Selasa, 16 Januari 2018

ASPEK PRODUKSI DENDENG IKAN NILA

           
 Pembuatan dendeng nila sebaiknya dilakukan berdekatan dengan tempat budidaya ikan nila tersebut. Hal ini dikarenakan ikan merupakan salah satu bahan pangan yang cepat membusuk. Untuk menjaga kualitas dari dendeng nila maka haruslah menggunakan bahan baku ikan nila yang masih segar. Apabila ternyata lokasi pengolahan letaknya jauh dari tempat budidaya maka sebaiknya ikan mentah disimpan dalam wadah yang dapat menjaga kesegaran seperti cooling box. Namun sebagai konsekuensinya biaya produksi akan menjadi lebih mahal.
            Selain memiliki lokasi yang dekat dengan tempat budidaya, pengusaha juga harus memperhatikan syarat yang diperlukan dalam proses produksi dendeng nila. Salah satu syarat penting dalam pengolahan dendeng nila adalah penjemuran. Oleh karena itu akan lebih baik apabila lokasi terletak di daerah yang memiliki intensitas sinar matahari yang tinggi. Semakin terik sinar matahari maka proses pengeringan akan semakin cepat. Proses pengeringan dengan matahari akan dapat lebih menghemat biaya yang dibandingkan pengeringan dengan oven.


Fasilitas Produksi dan Peralatan
            Berikut adalah fasilitas dan peralatan produksi yang diperlukan dalam proses pengolahan dendeng nila beserta kegunaan masing-masing alat :

Peralatan Produksi Dendeng Nila

No
Nama Peralatan
Kegunaan
1.
Pisau
Memisahkan daging ikan dari tulangnya
2.
Alas Perajang (Talenan)
Menjadi alas saat memotong bumbu dan ikan
3.
Keranjang Peniris
Meniriskan air sehabis daging ikan dicuci bersih
4.
Penghancur Bumbu
Menghaluskan bumbu-bumbu
5.
Ember
Mencuci daging nila setelah dipisahkan dari tulangnya
6.
Baskom
Mencampurkan daging nila dengan bumbu
7.
Panci
Memasak bumbu
8.
Saringan Halus
Menyaring bumbu-bumbu yang masih kasar
9.
Tampah (Nyiru)
Menjemur dendeng hingga kadar airnya hilang
10.
Oven
Menjemur dendeng hingga kadar airnya hilang
11.
Plastik Penjemur
Alas menjemur daging yang sudah dibumbui


Bahan Baku
            Bahan baku utama yang diperlukan dalam pembuatan dendeng nila ini tentunya adalah daging ikan segar yang sudah dipisahkan dari tulangnya. Pengusaha dendeng nila mendapatkan bahan baku ikan nila ini dari pembudidaya. Bahan baku yang didapat haruslah segar untuk menjaga kualitas dendeng. Seringkali penikmat nila terganggu dengan rasa lumpur yang terasa di daging ikan nila. Namun rasa lumpur tidak akan terjadi pada nila yang dibudidayakan di sumber mata air yang tidak mengandung lumpur. Oleh karena itu akan lebih baik bila produsen dendeng nila memilih ikan nila yang dibudidayakan di sumber mata air. Selain hal tersebut ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan baku ikan berkualitas yaitu :

·   Tanda ikan yang sudah busuk:
- mata suram dan tenggelam;
- sisik suram dan mudah lepas;
- warna kulit suram dengan lendir tebal;
- insang berwarna kelabu dengan lendir tebal;
- dinding perut lembek;
- warna keseluruhan suram dan berbau busuk.




·   Tanda ikan yang masih segar:
- daging kenyal;
- mata jernih menonjol;
- sisik kuat dan mengkilat;
- sirip kuat;
- warna keseluruhan termasuk kulit cemerlang;
- insang berwarna merah;
- dinding perut kuat;
- bau ikan segar.

Berhubung bahan baku bersifat tidak tahan lama maka bahan baku dibeli beberapa saat sebelum melakukan produksi. Hal ini dilakukan untuk menjaga kualitas dendeng nila. Sebagai gambaran pada bulan Agustus 2008 harga bahan baku ikan nila berkisar di angka Rp 9.000 per kilogramnya. Selain ikan nila bahan baku lain yang diperlukan adalah bumbu-bumbu dendeng seperti gula merah, ketumbar, garam, bawang merah, bawang putih, asam jawa, dan lengkuas.

Tenaga Kerja
            Dalam proses produksi dendeng nila sebenarnya tidak terlalu membutuhkan keahlian khusus. Tenaga kerja utama yang dibutuhkan paling tidak harus memiliki keahlian dasar memasak dan meracik bumbu. Tenaga kerja berasal dari masyarakat lokal. Hal ini merupakan salah satu usaha produsen dendeng untuk memberdayakan masyarakat sekitar. Kompensasi yang diberikan kepada tenaga kerja langsung besarnya berkisar antara Rp. 500.000 per bulan per orang. Kompensasi ini diluar tunjuangan makan pagi dan siang yang disediakan pengusaha. Jumlah tenaga kerja yang berkaitan langsung dengan proses produksi adalah 4 orang. Tenaga kerja langsung hanya bekerja pada saat produksi yaitu dua hari per minggu.
            Selain tenaga kerja langsung, pengusaha juga mempekerjakan tenaga kerja yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi. Tenaga kerja ini meliputi tenaga yang bertugas melakukan pengiriman barang. Jumlah tenaga kerja tidak langsung adalah 1 orang. Kompensasi untuk tenaga kerja tidak langsung adalah sebesar Rp.500.000 rupiah per bulan diluar tunjangan makan, lembur dan tunjangan hari raya.

Teknologi
            Proses produksi dendeng nila secara umum dilakukan secara tradisional. Terlihat dari peralatan yang digunakan hanya panci, ember, baskom, dan pisau. Proses memasaknya pun tergolong sederhana yaitu hanya perlu merebus bumbu dan merendam daging dalam bumbu. Begitu pula proses pengeringan dilakukan hanya dengan mengandalkan sinar matahari saja. Namun apabila hari hujan atau sinar matahari tidak begitu terik maka untuk mempercepat proses pengeringan pengusaha menggunakan oven untuk menghilangkan kadar air dalam daging nila. Teknik pengemasan masih dilakukan secara manual dengan menggunakan plastik biasa.

Proses Produksi
            Berikut ini adalah tahapan-tahapan yang dilakukan dalam mengolah dendeng  nila serta peralatan dan bahan yang diperlukan untuk setiap tahap produksinya :

Bahan –Bahan
1) Ikan nila  20 kg ( sebagai contoh )
2) Gula merah 2 kg
3) Ketumbar 2 ons
4) Garam 1 kg
5) Bawang merah ½ ons
6) Bawang putih 2 ons
7) Asam jawa 7 mata
8) Lengkuas (laos) secukupnya

Cara Pembuatan
1) Bersihkan ikan, buang kepala dan isi perutnya;
2) Belah dan buang tulangnya lalu cuci. Untuk ikan yang lebih besar dan tebal iris dengan ukuran panjang 7 cm, tebal ½ cm, dan lebar 5 cm;
3) Masukkan garam ke dalam 3 liter air kemudian rendam ikan selama 5 jam;
4) Masak 8 liter air sampai mendidih, masukkan semua bumbu yang telah dihaluskan kemudian aduk-aduk sampai rata;
5) Saring supaya ampas ketumbar terpisah, kemudian dinginkan;
6) Masukkan ikan yang sudah digarami tadi ke dalam larutan bumbu. Rendam selama ±10 jam;
7) Tiriskan, kemudian jemur di atas nyiru atau tampah;
8) Balik-balik ikan tiap 4 jam sekali supaya pengeringan rata;
9) Sebelum dihidangkan, goreng dendeng terlebih dahulu (± ½ menit) dalam minyak panas.



Jumlah, Jenis, Mutu Produksi
            Jumlah produksi dendeng nila sangat tergantung dari banyaknya pesanan, dan sangat fluktuatif. Dalam periode tertentu seperti menjelang lebaran maka pesanan dendeng nila akan memuncak. Namun untuk dendeng nila yang dipasarkan ke agen penjual seperti warung dan toko, pengusaha melakukan produksi setiap dua minggu sekali. Dalam sekali produksi pengusaha menggunakan 56 kilogram ikan nila segar, yang akan menghasilkan dendeng seberat 14 kilogram. Untuk jenisnya dendeng nila masih hanya satu jenis yaitu dendeng nila dengan bumbu dasar yang umum digunakan dalam membuat dendeng daging lainnya. Sedangkan mutu produksi, sampai saat ini belum ada standard akan mutu produksi. Namun secara umum ada beberapa kriteria untuk menentukan kualitas dendeng nila yaitu :
1. Bahan baku ikan nilanya masih segar dan tidak berbau lumpur.
2. Komposisi bumbu tepat
3. Alat masak dan lokasi pengeringan bebas kuman
4. Kemasan dendeng nila kedap udara agar mencegah bakteri masuk.

Produksi Optimum
            Produksi optimum yang dapat dicapai adalah ketika produksi normal yang selama ini dilakukan tiap minggu dilakukan setiap tiga hari sekali. Produksi menjadi tiga hari karena untuk membuat dendeng hingga benar-benar kering diperlukan waktu 2-3 hari. Jadi setiap tiga hari berproduksi menggunakan 56 kilogram ikan nila dan hasilnya 14 kilogram dendeng nila. Dengan asumsi hari kerja 6 hari per minggu maka produksi per minggu akan mencapai 28 kilogram dendeng.

Kendala Produksi
            Hal yang menjadi kendala dalam proses produksi seringkali terjadi pada proses pengeringan. Agar dendeng cepat kering dan tidak basi maka diperlukan sinar matahari yang terik. Permasalahan muncul ketika musim penghujan tiba, sehingga proses pengeringan akan berlangsung lama. Bahkan bila terlalu lama proses produksi akan dihentikan karena mencegah bahan dendeng yang tidak bisa dijemur menjadi basi. Salah satu solusinya adalah menggunakan oven, namun seperti yang diketahui tidak semua pengusaha memiliki oven karena harga dan bahan bakarnya yang mahal.
            Selain kendala dalam pengeringan, kendala lain juga terjadi dalam proses pengemasan. Karena kebanyakan pengemasan masih dilakukan manual maka ada beberapa produk yang kemasannya kurang rapat. Dengan begitu udara dan bakteri dapat masuk sehingga mempercepat pembusukan dendeng nila. Oleh karena itu pengusaha harus teliti dalam melakukan pengemasan.


Sumber:
BPUMKM, 2008. Dendeng Ikan Nila. Biro Pengembangan UMKM, Direktorat Kredit, BPR dan UMKM, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar