PENDAHULUAN
Secara umum, pemijahan ikan dapat dibedakan menjadi pemijahan alami dan
pemijaha buatan. Pemijahan alami dilakukan terhadap jenis-jenis ikan yang mudah
dipijahkan sepanjang tahun, sedangkan pemijahan buatan dilakukan terhadap
ikan-ikan yang sulit memijah karena lingkungannya yang tidak sesuai.
Ikan patin termasuk salah satu jenis yang sulit dipijahkan secara alami,
karena sulit menciptakan atau memanipulasi lingkungan sesuai dengan habitatnya
di alam. Karena itu, pemijahan ikan patin dapat dilakukan secara buatan dengan
ransangan menggunakan kelenjar hipofisa.
PROSES
PRODUKSI
Persiapan Induk
Induk merupakan salah satu factor penentu keberhasilan usaha pembenihan
ikan patin. Induk yang baik dan sehat tentu akan menghasilkan benih yang baik
pula. Induk patin yang akan dipijahkan dapat berasal dari alam atau induk-induk
yang dipelihara sejak kecil di kolam.
Induk-induk yang berasal dari alam tingkah lakunya masih liar dan kadang
–kadang memiliki banyak luka akibat meronta-ronta saat penangkapan. Karenanya,
induk yang baik dipijahkan adalah induk yang telah dipelihara di kolam atau di
wadah lainnya, seperti sarang dan jaring.
Untuk mendapatkan induk patin yang baik, lama pemeliharaan di kolam,
induk diberi makanan tambahan yang cukup mengandung protein. Berdasarkan hasil
penenlitian yang dilakukan oleh para peneliti dalam rangka untuk memepercepat
kematangan gonad, 2 kali seminggu patin perlu diberi ikan rucah atau ikan-ikan
yang tidak layak dikonsumsi oleh manusia.
Seleksi Induk yang Matang Gonad
Induk ikan patin yang akan dipijahkan diseleksi terlebih dahulu, yaitu
dengan memeilih induk-induk betina dan jantan yang matang gonad atau siap
pijah. Penangkapan induk dilakukan dengan mengurangi volume air sampai
ketinggian20 cm dari dasar kolam. Penangkapan induk dapat dilakukan secara
hati-hati untuk menghindari terjadinya stres. Penangkapan dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan jaring dan dengan menggunakan tangan.
Ciri-Ciri induk ikan patin yang matang gonad sebagai berikut :
Ø Induk Betina :
Umur kurang lebih 3 tahun, berat minimal 1,5-2 kg per ekor, perut
membesar kearah anus, perut terasa lembek dan halus bila diraba, alat kelamin
membengkak dan berwarna merah tua
Ø Induk Jantan :
Umur
minimal 2 tahun, berat 1,5 - 2 kg per ekor, kulit perut lembek dan tipis, alat
kelamin membengkak dan berwarna merah, keluar cairan sperma jika perut diurut
kearah anus.
Selain ciri-ciri diatas, induk ikan patin yang akan
dipijahkan harus sehat secara fisik yaitu tidak terinfeksi penyakit dan parasit
juga tidak memiliki luka akibat benturan, pukulan, goresan/ sayatan. Induk yang
baik juga harus memiliki sifat pertumbuhan relatif cepat serta resisten
terhadapa penyakit, tetapi toleran atau mudah beradaptasi dan responsive
terhadap perubahan lingkungan dan makanan.
Seleksi induk patin tidak memperhatikan bagian luar fisiknya. Pasalnya,
yang paling menentukan keberhasilan pemijahan adalah tingkat kematangan telur.
Telur yang sudah matang dapat dicek dengan cara sebagai berikut :
-
Ambil 1 ekor
induk patin betina, sedot telurnya dengan menggunakan selang kateter. Caranya
selang dimasukan kedalam kloakasedalam 3 cm, lalu ujung selang lainnya disedot
dengan mulut sampai tampak beberapa butir telur di dalam selang.
-
Telur didalam
selang tadi disimpan dicawan, kemudian ditetesi larutan secara ( campuran
formalin, alkohol, dan larutan asetid dengan perbandingan 6 : 3 : 1). Larutan
tersebut berfungsi untuk mengetahui telur yang telah matang. Telur yang matang
memiliki ciri tampak bulat, warnanya putih kekuning - kuningan, inti telurnya
terlihat jelas terpisah dari cangkangnya.
-
Induk-induk
patin yang telah matang telur disimpan didalam bak atau hapa, jantan dan betina
tersimpan terpisah.
Induced Breeding (Kawin suntik)
Ikan patin termasuk salah satu jenis ikan yang
sulit memijah secara alami jika tidak berada dihabitat aslinya. Untuk itu perlu
dilakukan pemijahan sistem induced breeding (kawin suntik). Tingkat
keberhasilan pemijahan sistem kawin suntik sangat dipengaruhi oleh tingkat
kematangan induk patin. Faktor lainnya yang juga cukup berpengaruh adalah
kualitas air, penyediaan makanan yang berkualitas dan dalam jumlah yang
mencukupi, serta kecermatan didalam penanganan atau pelaksanaan penyuntikan.
Induced breeding dapat dilakukan dengan menggunakan kelenjar hipofisa
ikan lain, seperti ikan mas, dapat juga dilkaukn dengan menggunakan semacam
kelenjar hipofisa buatan yang mengandung hormon gonadotropin. Dipasaran dikenal
dengan merek dagang ovaprim.
a. Menggunakan Kelenjar hipofisa Ikan Mas
Urutan pekerjaan yang dilakukan jika menggunakan
kelenjar hipofisa sebagai berikut :
- Siapkan ikan donor atau ikan yang akan diambil
kelenjar hipofisanya. Jika induk patain betina yang akan di suntik memiliki
berat 3 kg maka donor yang digunakan 9 kg sedangkan untuk induk jantan yang
memiliki berat 3 kg donor yang digunakan sebanyak 6 kg
- Ikan mas yang akan diambil kelenjar hipofisanya
dipotong tegak lurus atau vertikal dibagian belakang tutup insang
- Potongan kepala diletakan dengan posisi mulut
menghadap keatas, kemudian dipotong vertical dari permukaan sedikit diatas
mulut sehingga akan nampak organ otak yang dilingkapi lendir atau lemak.
- Otak dilingkar dan lendir dibuang atau dibersihkan
dengan kapas atau tissue. Setelah bersih dari lendir, diotak akan nampak butiran
putih seperti beras itulah yang dinamakan kelenjar hipofisa.
- Kelenjar hipofisa diambil dengan menggunakan pinset
dan dihancurkan dengan menggunakan gelas penggerus sampai halus. Untuk
memudahkan penyuntikan, kelenjar hipofisa tadi dilarutkan kedalam akuabides
sebanyak 2 ml. Agar larutan tersebut benar-benar hancur dan tercampur, gunakan
sentrifugal atau pemusing.
- Larutan kelenjar hipofisa selanjutnya diambil atau
disedot dengan menggunakan alat suntik. Penyuntikan dapat dilakukan secara
intramuskular dibelakang sirip punggung dengan menggunakan jarum suntik
berukuran 0,12 ml
b. Menggunakan Ovaprim
Urutan pekerjaan yang dilakukan jika menggunakan
ovaprim sebagai berikut :
- Untuk mengetahui dosis ovaprim yang akan digunakan,
induk betina dan jantan yang akan dipijahkan ditimbang terlebih dahulu.
- Dosis penyuntikan induk betina berbeda dengan inguk
jantan. Untuk induk jantan diperlukab ovaprim 0,3 ml/ kg sedangkan untuk betina
sebanyak 0,5 ml/ kg
- Penyuntikan terhadap induk betina dilakukan 2 kali
pada suntikan pertama dosisnya sebanyak 1/3 bagian dosis total, pada
penyuntikan kedua dosisnya sebanyak 2/3 bagian dosis total. Penyuntikan kedua
dilakukan 8-10 jam setelah penyuntikan pertama
- Penyuntikan induk jantan dilakukan sekali bersama
dengan penyuntikan kedua induk betina.
- Untuk menghindari induk berontak pada saat
penyuntikan sebaiknya, dilakukan 2 orang
- Penyuntikan secara intramuskular dibelakang sirip
punggung dengan memasukan jarum sedalam kurang lebih 2 cm dengan kemiringan 40
derajad.
- Induk-induk patin yang telah disuntik disimpan
dalam bak atau hapa dengan air yang mengalir.
Stripping dan Pembuahan
Ovulasi adalah tingkat kematangan gonad. Saat
ovulasi, telur yang telah masak harus dikeluarkan dengan cara memijit bagian
perut patin betina. Urutan pekerjaan stripping sebagai berikut :
- Sediakan wadah untuk menampung telur, berupa
baskom, plastik, yang telah dibersihkan dan dalam keadaan kering.
- Induk betina yang akan distripping dipegang dengan
kedua belah tangan, tangan kiri memegang pangkal ekor dan tangan kanan memegang
perut bagian bawah. Ujung kepala induk patin ditopangkan dipangkal paha,
selanjutnya perut diurut secara perlahan-lahan dari bagian depan kearah
belakang dengan menggunakan jari tengah dan jempol, lalu telur-telur tersebut
ditampung didalam baskom.
- Induk jantan ditangkap untuk diambil spermanya.
Sperma ini nanti akan dicampurkan dengan telur-telur didalam baskom
- Pengurutan induk jantan pada prinsipnya sama saja
dengan pengurutan induk betina. Sperma yang keluar dari perut induk jantan
langsung disatukan dengan telur yang ditampung diadalam baskom
- Agar terjadi pembuahan yaitu telur dan sperma dapat
dicampur dengan sempurna, lakukan pengadukan dengan menggunakan bulu ayam
kurang lebih selama 0,5 menit. Pengadukan dilakukan berputar perlahan-lahan
didalam baskom.
- Untuk meningkatkan fertilisasi (pembuahan), kedalam
campuran telur dan sperma tadi dapat ditambahkan garam dapur sebanyak 4000 rpm.
Penambahan dilakukan sambil tetap mengaduk campuran dan disertai dengan
memasukan air sedikit demi sedikit. Pengadukan dilakukan kurang lebih selam 2
menit.
- Untuk
membuang kotoran berupa lendir perlu dilakukan penggantiaan air bersih sebanyak
2 – 3 kali. Untuk menghindari terjadinya penggumpalan pada telur perlu
dilakukan pencucian dengan menggunakan larutan lumpur. Lumpur dapat
membersihkan lendir-lendir yang menempel
dan memisahkan telur-telur yang menggumpal. Lumpur yang digunakan berupa
lumpur atau tanah dasar kolam atau tegalan yang dipanaskan pada suhu 100 °C terlebih dahulu guna menghindari penyakit.
- Telur-telur yang telah dibuahi akan megalami
pengembangan. Ukuran telur terlihat lebih besar serta berwarna kuning.
Telur-telur yang tidak dibuahi akan berwarna putih dan mengendap dibawah.
Proses Penetasan
Telur
Wadah penetasan telur berupa corong-corong
penetasan. Untuk menjamin keberhasilan penetasan corong penetasan dipersiapkan
1 hari sebelum pemijahan. Langkah – langkah persiapan wadah penetasan telur
sebagai berikut :
- Semua wadah di unit pembenihan patin seperti
penetasan telur, tempat perawatan larva, bak filter air, bak penampungan air
bersih, water Turen, dicuci bersih dan dikeringkan
- Untuk menghindari kontaminasi jamur atau bakteri
corong-corong penetasan telur dapat pula direndam dalam larurtan PK sebanyak 5
ppm selama 30 menit.
- Setelah semua wadah dipersiapkan langkah
selanjutnya adalah memasukan air bersih kesemua wadah. Pompa isap yang
berfungsi untuk mengalirkan air dari wadah penempungan air bersih ke water
Turen dijalankan, sehingga akan terjadi sirkulasi air diseluruh wadah unit
pembersihan patin
- Telur-telur ikan patin yang akan ditetaskan
dituangkan kedalam corong penetasan lalu disebarkan dengan menggunakan bulu
ayam. Air pun harus dialirkan dengan cara mengatur debit air dengan menggunakan
keran agar telur selalu terangkat didalam corong tersebut. Jangan samapai telur
menumpuk didasar corong. Jika menumpuk telur dapat membusuk kepadatan telur
sebanyak 400-500 butir perliter air atau 10.000 – 20.000 butir per corong.
Telur yang dibuahi akan berkembang sedikit demi sedikit dan menetas menjadi
larva.
Penampungan Larva Sementara
Benih patin yang baru menetas yang dikenal dengan sebutan larva
ditampung sementara ditempat penampungan larva. Tempat penampumngan larva
berupa hapa (Trilin) yang dipasang didalam bak penampunagan larva. Hal tersebut
dimaksudkan guna memudahkan pemanenan larva saat akan dipindahkan ketempat
pemeliharaan. Benih-benih patin atau larva yang baru berumur 1 hari yang
terbawah arus air dicorong penetasan diambil atau dipanen dengan menggunakan
scop net halus secara hati-hati agar benih-benih patin tidak mengalami stres,
kualitas air dan tempat pemeliharaan, khususnya suhu atau temperatur, mendekati
sama.
Pemeliharaan Benih
Larva yang baru menetas belum sempurnah, tetapi
benih tersebut masih memiliki cadangan makanan didalam tubuhnya berupa kuning
telur (yolk sack) kelangsingan hidup benih sangat ditentukan oleh kandungan
kuning telur serta kualitas air ditempat pemeliharaan benih. Benih-benih patin
berenang aktif secara vertikal menuju permukaan air.
Benih yang berasal dari tempat penampungan sementara selanjutnya
dipelihara ditempat pemelihaeraan benih. Tempat pemeliharaan benih dapat berupa
akuarium/fiber glass. Akuarium atau fiber glass yang akan digunakan sebelumnya
dibersihkan dan dikeringkan untuk menghindari terjadinya serangan penyakit.
Setiap akuarium yang akan digunakan air bersih serta diberi aerasi guna
menambah kandungan oksigen yang terlarut kedalam air. Pengisian air dilakukan
1-2 hari sebelum penebaran benih. Untuk setiap akuarium berukuran 60 x 45 x 30
cm dapat dipelihara benih sebanyak 20.000 ekor. Jika ada pembeli yang akan
membutuhkan benih-benih patin tersebut dapat dijual langsung untuk dipelihara
atau didederkan ketempat lain.
Benih dipelihara di akuarium atau fiber glass
selama 2 – 3 minggu. Selama pemeliharaan, dari hari 1 –10, benih patin diberi
makanan tambahan berupa Artemia yang telah ditetaskan ditempat terpisah dan
pemberiannya dilakukan setiap 3 - 4 jam sekali. Setelah hari ke 10 benih patin
dapat diberi makanan berupa kutu air (Dapnia sp) jentik nyamuk, cacing
sutra. Jumlah makanan yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan benih,
Usahakan jangan sampai ada makanan yang tersisa guna menghindari terjadinya
penurunan kualitas air yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian benih.
Selam pemeliharaan lakukan penggantian air bersih 1
– 2 hari sekali atau tergantung pada kebutuhan. Penggantian air dapat dilakukan
secara hati-hati dengan cara menyipon atau sambil membuang kotoran yang berada
di dasar wadah pemeliharaan dengan menggunakan selang kecil. Penambahan air
bersih dilakukan secara bertahap sedikit demi sedikit guna menghindari
terjadinya stres pada benih yang dipelihara sampai posisi air mendekati
ketinggian semula.
DAFTAR
PUSTAKA
Afriantio, Eddy dan Evi Liviawati. Pengendalian
Hama dan Penyakit Ikan. Kanisius. Yogyakarta : 1993
Daelami, Deden. Agar Ikan Sehat. Penebar Swadaya.
Jakarta :2001
Khairuman dan Dodi Sudenda. Budidaya Patin Secara
Intensif. Agro Media Pustaka. Jakarta : 2002
Syofan
dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Patin Sehat Produksi
Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan,
Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar