Pemilihan lokasi tambak merupakan salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan budi daya. Seperti diketahui bahwa bandeng merupakan jenis ikan
yang mempunyai sifat euryhaline, yaitu mampu hidup di perairan yang mempunyai
kisaran kadar garam (salinitas) tinggi, atau mampu hidup di air laut, payau,
bahkan perairan tawar. Pada umumnya, budi daya bandeng hanya dilakukan di
tambaktambak yang lokasinya berada di pinggir laut atau daerah bakau. Akan
tetapi, lokasi tersebut tidak boleh sembarangan dipilih hanya karena berada di
pinggir laut. Dalam memilih lokasi budi daya bandeng, hal yang menjadi
pertimbangan utama adalah pemanfaatan sumber daya alam secara maksimal untuk
mendapatkan biaya produksi yang minimal.
Tambak merupakan salah satu wadah yang dapat digunakan untuk membudidayakan
ikan air payau atau laut. Letak tambak biasanya berada di sepanjang pantai dan mempunyai
luas berkisar antara 0,3 – 2 ha. Luas
petak tambak sangat bergantung kepada sistem budidaya yang diterapkan.
Bentuk dan konstruksi tambak
bandeng relatif sama dengan kolam di air tawar. Perbedaan keduanya adalah jenis
air yang digunakan, yaitu kolam menggunakan air tawar sedangkan tambak
menggunakan air payau atau laut.
Beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam menentukan lokasi tambak yang
akan digunakan untuk budidaya ikan bandeng, antara lain :
ASPEK TEKNIS
Secara teknis lokasi tambak yang baik dan benar
sangat berpengaruh terhadap konstruksi tambak yang akan dibangun
serta biaya operasional pemeliharaan tambak. Faktor teknis yang harus
diperhatikan antara lain adalah :
1. Elevasi
Elevasi merupakan
ketinggian tempat/lokasi tambak terhadap permukaan laut. Hal ini dapat
diketahui dengan memantau gerakan air pasang dan air surut. Air pasang atau air
laut naik terjadi pada saat bulan berada dekat sekali dengan bumi dan waktu
bumi serta bulan berputar, bergerak mengarungi angkasa dan terjadi daya tarik
terhadap lautan. Air surut atau air laut turun terjadi pada saat bumi menjauhi
bulan.
Bagi petambak yang
akan membudidayakan ikan bandeng harus mengetahui kapan terjadinya pasang
tertinggi dan pasang terendah, hal ini
untuk mengetahui cocok tidaknya lokasi tersebut untuk dibuat menjadi tambak.
Lokasi tambak yang baik bila lokasi tersebut terletak diantara pasang tertinggi
dan pasang terendah.
2. Jenis Tanah
Tambak pada
umumnya dibuat secara alami artinya tidak dilapisi dengan tembok, sehingga
jenis tanah sangat menentukan dalam memilih lokasi tambak yang baik. Jenis
tanah yang dipilih harus dapat menyimpan air atau kedap air sehingga tambak
yang akan dibuat tidak bocor.
Jenis tanah yang
baik untuk membuat tambak adalah campuran tanah liat dan endapan lempung yang
mengandung bahan organik. Tanah liat berlempung tersebut dikenal dengan silty
loam. Untuk mengetahui jenis tanah ini dapat diketahui dengan menggunakan alat
ukur atau secara manual. Tanah yang
mengandung liat tinggi akan dapat dipilin mamanjang. Namun, tanah yang mengandung debu atau pasir
tinggi hanya akan mengahasilkan pilinan tanah yang pendek saja.
Jenis tanah liat
saja kurang baik untuk dijadikan lokasi tambak, karena jenis tanah ini bersifat
kaku kalau kering dan lekat/lengket kalau becek dan menjadi lembek kalau
diairi. Oleh karena itu jika tanah liat ini
bercampur dengan tanah dan endapan maka kekakuannya akan berkurang dan kemampuan
memegang airnya lebih besar.
3. Kualitas Air
Kualitas air atau
mutu air yang akan digunakan untuk memelihara ikan bandeng di tambak harus
diperhatikan. Dengan kualitas air yang baik, maka ikan bandeng akan tumbuh dan berkembang dengan baik. Parameter
kualitas air yang baik untuk membudidayakan ikan bandeng seperti tertera pada
tabel berikut.
Kualitas air yang
layak untuk budidaya ikan bandeng:
No.
|
Parameter
|
Kisaran Nilai
|
1
|
Suhu air
|
28 – 30 0C
|
2
|
Kecerahan
|
> 25 cm
|
3
|
Salinitas
|
12 – 20 ppt
|
4
|
Oksigen terlarut
|
> 5 mg/liter
|
5
|
pH
|
6,5 – 9
|
6
|
Amonia
|
< 0,3 mg/liter
|
1) Posisi lahan tambak terletak
di antara pasang surut air laut. Hal ini dimaksudkan agar kebutuhan dan
pengaturan keluar-masuknya air tambak dapat dilakukan secara alami dengan
adanya pasang surut air laut tanpa menggunakan bantuan pompa. Setidaknya,
tambak dapat diisi air secara alami hingga kedalaman air di tambak sekitar 40
cm.
2) Dekat dengan sumber air, baik
dari muara, sungai, maupun langsung dari laut. Hal itu dimaksudkan agar tambak
mudah mendapatkan air, baik langsung maupun melalui saluran air.
3) Tidak terletak di daerah
dengan curah hujan tinggi (bebas banjir) ataupun daerah dengan musim kemarau
panjang. Hal itu dimaksudkan agar air tambak tidak mengalami fluktuasi
salinitas terlalu besar. Penurunan salinitas yang tajam bisa terjadi pada saat
musim hujan, terutama jika banjir. Peningkatan salinitas bisa terjadi akibat penguapan
dan kemarau panjang. Walaupun bandeng mampu hidup pada kisaran salinitas
tinggi, tetapi kestabilan salinitas perlu dijaga agar bandeng dapat tumbuh
secara optimal.
4) Tanah
tambak tidak mudah bocor (porous) sehingga tambak mampu mempertahankan air
selama dibutuhkan. Tanah yang baik untuk tambak adalah yang bertekstur liat
atau liat berpasir. Hal itu dimaksudkan agar tambak tidak mudah bocor dan mudah
untuk menumbuhkan pakan alami (kelekap).
ASPEK NON TEKNIS
Dalam memilih lokasi tambak perlu diperhatikan juga aspek non teknis, misalnya aspek sosial ekonomis. Hal ini karena
dalam membudidayakan ikan bandeng ditambak secara komersil dibutuhkan dana
investasi yang tidak sedikit. Oleh karena itu lokasi tambak yang dipilih
sebaiknya tidak terlalu jauh dari sumber pakan, benih, sarana produksi dan
daerah pemasaran. Selain itu lokasi tambak sebaiknya mempunyai sarana dan
prasarana transportasi/komunikasi, serta keamanan yang memadai. Selain itu,
status lahan juga harus dipertimbangkan kejelasannya.
SUMBER:
Alipuddin M., 2003.
Modul Penyiapan Tambak Pembesaran Ikan Bandeng. Direktorat Pendidikan
Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.
Idel, A. dan S. Wibowo. 1996. Budidaya Tambak
Bandeng Modern. Gitamedia Press.
Surabaya
Martosudarmo, B. dan B. S. Ranoemihardjo. 1992.
Rekayasa Tambak. Penebar Swadaya, Jakarta.
Soeseno, S, 1987. Budidaya Ikan dan Udang dalam
Tambak. PT. Gramedia. Jakarta.
Diedit,
disusun, serta dijadikan materi penyuluhan perikanan berbasis online
oleh
Rahmah, SP (Penyuluh Perikanan Madya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar