Selasa, 30 April 2019

TEKNIK PEMBENIHAN IKAN BAUNG



PENDAHULUAN

Baung adalah nama segolongan ikan yang termasuk ke dalam marga Hemibagrus, suku Bagridae. Ikan yang menyebar luas di India, Cina selatan dan Asia Tenggara ini juga dikenal dengan banyak nama daerah, seperti ikan duri, baong, baon, bawon, senggal atau singgah, tagih, niken, siken, tiken, tiken bato, dan lain-lain.

Ikan baung (Mystus nemurus) merupakan komoditas perikanan air tawar di Indonesia. Ikan ini telah berhasil dipijahkan secara buatan di BBAT Sukabumi sejak tahun 1998. Tekstur dagingnya berwarna putih, tebal dan tampa duri halus dalam dagingnya, sehingga sangat digemari masyarakat.
Sebelum produksi ikan baung umumnya berasal dari penangkapan di alam, sehingga hasilnya tidak menentu baik dari jumlah maupun ukurannya. Dengan diketahuinya teknik pemijahan ikan baung, diharapakan usaha pembudidayaannya akan berkembang sehingga produksinya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

SISTEMATIKA

Phylum Chordata, Kelas Pisces, Anak kelas Teleostei, Bangsa Ostariophysi, Anak Bangsa Siluridae, Suku Bagridae, Marga Mystus dan Jenis Mystus nemurus.
Ikan baung memiliki kumis  atau sungut yang mencapai mata, badanya tidak bersisik mempunyai sirip dada dan sirip lemak yang besar, serta mulutnya melengkung. Ikan baung berwarna coklat kehijauan, hidup di dasar perairan dan bersifat omnivora.
Di Jawa Barat ikanbaung dikenal dengan nama tagih, senggal atau singah : Di Jawa tengah : Jakarta dan Malaysia, bawon ; Serawak, baon : Kalimantan Tengah, niken, siken, tiken, bato, baung putih, dan di Sumatra, baong.
Ciri-ciri induk Jantan dan betina ikan baung :
-        Induk betina : tubuh lebih pendek , mempunyai dua buah lubang kelamin yang bentuknya bulat.
-        Induk Jantan : Tubuh lebih panjang, mempunyai satu buah lubang kelamin yang bentuknya memanjang.

PEMBENIHAN

A.   Pematangan Gonad

Pematangan gonad dilakukan di kolam beraliran air yang kontinyu dengan kepadatan 0,2 s/d 0,5 kg/m2. Setiap hari diberi pakan pellet sebanyak 3 s/d 4 % per hari dari berat tubuhnya.

B.  Seleksi Induk

o   Seleksi induk bertujuan untuk mengethui timngkat kematangan induk yang akan dipijahkan.
o   Induk betina ditandai dengan perutnya yang buncit dan lembut, bila diurut telur ynag keluar bentuknya bulat utuh  berwarna kecoklatan.
o   Induk jantan ditandai dengan warna tubuh dan alat kelaminnya agak kemerahan.

C.  Penyuntikan

o   Induk betina disuntik dengan ovaprin sebanyak 0,6 ml/kg dan jantan dengan ovaprin 0,5 ml/kg. Penyuntikan dilakukan dua kali dengan selang waktu 12 jam. Setiap penyuntikan sebanyak ½ dosis total.
o   Penyuntikan dilakukan pada bagian punggung

D. Pemijahan/Pengurutan

o   Apabila akan dipijahkan secara alami, induk jantan dan betina yang sudah disuntik  disatukan didalam bak yang telah diberi ijuk dan biarkan memijah sendiri.
o   Apabila akan diurut, maka pengurutan akan dilakukan 6 s/d 8 jam setelah penyuntikan kedua.
o   Langkah pertama adalah menyiapkan  sperma : ambil kantong sperma dari induk jantan dengan membedah bagian perutnya, kuntimng kantong sperma  dan keluarkan. Cairan sperma ditampung dalam gelas  yang sudah diisi NaCl 0,9 % sebanyak ½ bagiannya. Aduk hingga rata. Bila terlalu pekat, tambahkan NaCl sampai larutan berwarna putih susu agak encer.
o   Ambil induk betina yang akan dikeluarkan telurnya. Pijit bagian perut kearah lubang kelamin sampai telurnya keluar. Telur dimpung dalam mangkok plastik  yang bersih dan kering. Masukkan larutan sperma sedikit demisedikit dan aduk sampai merata. Agar terjadi pembuahan, tambahkan air bersih dan aduklah sampai merata sehingga pembuahan dapat berlangsung dengan baik, untuk mencuci telur dari darah dan kotoran lainnya, tambahkan lagi air bersih kemudian dibuang. Lakukan pembilasan 2 s/d 3 kali agar bersih.
o   Telur yang sudah bersih dimasukkan dalam akuarium penetasan yang sudah diisi air. Cara memasukkan, telur diambil dengan bulu ayam, lalu sebarkan ke seluruh permukaan akuarium sampai merata. Dalam 36 jam telur akan menetas dan larva yang dihasilkan dipindahkan ke akuarium pemeliharaan larva. Setelah berumur dua hari, larva diberi makan kutu air (Moina atau Daphnia ) atau cacing sutra (Tubifex) yang telah dicincang. Setelah berumur 4 hari larva diberi makan cacing sutra hingga berumur tujuh hari.

E.  Pendederan

o   Persiapan kolam pendederan dilakukan seminggu sebelum penebaran larva, yang meliputi : pengeringan, perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar dan pembuatan kemalir.
o   Pengapuran dilakukan dengan melarutkan kapur tohor kedalam tong, kemudian disebarkan keseluruh pematang dan dasar kolam. Dosisnya 50 gr/m2.
o   Pemupukan menggunakan kotoran ayam yang sudah dikeringkan dengan dosis 500 s/d 1.000 gr/m2. Kolam diisi air setinggi 40 cm dan setelah 3 hari disemprot dengan organophospat 4 ppm dan dibiarkan selama 4 hari.
o   Benih ditebar pada pagi hari dengan kepadatan 100 ekor/m2.
o   Pendederan I dilakukan selama 14 hari, pendederan II dilakukan selama 30 hari. Pakan tambahan diberikansetiap hari berupa tepung pellet sebanyak 0,75 gr/1.000 ekor.

PENYAKIT

Penyakit yang sering menyerang ikan baung adalah Ichthyopthirius multifiliis atau lebih dikenal dengan white spot (bintik putih). Pencegahan, dapat dilakukan dengan persiapan kolam yang baik, terutama pengeringan  dan pengapuran. Pengobatan dilakukan dengan menebarkan garam dapur sebanyak 200 gr/m3 setiap 10 hari selama pemeliharan atau merendam ikan yang sakit ke dalam larutan Oxytetracyclin 2 mg/liter.

 


Referensi:
BBPBAT Sukabumi, ---. Teknik Pembenihan Ikan Baung. BBPBAT Sukabumi.