Senin, 04 Februari 2019

TEKNIK BUDIDAYA IKAN GABUS



PENDAHULUAN
Ikan gabus (Channa striata Bloch) merupakan salah satu jenis komoditas perairan tawar yang hidup di perairan sungai utama, sungai mati, danau, rawa banjiran, yang merupakan rawa hutan,rawang dan lebung atau cekungan di daerah rawa (Utomo et al, 1992), dan   tersebar di Indonesia, seperti Sungai Musi Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Papua, Jawa Timur dan maupun dibeberapa daerah lainnya di Indonesia.
Daerah rawa banjiran merupakan salah satu tipe ekosistem yng produktif bagi perikanan air tawar (welcomme, 1985). Pada perairan rawa banjiran tinggi air (volume air) sangat bervariasi sepanjang tahun, karena dipengaruhi oleh musim hujan. Pada saat musim kemarau volume air kecil hanya tinggal di sungai utama, cekungan-cekungan tanah (lebung) dan danau.Pada saat musim penghujan air meluap menutupi permukaan tanah dapat mencapai 3-4 meter. Keadaan ini akan mempengaruhi sifat biologi dan ekologi pada daerah tersebut. Pada musim kemarauikan tinggal di cekungan-cekungan tanah (lebung), danau dan sungai utama, sedangkan pada saat air banjir ikan menyebar keseluruh penjuru perairan.Fungsi vegetasi di perairan rawa pada saat air besar sebagai tempat mencari makanan bagi ikan dan sebagai tempat asuhan serta sebagai tempat untuk melekatkan telur bagi ikan-ikan yang sedang memijah, puncak musim pemijahan umumnya terjadi pada awal musim penghujan (Utomo et al, 1992; MRG, 1994).

BIOLOGI IKAN GABUS
Berdasarkan Kottelat et al. (1993), Syafei,et al. (1995); ICLARM (2002), ikan gabus (gambar dibawah ini) di kelompok ke dalam ordo Pleuronecti formes dan famili Channidae mempunyai ciri-ciri seluruh tubuh dan kepala ditutupi sisik sikloid dan stenoid. Bentuk badan hampir undar di bagian depan dan piph tegak ke arah belakang sehingga disebut ikan berkepala ular (snakedhead). Ikan ini mampu menghirup udara dari sungai atmosfer karena memiliki organ napas tambahan pada bagian atas insangnya. Hal ini juga yang memuat ikan tersebut mampu bergerak dalam jarak jauh pada musim kemarau untuk mencari sumber air.
Berdasarkan FAO (2002) dan Allington (2002), ikan gabus mempunyai distribusi yang luas dari China hingga India dan Srilangka, kemudian India Timur dan Philipina, juga Nepal, Burma, Pakistan, Banglades, Singapura, Malaysia dan dan Jawa).Indonesia (Sumatera, Kalimantan).
Menurut Allington (2002), di alam panjang ikan gabus dapat mencapai 1 meter dengan ukuran rata-rata mencapai antara 60-75 cm. Panjang larva sekitar 3,5 mm, pasacalarva setelah 4 minggu dengan panjang antara 10-20 mm, setelah 6 minggu ikan mempunyai ukuran 4-5 cm.
Ikan gabus merupakan jenis ikan air tawar yang dapat hidup di sungai, danau, kolam, bendungan, rawa, banjiran, sawah bahkan parit dan air payau (Syafei et al, 1995; Anonim, 2002). Menurut Le fish Corner (1999); Allington (2002), bahwa ikan gabus sangat toleran terhadap kondisi anaerobik, karena mereka mempunyai sistim pernapasan tambahan pada bagian atas insangnya. Berdasarkan Syafei et al. (1995) yang melakukan penelitian perairan umum Jambi, ikan gabus hidup dengan kondisi perairan yang mempunyai : pH 6,2-7,8 dan temperatur 26,5-31,5 0C.
Ikan gabus merupakan ikan karnivora dengan makanan utamanya adalah udang, katak, cacing, serangga dan semua jenis ikan. Menurut Allington (2002), pada masa larva ikan gabus memakan zooplankton dan pada ukuran fingeling, makanannya berupa seraangga, udang dan ikan kecil. Sementara itu menurut Anonim (2002), pada fase pascalarva ikan gabus memakan makanan yang mempunyai kuantitas yang lebih besar seperti Daphnia dan Cyclops, sedangkan ikan dewasa akan memakan udang, serangga, katak, cacing dan ikan. Pada penelitian Sinaga et al. (2002) di sungai Banjiran Jawa Tenga, diketahui makanan ikan gabus dengan kisaran panjang total antara 5,78-13,4 cm adalah serangga air, potongan hewan air, udang dan detritus. Sementara itu  berdasarkan penelitian Buchar (1998) di danau Sabuah Kalimantan Tengah, makanan ikan gabus adalah potongan hewan air, siput air, rotifera dan Rhizopoda.
Pola pertumbuhan padaikan terdiri atas pertumbuhan isometrik, yaitu pertambahan bobot seimbang dengan pertambahan panjang, dan pola pertumbuhan allometrik yaitu pertambahan bobot tidak seimbang dengan pertambhan panjang. Berdasarkan hasil penelitian Kartamihardja (1994), ikan gabus yang diperoleh sebanyak 241 ekor dengan panjang total berkisar antara 15,2 – 62,8 cm dan bobot berkisar antara 45 – 1950 gr.  Hubungan panjang dan bobot ikan tersebut mengikuti persamaan W=0,0213L2,743. pola pertumbuhan ikan gabus di waduk kedungombo bersifat allometrik (b¹3).
Hile (1936) dalam weatherley (1972), melakukan penelitian pada populasi ikan cisco (Leucichthys artedi) di beberapa danau di Amerika Utara, hasilnya menunjukan bahwa perbedaan populai akan berpengaruh terhadap kondisi ikan tersebut.  Sedangkan hasil penelitian Allen (1951) dalam Weatherley (1972) padaikan Trout di sungai Harokiwi menyatakan bahwa faktor kondisi ikan juga di pengaruhi oleh musim, yaitu pada musim panas kondisi ikan Trout lebih baik di bandingkan pada musim lain. Di tambahkan juga oleh Weathersley (1972), yang melakukan penelitian di Tasmania, bahwa kondisi ikan Tench dewasa dengan ukuran 20 – 30 cm juga di pengaruhi proses pemijahan selain faktor musim.
Dengan pertumbuhan ikan gabus pada beberapa jenis perairan yang di nyatakan dalam persamaan Von Beartalanffy adalah sebagai berikut : padaa perairan waduk kedungombo jawa tengah yaitu Lt = 66,93 {l-e-1,1(t-to)} dan di danau Tondano Sulawesi Utara yaitu Lt = 45,7 {l - -1,1(t-to) }.
Pertumbuhan ikan gabus di danau Tondano lebih rendah di bandingkan pertumbuhan ikan gabus di waduk kedungombo, keadaan tersebut dapat di lihat dari nilai Loo ikan gabus di waduk kedungombo yang lebih besar yaitu 66,93 cm di bandingkan di danau Tondano yaitu 47,7 cm (Kartamihardja, 1994 ; 2000).
Ikan gabus membuat sarang di sekitar tumbuhan air atau pingiran perairan yang dangkal. Sarang ikan gabus membentuk busa di antara tanaman air di periran yang berarus lemah (Syfei et al.,1995; Alington, 2000).  Berdasarkan Anonim (2002), di Srilangka ikan gabus di alam memijah beberapa kali dalam setahun, sedangkan di Philipina ikan gabus dapat memijah setiap bulan. Ditambahkan oleh Allington (2002), ikan gabus dapat memijah pada umur 9 bulan dengan panjang total sekitar 21 cm. Musim pemijahan ikan gabus di Thailand antara bulan mei sampai oktober, dengan puncaknya pada bulan juli sampai september. Sementara itu berdasarkan duong nhut Long et al.I (2002), yang melakukan penelitian terhadap ikan gabus di delta Mekong, diperoleh ikan gabus yang matang kelamin lebih dahulu adalah ikan gabus betina. Berdasarkan penelitian Kartamihardja (1994), di waduk kedungombo Jawa Tengah ikan gabus betina mulai matang kelamin pada ukuran panjang total 16,5 cm.
Umumnya telur-telur yang telah dibuahi akan menetas dalam waktu 24 jam (pada kondisi alami) sedangkan pada kondisi laboratorium atau budidaya telur akan menetas setelah 48 jam Anonim, 2002). Umumnya induk jantan akan menjaga sarang dan telur selama periode inkubasi paling lama 3 hari. Benih ikan akan bergerombol dan salah satu dari induknya akan menjaga mereka sepanjang waktu (Syafei et al, 1985; Allington, 2002).
Ukuran ikan pada saat pertama kali matang gonad tidak selalu sama (Effendie, 1979). Menurut Blay dan Egeson (1980), perbedaan ukuran ini terjadi akibat perbedaan kondisi ekologis perairan.
Menurut Utomo et al, (1992); Chen (1976), dalam Sinaga et al. (2000), ikan gabus dan jenis ikan rawa lainnya melakukan pemijahan di awal atau pertengahan musim hujan. Berdasarkan Kartamihardja (1994), yang melakukan penelitian di waduk Kedungombo Jawa Tengah di peroleh indeks kematangan gonad ikan gabus betina meningkat mulai dari 1,16% pada tingkat kematangan I sampai mencapai 4,15% pada tingkat kematangan V yang kemudian menurun tajam pada tingkat kematangan VI, yang menunjukkan penurunan berat gonad karena terjadinya pelepasan telur pada saat memijah.
Menurut Kartamihardja (1994), yang melakukan penelitian biologi reproduksi populasi ikan gabus di Waduk Kedongombo Jawa Tengah, diperoleh kesimpulan bahwa ikan gabus di daerah tersebut memijah dengan perbandingan kelamin jantan dan betina 1 : 1. Fekunditas ikan gabus yang dihitung dari 24 individu dengan kisaran panjang total antara 18,5-50,5 cm, kisaran bobot antara 60-1020 g dan kisaran bobot gonad antara 2,70-16,02 g berkisar antara 2585-12880 butir. Fekunditas tersebut lebih besar dari rata-rata fekunditas ikan gabus yang terdapat di rawa-rawa Pekanbaru Riau yang berkisar antara 1190-11307 butir telur.  Hal ini karena ukuran ikan yang diteliti di rawa-rawa Pekanbaru lebih kecil yaitu antara 165-360 mm dengan bobot antara 35-375 g dan bobot gonad antara 0,82-7,84 g.
Pengukuran diameter telur pada gonad yang sudah matang berguna untuk menduga frekuensi pemijahan, yaitu dengan modus penyebarannya. Telur-telur ikan gabus yang telah dibuahi mengapung pada busa, diameter telur tersebut sekitar 1,5 mm (Anonim, 2002). Sedangkan berdasarkan Duong Nhut Long et al., (2002) ukuran telur ikan gabus rata-rata pada TKG IV adalah antara 0,10-1,6 mm.    

TEKNIK BUDIDAYA
Penyiapan Sarana dan Peralatan
Dalam pembuatan kolam pemeliharaan ikan gabus sebaiknya ukurannya tidak terlalu luas.Hal ini untuk memudahkan pengontrolan dan pengawasan.Bentuk dan ukuran kolam pemeliharaan bervariasi, tergantung dari selera pemilik dan lokasinya.Tetapi sebaiknya bagian dasar dan dinding kolam dibuat permanen.
Pada minggu ke I samapi ke VI air harus dalam keadaan jernih, kolam bebas dari pencemaran meupun fitoplankton.Ikan gabus pada umur 7 – 9 minggu kejernihan airnya harus dipertahankan.Pada minggu ke 10 air dalam batas-batas tertentu masih diperbolehkan. Kekeruhan menunjukan kadar bahan padat yang melayang dalam air (plankton). Alat untuk mengukur kekeruhan air disebut secchi disk.
Prakiraan kekeruhan air berdasarkan usia ikan gabus (minggu) sesuai dengan angka secchi :
-    Usia 10 – 15 minggu, angka secchi = 30 - 50
-    Usia 16 – 19 minggu, angka secchi = 30 – 40
-    Usia 20 – 24 minggu, angka secchi = 30


Pemberian Pakan
Makanan alami yang berupa zooplankton, larva, cacing-cacing dan serangga air.Makanan berupa fitoplankton adalah Gomponema spp (golongan Diatome), anabaena spp (Golongan Cyanophyta), Navicula spp (golongan Diatome).Ikan gabus juga menykai pakan busuk yang berprotein serta kotorang yang berasal dari kakus.
Makanan tambahan dapat diberikan sisa-sia makanan keluarga, daun kubis, tulang ikan, tulang ayam yang dihancurkan, usus ayam, dan bangkai. Campuran dedak dan ikan rucah (9 : 1) atau campuran bekatul, jagung, dan bekicot (2 : 1 : 1).
Pakan buatan (pellet) dapat diberikan dengan komposisi (% berat) : tepung ikan = 27; bungkil kacang kedelai 20; tepung terigu 10,50; bungkil kacang tanah 18; tepung kacang hijau 9; tepung darah 5; dedak 9; vitamin 1; mineral 0,5. cara pemberian pakan pellet mulai dikenalkan pada benih ikan gabus pada umur 6 minggu dan diberikan 10 – 15 menit sebelum pemberian makanan yang berbentuk tepung. Pada minggu ke 7 dan seterusnya sudah dapat diberikan pakan berpa pellet.Hindarhan pemberian pakan pada saat terik matahari, karena suhu suhu tinggi dapat mengurangi nafsu makan ikan gabus.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2002. Budidaya Ikan Air Tawar.Deputi Manegeristik Bidang Pendayagunaan dan Kemasyarakatan IPTEK. Jakarta.
Djuanda, Tatang. 1981. Dunia Ikan. Armico. Bandung.
Sentis Y. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Ikan Gabus Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
Siswoyo, Pujo. 2004. Tumbuhan Berkhasiat Obat. Absolut. Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar