati.
Suhu ini berkaitan dengan kelarutan gas di dalam air,
khususnya oksigen. Pada keadaan suhu air
di dalam tambak tinggi maka kelarutan oksigen terlarut akan rendah. Sebaliknya,
proses metabolisme organisme malah semakin cepat, yang berarti
memerlukan oksigen makin tinggi. Kisaran
suhu yang optimal bagi ikan bandeng adalah 280C-300C. Alat yang digunakan untuk mengukur suhu air
adalah termometer.
Kecerahan
Kecerahan air tambak sangat bergantung kepada banyak
sedikitnya partikel (anorganik)
tersuspensi atau kekeruhan dan kepadatan fitoplankton. Kecerahan
menggambarkan transparansi perairan, dapat diukur dengan alat secchi disk. Nilai kecerahan (yang
satuannya meter) sangat dipengaruhi
oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran. serta ketelitian orang yang melakukan
pengukuran. Pengukuran kecerahan sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah.
Warna air di dalam tambak mempengaruhi kecerahan, warna
air ini diakibatkan oleh adanya plankton di air tambak. Zat bewarna yang
terlarut pun dapat mempengaruhi kecerahan.
Nilai kecerahan yang baik untuk pertumbuhan ikan
bandeng di tambak pembesaran berkisar
antara 25 cm-35 cm.
PARAMETER BIOLOGI:
Pemantauan
parameter biologi air di dalam tambak ditujukan untuk mengetahui kepadatan
pakan alami, pesaing dan predator ikan bandeng yang ada di dalam perairan tambak.
Pada budidaya bandeng secara ekstensif pakan utama bandeng adalah klekap
dan plankton. Selain itu ada pula lumut
yang dimanfaatkan oleh bandeng ukuran di atas sejari
Klekap adalah kumpulan jasad renik yang tumbuh di permukaan dasar tambak,
diantaranya terdiri atas alga biru benthos, diatom, bakteri dan jasad renik
hewani. Keberadaan klekap di tambak dapat dilihat dangan adanya lapisan
menyerupai beludru di pelataran tambak.
Klekap tumbuh baik pada tambak yang dangkal.
Komposisi
utama lumut yang tumbuh di tambak adalah
ganggang hijau berfilamen, umumnya terdiri dari lumut sutera (Chaetomorpha) dan lumut perut ayam (Enteromorpha). Keberadaan lumut diperlukan bagi ikan bandeng
ukuran sejari ke atas (di atas gelondongan), tetapi bagi nener dihindari karena
dapat menjerat nener.
Plankton
adalah jasad renik yang melayang di dalam kolom air mengikuti gerakan air. Plankton dapat dikelompokkan
menjadi dua macam yaitu :
1. fitoplankton, jasad nabati yang dapat melakukan
fotosintesis karena mengandung klorofil; terdiri dari satu sel atau banyak sel.
2. zooplankton, jasad hewani yang tidak dapat melakukan
fotosintesis; zoo-plankton memakan fitoplankton
Baik
buruknya pertumbuhan jasat fito di dalam tambak pembesaran ditentukan oleh baik
buruknya persiapan tambak. Adanya pemupukan tanah dasar akan menyebabkan dasar
subur sehingga tanaman air khususnya alga biru dapat tumbuh dengan baik.
Kesuburan akan menurun seiring dengan perjalanan waktu karena semakin
terpakainya zat hara yang dimasukkan pada awal (persiapan) pemeliharaan. Oleh
karena itu kesuburan air tambak ini
sebaiknya dipantau pula agar dapat diketahui kapan waktu yang tepat untuk
dilakukan pemupukan ulang.
Untuk
mengetahui jenis alga yang tumbuh di tambak dengan mudah, dapat dipedomani
warna air yaitu :
1.
Warna hijau kebiruan menandakan bahwa,
di dalam tambak banyak tumbuh alga biru (ganggang biru mengandung klorofil dan
fikosantin)
2.
Warna hijau rumput menandakan bahwa di
dalam tambak banyak tumbuh alga hijau (alga hijau mengandung klorofil).
3.
Warna coklat menandakan bahwa di dalam
tambak banyak tumbuh diatom yang mengandung unsur silikat.
Tingkat kepadatan plankton dapat dilihat dari kecerahan
air menggunakan pinggan secchi (secchi
disk). Jika kecerahan bernilai di
atas 35 cm, pertumbuhan plankton buruk, artinya kesuburan tambak harus
ditingkatkan lewat pemupukan ulang.
Sebaliknya jika nilainya di bawah 25 cm populasi plankton terlalu padat
dan ini berbahaya bagi kehidupan bandeng dan udang. Dengan demikian kecerahan yang baik berkisar
25-35 cm. Plankton tumbuh dominan pada tambak
yang dalam (kedalaman air di atas 50 cm). Selain organisma pakan ikan, hama pun dapat tumbuh
sejalan dengan bertambahnya masa pemeliharaan bandeng. Hama antara lain ikan, siput dan kepiting.
umumnya hama masuk ke dalam tambak bersamaan dengan masuknya air dari sungai.
SUMBER:
Alipuddin M.,
2003. Modul Pengelolaan Kualitas Air Tambak pada Pembesaran Ikan Bandeng.
Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah, Jakarta.
Kordi K., G.H.
1997. Budi daya kepiting dan ikan bandeng di tambak sistem polikultur. Dahara
Prize, Jakarta
Martosudarmo, B.
dan B. S. Ranoemihardjo. 1992. Rekayasa Tambak. Penebar Swadaya, Jakarta.
Murtidjo, B.A.
1989. Tambak air payau: budidaya udang
dan bandeng. Kanisius, Yogyakarta.
Soeseno, S. 1987. Budidaya ikan dan udang dalam
tambak. PT.Gramedia. Jakarta.
Diedit,
disusun, serta dijadikan materi penyuluhan perikanan berbasis online
oleh
Rahmah, SP (Penyuluh Perikanan Madya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar