Selasa, 05 November 2019

PEMILIHAN LOKASI PADA BUDIDAYA BANDENG


Pemilihan lokasi tambak merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan budi daya. Seperti diketahui bahwa bandeng merupakan jenis ikan yang mempunyai sifat euryhaline, yaitu mampu hidup di perairan yang mempunyai kisaran kadar garam (salinitas) tinggi, atau mampu hidup di air laut, payau, bahkan perairan tawar. Pada umumnya, budi daya bandeng hanya dilakukan di tambaktambak yang lokasinya berada di pinggir laut atau daerah bakau. Akan tetapi, lokasi tersebut tidak boleh sembarangan dipilih hanya karena berada di pinggir laut. Dalam memilih lokasi budi daya bandeng, hal yang menjadi pertimbangan utama adalah pemanfaatan sumber daya alam secara maksimal untuk mendapatkan biaya produksi yang minimal.
Tambak merupakan salah satu wadah yang dapat digunakan untuk membudidayakan ikan air payau atau laut. Letak tambak biasanya berada di sepanjang pantai dan mempunyai luas berkisar antara 0,3 – 2 ha.  Luas petak tambak sangat bergantung kepada sistem budidaya yang diterapkan.
        Bentuk dan konstruksi tambak bandeng relatif sama dengan kolam di air tawar. Perbedaan keduanya adalah jenis air yang digunakan, yaitu kolam menggunakan air tawar sedangkan tambak menggunakan air payau atau laut.
Beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam menentukan lokasi tambak yang akan digunakan untuk budidaya ikan bandeng, antara lain :

ASPEK TEKNIS
Secara teknis lokasi tambak yang baik dan benar sangat berpengaruh terhadap konstruksi tambak yang akan dibangun serta biaya operasional pemeliharaan tambak. Faktor teknis yang harus diperhatikan antara lain adalah :
1. Elevasi
Elevasi merupakan ketinggian tempat/lokasi tambak terhadap permukaan laut. Hal ini dapat diketahui dengan memantau gerakan air pasang dan air surut. Air pasang atau air laut naik terjadi pada saat bulan berada dekat sekali dengan bumi dan waktu bumi serta bulan berputar, bergerak mengarungi angkasa dan terjadi daya tarik terhadap lautan. Air surut atau air laut turun terjadi pada saat bumi menjauhi bulan.
Bagi petambak yang akan membudidayakan ikan bandeng harus mengetahui kapan terjadinya pasang tertinggi dan pasang  terendah, hal ini untuk mengetahui cocok tidaknya lokasi tersebut untuk dibuat menjadi tambak. Lokasi tambak yang baik bila lokasi tersebut terletak diantara pasang tertinggi dan pasang terendah.

2. Jenis Tanah
Tambak pada umumnya dibuat secara alami artinya tidak dilapisi dengan tembok, sehingga jenis tanah sangat menentukan dalam memilih lokasi tambak yang baik. Jenis tanah yang dipilih harus dapat menyimpan air atau kedap air sehingga tambak yang akan dibuat tidak bocor.


Jenis tanah yang baik untuk membuat tambak adalah campuran tanah liat dan endapan lempung yang mengandung bahan organik. Tanah liat berlempung tersebut dikenal dengan silty loam. Untuk mengetahui jenis tanah ini dapat diketahui dengan menggunakan alat ukur atau secara manual.  Tanah yang mengandung liat tinggi akan dapat dipilin mamanjang.  Namun, tanah yang mengandung debu atau pasir tinggi hanya akan mengahasilkan pilinan tanah yang pendek saja.
Jenis tanah liat saja kurang baik untuk dijadikan lokasi tambak, karena jenis tanah ini bersifat kaku kalau kering dan lekat/lengket kalau becek dan menjadi lembek kalau diairi. Oleh karena itu jika tanah liat ini  bercampur dengan tanah dan endapan maka kekakuannya akan berkurang dan kemampuan memegang airnya lebih besar.

3. Kualitas Air
     Kualitas air atau mutu air yang akan digunakan untuk memelihara ikan bandeng di tambak harus diperhatikan. Dengan kualitas air yang baik, maka ikan bandeng akan tumbuh  dan berkembang dengan baik. Parameter kualitas air yang baik untuk membudidayakan ikan bandeng seperti tertera pada tabel berikut.
Kualitas air yang layak untuk budidaya ikan bandeng:
No.
Parameter
Kisaran Nilai
1
Suhu air
28 – 30 0C
2
Kecerahan
> 25 cm
3
Salinitas
12 – 20 ppt
4
Oksigen terlarut
> 5  mg/liter
5
pH 
6,5 – 9
6
Amonia
< 0,3 mg/liter

1) Posisi lahan tambak terletak di antara pasang surut air laut. Hal ini dimaksudkan agar kebutuhan dan pengaturan keluar-masuknya air tambak dapat dilakukan secara alami dengan adanya pasang surut air laut tanpa menggunakan bantuan pompa. Setidaknya, tambak dapat diisi air secara alami hingga kedalaman air di tambak sekitar 40 cm.
2) Dekat dengan sumber air, baik dari muara, sungai, maupun langsung dari laut. Hal itu dimaksudkan agar tambak mudah mendapatkan air, baik langsung maupun melalui saluran air.
3) Tidak terletak di daerah dengan curah hujan tinggi (bebas banjir) ataupun daerah dengan musim kemarau panjang. Hal itu dimaksudkan agar air tambak tidak mengalami fluktuasi salinitas terlalu besar. Penurunan salinitas yang tajam bisa terjadi pada saat musim hujan, terutama jika banjir. Peningkatan salinitas bisa terjadi akibat penguapan dan kemarau panjang. Walaupun bandeng mampu hidup pada kisaran salinitas tinggi, tetapi kestabilan salinitas perlu dijaga agar bandeng dapat tumbuh secara optimal.
4) Tanah tambak tidak mudah bocor (porous) sehingga tambak mampu mempertahankan air selama dibutuhkan. Tanah yang baik untuk tambak adalah yang bertekstur liat atau liat berpasir. Hal itu dimaksudkan agar tambak tidak mudah bocor dan mudah untuk menumbuhkan pakan alami (kelekap).


ASPEK NON TEKNIS
Dalam memilih lokasi tambak perlu diperhatikan juga aspek non teknis, misalnya aspek sosial ekonomis. Hal ini karena dalam membudidayakan ikan bandeng ditambak secara komersil dibutuhkan dana investasi yang tidak sedikit. Oleh karena itu lokasi tambak yang dipilih sebaiknya tidak terlalu jauh dari sumber pakan, benih, sarana produksi dan daerah pemasaran. Selain itu lokasi tambak sebaiknya mempunyai sarana dan prasarana transportasi/komunikasi, serta keamanan yang memadai. Selain itu, status lahan juga harus dipertimbangkan kejelasannya.

SUMBER:
Alipuddin M., 2003.  Modul Penyiapan Tambak Pembesaran Ikan Bandeng. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.
Idel, A. dan S. Wibowo. 1996. Budidaya Tambak Bandeng Modern. Gitamedia Press.  Surabaya
Martosudarmo, B. dan B. S. Ranoemihardjo. 1992. Rekayasa Tambak. Penebar Swadaya, Jakarta.
Soeseno, S, 1987. Budidaya Ikan dan Udang dalam Tambak. PT. Gramedia. Jakarta.

Diedit, disusun, serta dijadikan materi penyuluhan perikanan berbasis online
oleh Rahmah, SP (Penyuluh Perikanan Madya)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar