Sabtu, 31 Maret 2018

PEMBENIHAN IKAN LELE DUMBO


I.  PENDAHULUAN
Salah  satu  komoditas  perikanan yang cukup populer di masyarakat adalah lele dumbo (clarias gariepinus).  Ikan ini  berasal  dari   benua  Afrika  dan   pertama kali didatangkan  ke  Indonesia  pada  tahun 1984. Karena memiliki berbagai kelebihan menyebabkan, lele dumbo termasuk ikan yang paling  mudah  diterima  masyarakat Kelebihan   tersebut   diantamya   adalah pertumbuhannya      cepat,      memiliki kemampuan    beradaptasi    terhadap lingkungan yang tinggi, rasanya enak dan kandungan giz.inya cukup tinggi. Maka tak heran,  apabila  minat  masyarakat  untuk membudidayakan lele dumbo sangat besar.

II.  SISTEMATIKA
Philum Chordata, Kelas Pisces, Anak Kelas Teleostei, Bangsa Ostariophysi, Anak Bangsa Siluridae, Suku Claridae, Marga Clarias dan Jenis Clarias gariepinus
Bentuk  tubuh  memanjang, agak bulat,   kepala   gepeng,   tidak   bersisik mempunyai 4 pasang kumis, mulut besar, warna kelabu sampai hitam. Lele dumbo banyak ditemukan di rawa-rawa dan sungai di  Afrika,   terutama  di  dataran  rendah sampai sedikit payau. Ikan ini mempunyai alat  pernapasan  tambahan  yang  disebut aborescent, sehingga mampu hidup dalam air yang oksigennya rendah.
Lele    dumbo    termasuk     ikan karnivora,  narr.un  pada  usia  benih  lebih bersifat omnivora.  Induk lele dumbo sudah dapat dipijahkan  setelah  berumur 2 tahun dan dapat memijah  sepanjang  tahun.  Ciri-ciri    induk      lele      dumbo       betina      dan      jantan adalah sebagai berikut :
-        Induk  betina : tubuh  lebih  pendek, mempunyai dua buah lubang kelamin yang bentuknya bulat.
-        Induk jantan : tubuh  lebih  panjang, mempunyai satu buah lubang kelamin yang bentuknya memanjang.




III.  PEMBENIHAN
Saat  ini  lele  dumbo  dapat dipijahkan    secara    alami.    Namun demikian  banyak  orang  lebih  suka memijahkan   dengan   cara   buatan (disuntik) karena penjadwalan produksi dapat dilakukan lebih tepat.

A.  Pematangan Gonad
Pematangan gonad dilakukan di kolam seluas 50 s/d 200 m2 dengan kepadatan 2 s/d 4kg/ m2. Setiap hari diberi  pakan  tambahan  berupa  pellet sebanyak  3%  per  hari  dari  berat tubuhnya.

B.  Seleksi Induk
-        Seleksi  bertujuan  untuk  mengetahui tingkat kematangan induk yang akan dipijahkan.
-        Induk betina ditandai dengan perutnya yang  buncit  dan  kadang-kadang apabila dipijit ke arah lubang kelamin, keluar  telur  yang  warnanya  kuning tua.
-        Induk jantan  ditandai  dengan  warna tubuh   dan    alat   kelaminnya    agak kemerahan.

C.  Pemberokan
-        Pemberokan  dilakukan  dalam  bak seluas  4 s/d 6 m2   dan   tinggi  1  m, selama    1 s/d 2 hari.
-        Pemberokan     bertujuan     untuk membuang kotoran dan mengurangi kandungan lemak dalam gonad.
-        Setelah  diberok,  kematangan  induk diperiksa kembali.

D.  Penyuntikan
-        Induk  betina  disuntik  dengan larutan    hipofisa    ikan    mas sebanyak 2 dosis (1 kg induk membutuhkan 2 kg ikan mas) dan jantan  ½   dosis  atau  ovaprim 0,3 ml/kg.
-        Penyuntikan   dilakukan   pada bagian punggung.


E.  Pemijahan/Pengurutan
-        Apabila akan dipijahkan secara alami,  induk jantan  dan  betina yang  sudah disuntik disatukan dalam bak yang telah diberi ijuk dan dibiarkan memijah sendiri.
-        Apabila   akan   diurut,   maka pengurutan dilakukan 8 s/d 1 jari setelah penyuntikan.
-        Langkah    pertama    adalah menyiapkan  sperma  :  ambil kantong sperma dari induk jantan dengan   membedah   bagian Perutnya,    gunting    kantong sperma dan keluarkan. Cairan sperma ditampung dafam gelas yang sudah diisi NaCI sebanyak ½  bagiannya. Aduk hingga rata Bila  terlalu  pekat,  tambahkan NaCI sampai larutan berwarna putih susu agak encer.
-        Ambil induk betina yang akan dikeluarkan telurnya. Pijit bagian Perut  kearah  lubang  kelamin sampai telurnya keluar. Telur ditampung   dalam   mangkuk Plastik yang bersih dan kering Masukan larutan sperma sedikit demi sedikit dan aduk sampai merata.   Tambahkan   larutan NaCl agar sperma lebih merata Agar terjadi    Pembuahan, tambahkan  air  bersih  dan aduklah agar merata sehingga Pembenihan dapat berlangsung dengan baik, untuk mencuci telur dari darah dan kotoran lainnya, tambahkan   lagi   air   bersih kemudian dibuang. Lakukan 2 s/d 3 kali agar bersih.
-        Telur   yang    sudah    bersih dimasukan   ke   dalam  hapa penetasan yang sudah dipasang di  bak.  Bak  dan  hapa  tersebut ukuran 2 X 1 X 0,4 m dan sudah diisi  air 30 cm. Cara memasukan, telur diambil dengan bulu  ayam,  lalu  sebarkan ke seluruh permukaan hapa sampai merata.  Dafam 2 s/d 3 hari telur akan  menetas  dan  larvanya dibiarkan selama 4 s/d 5 hari atau sampai berwarna hitam.

F.  Pendederan
-        Persiapan  kolam  pendederan dilakukan  seminggu  sebelum penebaran larva, yang meliputi : pengeringan, perbaikan, pematang,  pengolahan  tanah dasar dan pembuatan kemalir.
-        Pengapuran dilakukan dengan melarutkan kapur tohor ke dalam tong,  kemudian  disebarkan ke seluruh  pematang  dan  dasar kolam.  Dosisnya 250 s/d 500 g/m2.
-        Pemupukan     menggunakan kotoran ayam dengan dosis 500 s/d 1.000 gr/m2. Kolam diisi air setinggi 40 cm dan setelah 3 hari,       disemprot       dengan organophosphat  4  ppm  dan dibiarkan selama 4 hari.
-        Benih  ditebar  pada  pagi  hari dengan kepadatan 100 s/d 200 ekor/m2.
-        Pendederan dilakukan selama 21 hari.  Pakan  tambahan  diberikan setiap hari berupa tepung pellet sebanyak  0,75 gr/1.000 ekor.

IV.  PENYAKIT
Penyakit yang sering menyerang lele dumbo adalah Ichthyopthirius multifilis atau lebih  dikenal  dengan  white  spot  (bintik putih).    Pencegahan,    dapat   dilakukan dengan  persiapan  kolam  yang  baik, terutama  pengeringan  dan  pengapuran. Pengobatan dilakukan dengan menebarkan garam dapur sebanyak 200 gr/m3 setiap 10 hari selama pemeliharaan atau merendam ikan   yang   sakit   ke   dalam   larutan Oxytetracyclin 2 mg/liter.

Sumber:
Razi F, 2015. Pembenihan Ikan Lele Dumbo. Didownload dari laman http://komunitaspenyuluhperikanan.blogspot.co.id/2014/02/managemen-air-pada-budidaya-lele-sistem.html


Jumat, 30 Maret 2018

BUDIDAYA IKAN LELE

I. Pendahuluan.
Lele merupakan jenis ikan yang digemari masyarakat, dengan rasa yang lezat, daging empuk, duri teratur dan dapat disajikan dalam berbagai macam menu masakan. PT. NATURAL NUSANTARA dengan prinsip K-3 (Kuantitas, Kualitas dan Kesehatan) membantu petani lele dengan paket produk dan teknologi.

II. Pembenihan Lele.
Adalah budidaya lele untuk menghasilkan benih sampai berukuran tertentu dengan cara mengawinkan induk jantan dan betina pada kolam-kolam khusus pemijahan. Pembenihan lele mempunyai prospek yang bagus dengan tingginya konsumsi lele serta banyaknya usaha pembesaran lele.

III. Sistem Budidaya.
Terdapat 3 sistem pembenihan yang dikenal, yaitu :
1. Sistem Massal.
Dilakukan dengan menempatkan lele jantan dan betina dalam satu kolam dengan perbandingan tertentu. Pada sistem ini induk jantan secara leluasa mencari pasangannya untuk diajak kawin dalam sarang pemijahan, sehingga sangat tergantung pada keaktifan induk jantan mencari pasangannya.
2. Sistem Pasangan. Dilakukan dengan menempatkan induk jantan dan betina pada satu kolam khusus. Keberhasilannya ditentukan oleh ketepatan menentukan pasangan yang cocok antara kedua induk.
3. Pembenihan Sistem Suntik (Hyphofisasi).
Dilakukan dengan merangsang lele untuk memijah atau terjadi ovulasi dengan suntikan ekstrak kelenjar Hyphofise, yang terdapat di sebelah bawah otak besar. Untuk keperluan ini harus ada ikan sebagai donor kelenjar Hyphofise yang juga harus dari jenis lele.

IV. Tahap Proses Budidaya.
A. Pembuatan Kolam.
Ada dua macam/tipe kolam, yaitu bak dan kubangan (kolam galian). Pemilihan tipe kolam tersebut sebaiknya disesuaikan dengan lahan yang tersedia. Secara teknis baik pada tipe bak maupun tipe galian, pembenihan lele harus mempunyai :
Kolam tandon. Mendapatkan masukan air langsung dari luar/sumber air. Berfungsi untuk pengendapan lumpur, persediaan air, dan penumbuhan plankton. Kolam tandon ini merupakan sumber air untuk kolam yang lain.
Kolam pemeliharaan induk. Induk jantan dan bertina selama masa pematangan telur dipelihara pada kolam tersendiri yang sekaligus sebagai tempat pematangan sel telur dan sel sperma.
Kolam Pemijahan. Tempat perkawinan induk jantan dan betina. Pada kolam ini harus tersedia sarang pemijahan dari ijuk, batu bata, bambu dan lain-lain sebagai tempat hubungan induk jantan dan betina.
Kolam Pendederan. Berfungsi untuk membesarkan anakan yang telah menetas dan telah berumur 3-4 hari. Pemindahan dilakukan pada umur tersebut karena anakan mulai memerlukan pakan, yang sebelumnya masih menggunakan cadangan kuning telur induk dalam saluran pencernaannya.

B. Pemilihan Induk
Induk jantan mempunyai tanda :
- tulang kepala berbentuk pipih
- warna lebih gelap
- gerakannya lebih lincah
- perut ramping tidak terlihat lebih besar daripada punggung
- alat kelaminnya berbentuk runcing.
Induk betina bertanda :
- tulang kepala berbentuk cembung
- warna badan lebih cerah
- gerakan lamban
- perut mengembang lebih besar daripada punggung alat kelamin berbentuk bulat.

C. Persiapan Lahan.
Proses pengolahan lahan (pada kolam tanah) meliputi :
- Pengeringan. Untuk membersihkan kolam dan mematikan berbagai bibit penyakit.
- Pengapuran. Dilakukan dengan kapur Dolomit atau Zeolit dosis 60 gr/m2 untuk mengembalikan keasaman tanah dan mematikan bibit penyakit yang tidak mati oleh pengeringan.
- Perlakuan TON (Tambak Organik Nusantara). untuk menetralkan berbagai racun dan gas berbahaya hasil pembusukan bahan organik sisa budidaya sebelumnya dengan dosis 5 botol TON/ha atau 25 gr (2 sendok makan)/100m2. Penambahan pupuk kandang juga dapat dilakukan untuk menambah kesuburan lahan.
- Pemasukan Air. Dilakukan secara bertahap, mula-mula setinggi 30 cm dan dibiarkan selama 3-4 hari untuk menumbuhkan plankton sebagai pakan alami lele.
Pada tipe kolam berupa bak, persiapan kolam yang dapat dilakukan adalah :
- Pembersihan bak dari kotoran/sisa pembenihan sebelumnya.
- Penjemuran bak agar kering dan bibit penyakit mati. Pemasukan air fapat langsung penuh dan segera diberi perlakuan TON dengan dosis sama

D. Pemijahan.
Pemijahan adalah proses pertemuan induk jantan dan betina untuk mengeluarkan sel telur dan sel sperma. Tanda induk jantan siap kawin yaitu alat kelamin berwarna merah.
Induk betina tandanya sel telur berwarna kuning (jika belum matang berwarna hijau). Sel telur yang telah dibuahi menempel pada sarang dan dalam waktu 24 jam akan menetas menjadi anakan lele.

E. Pemindahan.
Cara pemindahan :
- kurangi air di sarang pemijahan sampai tinggi air 10-20 cm.
- siapkan tempat penampungan dengan baskom atau ember yang diisi dengan air di sarang.
- samakan suhu pada kedua kolam
- pindahkan benih dari sarang ke wadah penampungan dengan cawan atau piring.
- pindahkan benih dari penampungan ke kolam pendederan dengan hati-hati pada malam hari, karena masih rentan terhadap tingginya suhu air.

F. Pendederan.
Adalah pembesaran hingga berukuran siap jual, yaitu 5 - 7 cm, 7 - 9 cm dan 9 - 12 cm dengan harga berbeda. Kolam pendederan permukaannya diberi pelindung berupa enceng gondok atau penutup dari plastik untuk menghindari naiknya suhu air yang menyebabkan lele mudah stress. Pemberian pakan mulai dilakukan sejak anakan lele dipindahkan ke kolam pendederan ini.

V. Manajemen Pakan.
Pakan anakan lele berupa :
- pakan alami berupa plankton, jentik-jentik, kutu air dan cacing kecil (paling baik) dikonsumsi pada umur di bawah 3 - 4 hari.
- Pakan buatan untuk umur diatas 3 - 4 hari. Kandungan nutrisi harus tinggi, terutama kadar proteinnya.
- Untuk menambah nutrisi pakan, setiap pemberian pakan buatan dicampur dengan POC NASA dengan dosis 1 - 2 cc/kg pakan (dicampur air secukupnya), untuk meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan tubuh karena mengandung berbagai unsur mineral penting, protein dan vitamin dalam jumlah yang optimal.

VI. Manajemen Air.
Ukuran kualitas air dapat dinilai secara fisik :
- air harus bersih
- berwarna hijau cerah
- kecerahan/transparansi sedang (30 - 40 cm).

Ukuran kualitas air secara kimia :
- bebas senyawa beracun seperti amoniak
- mempunyai suhu optimal (22 - 26 0C).

Untuk menjaga kualitas air agar selalu dalam keadaan yang optimal, pemberian pupuk TON sangat diperlukan. TON yang mengandung unsur-unsur mineral penting, lemak, protein, karbohidrat dan asam humat mampu menumbuhkan dan menyuburkan pakan alami yang berupa plankton dan jenis cacing-cacingan, menetralkan senyawa beracun dan menciptakan ekosistem kolam yang seimbang. Perlakuan TON dilakukan pada saat oleh lahan dengan cara dilarutkan dan di siramkan pada permukaan tanah kolam serta pada waktu pemasukan air baru atau sekurang-kurangnya setiap 10 hari sekali. Dosis pemakaian TON adalah 25 g/100m2.

VI. Manajemen Kesehatan.
Pada dasarnya, anakan lele yang dipelihara tidak akan sakit jika mempunyai ketahanan tubuh yang tinggi. Anakan lele menjadi sakit lebih banyak disebabkan oleh kondisi lingkungan (air) yang jelek. Kondisi air yang jelek sangat mendorong tumbuhnya berbagai bibit penyakit baik yang berupa protozoa, jamur, bakteri dan lain-lain. Maka dalam menejemen kesehatan pembenihan lele, yang lebih penting dilakukan adalah penjagaan kondisi air dan pemberian nutrisi yang tinggi. Dalam kedua hal itulah, peranan TON dan POC NASA sangat besar. Namun apabila anakan lele terlanjur terserang penyakit, dianjurkan untuk melakukan pengobatan yang sesuai. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa, bakteri dan jamur dapat diobati dengan formalin, larutan PK (Kalium Permanganat) atau garam dapur. Penggunaan obat tersebut haruslah hati-hati dan dosis yang digunakan juga harus sesuai.


Kamis, 29 Maret 2018

BUDIDAYA LELE POLA 45 HARI

I.                   PENDAHULUAN
Kementerian Kelautan dan Perikanan mencanangkan visi “ Indonesia Penghasil Produk Kelautan dan Perikanan Terbesar 2015.  Visi ini membawa konsekuensi untuk meningkatkan produksi komoditas kelautan dan perikanan di Indonesia.  Salah satu komoditas perikanan yang dapat ditingkatkan produksinya adalah ikan lele.  Adapun misi pembangunan kelautan dan perikanan yaitu “  Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan “.  Misi ini membawa konsekuensi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat kelautan dan perikanan Indonesia sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan.  Salah satu usaha perikanan yang masih dapat ditingkatkan pendapatanya yaitu usaha budidaya lele.    
 Pada era otonomi daerah, setiap Pemerintah Kabupaten/Kota berusaha meningkatkan pemanfaatan potensi wilayahnya.  Salah satu potensi yang dapat ditingkatan adalah budidaya lele di pedesaan.  Budidaya ikan lele di pedesaan ini diharapkan dapat meningkatkan produksi ikan lele dan sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat.
Pemerintah telah berupaya memberikan dukungan yang cukup memadai untuk meningkatkan produksi lele di pedesaan dengan berbagai kegiatan seperti Pengembangan Wirausaha Pemula paket budidaya ikan lele,
Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP) paket budidaya lele di kolam termal, dll.  Pada tahap implementasi usaha terdapat kenyataan bahwa usaha budidaya lele pada kegiatan pembesaran untuk ikan konsumsi dirasa masih relatif lama yauti memerlukan waktu 90 hari.  Salah satu upaya untuk mengatasi masalah ini yaitu memperpendek waktu pemeliharaan yaitu menjadi 45 hari.  Dengan waktu yang lebih singkat ini akan membawa percepatan putaran uang dan peningkatan produksi pada kurun waktu 90 hari. 
Upaya melakukan budidaya lele 45 hari ini dengan memperhatikan tindakan antara lain :
1.      Mempersiapkan kualitas air untuk menciptakan suasana nyaman bagi ikan lele dengan konsep green water system.
2.      Memakai benih lele ukuran 7-9 cm untuk mengurangi tingkat kematian pada saat proses pembesaran.
3.      Memberi pakan secara baik, dengan kadar protein 28-30 %
4.      Melakukan perawatan secara teliti dengan memperhatikan kesehatan ikan dan menjaga kualitas air.
Untuk menerapkan cara budidaya ditingkat lapangan para pelaku utama dibawa pada prinsip “ seeing is believing”  dengan mengunjungi penerapan budidaya pada kolam terpal di Balai Benih Ikan Colomadu.  Sedangkan untuk meningkatkan keyakinan para pelaku usaha dibimbing dengan prinsip “  Learning by doing “ di lahan usaha masing-masing.








II.                 BAHAN  DAN METODA  
A.     Bahan.
Bahan utama yang diperlukan pada budidaya lele pola 45 hari yaitu :
1.      Terpal plastic ukuran 5x7 cm2, untuk membuat wadah budidaya ukuran seluas 2x5 cm atau 10m2.
2.      Kayu atau bamboo secukupnya, untuk membuat rangka terpal.
3.      Pupuk organic (fine compos) 5 kg, untuk membuat organic culture system
4.      Batang pisang 10kg dan daun papaya 5 kg,  untuk menyerap bahan beracun dan penyangga pH
5.      Benih ikan ukuran 8 cm ( 7-9 cm), sebanyak 2000 ekor
6.      Pakan ikan berupa pellet kadar protein 28-30 %
7.      Vitamin C (beta-glucan) untuk imunostimulan
8.      Obat ikan Zero, untuk antisipasi serangan penyakit
9.      Thermometer air 50 oC, untuk deteksi suhu air
10.  pH meter atau kertas lakmus, untuk deteksi keasaman
11.  Mistar 100 cm, untuk deteksi kedalaman air
12.  Selang plastic diameter 2-4 cm, untuk sifonisasi
13.  Timbangan 2kg dan 50 kg, untuk mengukur bobot pakan dan ikan
14.  Ember 10 ltr, untuk wadah pakan
15.          Serok,untuk panen ikan



B.      Metoda.
Metoda yang diuraikan di sini adalah tindakan kronologis dalam melaksanakan budidaya lele pola 45 hari.  Secara garis besar metoda yang diterapkan sebagai berikut :
1.       Persiapan media budidaya dengan prinsip “ Organic Culture System “
-          Merakit wadah budidaya dengan bahan dari bambu dan terpal plastic ukuran 5x7 m2, menjadi kolam terpal seluas 10 m2, pada alas terpal ditaburi sekam padi setebal 1 cm
-          Menaburkan pupuk organic (kotoran ternak sapi/fine compos) sebanyak 5 kg untuk luasa kolam 10 m2 diratakan di dasar kolam.
-          Memasukkan air bersih ke dalam wadah budidaya sampai ketinggian air mencapai 30 cm.
-          Memasukkan potongan batang pisang, sebanyak 10 kg ke dalam air kolam.
-          Memasukkan potongan daun papaya sebanyak 5 kg ke dalam air kolam, disebar merata di permukaan kolam.
-                    2. Penebaran Bibit Lele.
-                   Menyiapkan bibit lele ukuran 8 cm ( 7-9 cm ), sebanyak 2000 ekor
-                   Bibit lele yang baru diambil dari tempat pembibitan, dimandikan (bathing) dengan larutan Malacyt Green dosis ………….., selama 30 menit dalam wadah ember volume 50 ltr.
-                   Setelah dimandikan diaklimatisasi pada ember lain berisis air dari kolam, direndam selama 60 menit, dalam ember 50 ltr.
-                   Penebaran bibit ke kolam terpal sebaiknya pagi hari jam 08.00 -09.00 WIB, dengan cara ember yang berisi ikan dimasukkan ke dalam kolam, jangan secara kasar menuangkan air ember berisi ikan ke kolam karena dapat menyebabkan stress pada ikan.
-                   Pada sore hari bibit ikan belum diberi pakan.
-                    3.  Perawatan Selama Pemeliharaan.
-            Pada hari ke 2 ikan diberi pakan pellet kadar protein 28-30 % secara adlibitum atau 250 gram pada pagi hari jam 08.00 – 09.00 WIB dan sore hari 250 gram pada sore hari jam 16.00-17.00 WIB, pemberian pakan seperti ini dilaksanakan sampai hari ke 13.
-            Pada hari ke 14, volume air dikurangi hingga kedalaman tinggal 15 cm, dengan cara menyifon pada dasar kolam jam 07.00-08.00, saat pagi hari lele tidak diberi pakan.  Setelah kedalam air tinggal 15 cm terus ditambahkan air baru hingga kedalaman 40 cm. Ikan diberi  pakan pada sore hari jam 16.00-17.00 WIB secara adlibitum.
-            Pada hari ke 15, lele diberi pakan pada pagi hari sebanyak 300 gram dan dicampur dengan vitamin C dosis ………………..,pada sore hari diberi pakan secara adlibitum.  Pemberian seperti ini berlangsung sampai hari ke 27.
-            Pada hari ke 28, volume air dikurangi hingga kedalaman tinggal 20 cm, dengan cara menyifon dibagian dasar kolam, dilakukan pada pagi hari jam 07.00 – 08.00 WIB, namun ikan tidak diberi pakan sejak pagi hari. Jika kedalam air tinggal 20 cm, segera ditambah dengan air baru sampai kedalaman 50 cm.  Ikan diberi pakan pada sore hari jam 16.00 – 17.00 WIB secara adlibitum.
-            Pada hari ke 29 ikan diberi pakan sebanyak 500 gram yang telah dicampur dengan vitamin C dosis …………………diberikan pagi hari jam 08.00 – 09.00.  Sore hari diberi pakan secara adlibitum pada jam 16.00 – 17.00 WIB.  Pemberian dilanjutkan sampai hari ke  37 baik pagi maupun sore hari.
-            Pada hari ke 38, volume air dikurangi hingga kedalam 25 cm, dengan cara menyifon dibagian dasar, lalu ditambah air baru ke hingga kedalaman mencapai 60 cm.  Sore hari ikan diberi pakan secara adlibitum. 
-            Pada hari ke 39, lele diberi pakan pada pagi dan sore secara adlibitum hingga masa panen yaitu hari ke 45.

-                                                      Pada kegiatan ini pelaku utama dibawa dalam kerja “ Learning by doing”









III.              HASIL DAN PEMBAHASAN

Budidaya lele pola 45 hari, diawali dengan penyediaan media budidaya dengan prinsip “ Organic Culture System “.  Proses ini dilakukan dengan cara menebarkan pupuk organic (fine compost) di sara kolam sebanyak 500 gram/m2 ih besartatau 5kg dalam luasan 10 m2.  Penebaran pupuk organik bertujuan untuk menumbuhkan menumbuhkan fitoplankton dan zooplankton. Kemudian kolam diberi air hingga ketingian 30 cm.  Pada hari ke 3 fitoplankton (tumbuhan air) mulai tumbuh ditandai perairan berwarna hijau.  Menurut (Kuncoro, 2011) kondisi perairan dikatakan baik jika warna air hijau muda,hijau kuning,atau kecoklatan.  Perairan dikatak buruk jika warna air hitam, ciklat,atau malah jernih.
Pada pemeliharaan lele pola 45 hari warna perairan hijau coklat, berarti masih dalam kondisi baik.
Penebaran bibit ikan ukuran 8 cm ( 7-9 cm) merupakan upaya untuk mengurangi tingkat kematian, mempercepat waktu panen, dan mengurangi tingkat keragaman hasil panen.  Hal ini dapat dipahami bahwa bibit lele ukuran yang besar lebih tahan terhadap serangan penyakit maupun perubahan lingkungan yang memburuk.  Benih ukuran besar juga akan memperkecil Food Convertin Ratio (FCR).  Selama pemeliharaan diperoleh nilai FCR 0,96 berarti untuk memperoleh hasil panen 1 kg memerlukan pakan 0,96 kg.  Tingkat hidup juga mempunyai nilai yang reltif tinggi yaitu kurang lebih 93,9 %.  Untuk itu memelihara lele dengan benih ukuran besar akan banyak member keuntungan (Anonim, 2010).
Dengan waktu panen yang relative singkat dan tingkat kematian yang kecil serta nilai FCR rendah, maka dapat memberi semangat pada pelaku utama sebagai wirausaha pemula.  Hal ini juga menambah keyakinan pelaku utama dalam menerapkan teknologi, serta mendukung prinsip “Seeing is believing” (Saragih, 2001). Selanjutnya pelaku utama dimohon menerapkan di lahan usahanya.
Pemberian pakan pada dasarnya memperhatikan 3 % dari bobot ikan di kolam, namun pada praktisnya dilakukan pendekatan hitungan.  Pada hari keduna benih lele diberi pakan bagi 250 gram dan sore juga 250 gram.  Namun pada hari ketiga hingga hari ke 13 diberi pakan secara adlibitum, artinya pakan diberikan selama lele masih mau menelan pakan. Tindakan ini juga bermanfaat untuk memonitor kesehatan selama pemeliharaan.  Pada hari ke 14 sebagian air dasar kolam dikelurkan dengan cara sifonisasi, yaitu dengan selang plastic air dasar kolam disedot keluar hingga ketinggian tinggal 15 cm, sesudah itu diisi air bersih hingga mencapai ketinggian 40 cm. Pengeluaran air dilakukan pada pagi hari jam 08.00, dan lele tidak diberi pakan jika akan dilakukan sifonisasi.  Sifonisasi ini bertujuan untuk membuang sisa metabolism seperti urine dan feses,  serta sisa pakan yang mengendap di dasar kolam.
Pada hari ke 15, ikan diberi pakan sebanyak 400 gram dimana ikan dicampur dengan vitamin C sesuai dosis anjuran kemasan vitamin.  Pada sore hari ikan diberi pakan secara adlibitum sambil diamati pola makan kurang lebih 15 menit.  Pemberian pakan dengan vitamin C ini bertujuan menjaga kebugaran lele, dan sampai pada hari ke 27 lele tetap sehat.
Pada hari ke 28 dilakukan sifonisasi hingga kedalam air tinggal 20 cm, setelah itu air ditambah sampai kedalam ketinggian air 50 cm.  Dengan ketinggian ini lele masih dapat hidup sehat dengan nafsu makan yang normal.  Pada hari ke 29 lele diberi pakan pada pagi hari berjumlah 500 gram dengan dicampur vitamin C.  Sampai pada hari ke 37 lele masih dalam keadaan sehat.
Pada hari ke 38 keadaan lele tetap sehat, walaupun air berwarna hijau kecoklatan
(kelompok) yaitu lele ukuran kecil bobot kurang dari 100 gram sebanyak 25 ekor dengan berat total 2 kg.  Lele ukuran besar bobot lebih dari 100 gram sebanyak 40 ekor dengan bobot total 5 kg.  Sedangkan lele ukuran target produksi diperoleh bobot total 180 kg, dengan jumlah lebih kurang 1800 ekor.
Selama pemeliharaan memerlukan pakan sebanyak 180 kg, namun diperoleh hasil bobot 187 kg, hal ini dapat dipahami bahwa bibit lele yang ditebar ukuran besar yaitu 7-9 cm.  Keadaan ini dapat memperkecil nilai FCR, dibanding dengan pemeliharaan dengan bibit ukuran kecil 5-7 cm
Secara ekonomi, pemeliharaa ini memerlukan biaya total Rp. 1.625.000,- dan diperoleh hasil penjualan sebesar Rp. 2.057.000,-.  Keadaan ini dapat diperoleh pendapatan kotor Rp. 432.000,- adapun data secara rinci disajikan pada lampiran 1.  Pendapatan ini masih dalam taraf usaha keluarga, karena upah tenaga kerja belum dihitung termasuk bunga modal juga belum dihitung.
Para pelaku utama masih berharap dapat meningkatkan pendapatan dengan memperkecil biaya pakan dalam arti ada pakan yang harganya lebih murah namun masih tetap baik untuk memproduksi lele konsimsi.
Dari aspek metoda penyuluhan, pemeliharaan lele pola 45 hari dilakukan di Balai Benih Ikan Colomadu  Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Karanganyar pada tanggal 2 April s/d 16 Mei 2011.
Hal ini dilakukan   pada lokasi BBI agar pelaku utama melihat prosese budidaya yang dapat diketahui oleh semua orang yang membeli benih ikan ke BBI.  Kegiatan seperti ini mengacu pada prinsip “Seeing is believing”.
 Selanjutnya dilakukan di lahan pelaku utama pada tgl . 19 Mei  s/d 4 Juli 2011, untuk memberi pengalaman langsung dengan prinsip “ Learning by doing”.  Dengan penerapan metoda penyuluhan seperti ini diharapkan dapat memberi manfaat yang optimal bagi pelaku utama dalam kegiatan budidaya lele konsumsi.

















IV.  KESIMPULAN  DAN SARAN

  1. Kesimpulan.
–Budidaya lele pola 45 hari, dapat mempersingkat waktu panen,dari  durasi waktu   pemeliharaan yang biasanya 80-90 hari menjadi  45 hari.
-Dengan pemeliharaan selama 45 hari, dapat meningkatkan produksi dan pendapatan, pada kurun waktu 80-90 hari biasa panen 2 kali dan dengan modal yang sama diperoleh pendapatan dua kali karena modal beroperasi dua kali.

  1.  Saran.
–Perlu penelitian secara detail untuk mempersingkat waktu pemeliharaan lele guna meningkatkan produksi dan pendapatan pelaku utma.
-Pada setiap kali panen lele selalu didapati beberapa lele yang pertumbuhannya lebih cepat, untuk itu perlu rekayasa genetic guna mendapatkan lele yang perumbuhannya lebih cepat.
-Pada usaha budidaya lele biaya pakan mempunyai proporsi yang cukup besar biasa sampai 60-70% dari total biaya, untuk itu perlu  rekayasa pakan alternatif yang harganya lebih murah dari harga pakan pabrik namun kualitasnya masih baik untuk mendukung pertumbuhan lele.









DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2010. Pedoman Teknis Pendampingan Pengembangan Usaha Mina Pedesaan
(PUMP) dan Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR). Badan Pengembangan  SDMKP Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta  (1) : 10-12.

Anonim 2010.  Lele Kilat Pembesaran  50 Hari. Trubus.  Jakarta (4) : 54-58


Amri,A dan Khairuman.  2002.  Budidaya Lele Lokal Secara Intensif.  Agromedia Pustaka.
Depok. (3) : 11-14


Hepher,B.1978.  Ecological Aspect of Warm Water Fishpond Management, dalam Gerging
S.D. (ed).  Ecology of Fresh Water Fish Production.  Blackwell Sci, Publ.  Oxford.  Halaman  447


Hadadi,A. 2005.  Kultur Massal Daphnia sp di Kolam dalam Mendukung Kawasan
Budidaya.  Jurnal Budidaya Air Tawar Vol.V (3) : 15-20.  Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi.


Irianto,A.  2005.  Patologi Ikan Teleostei.  Gajah Mada University Press.  Jogyakarta


Mujiman, A.   2007.   Makanan  Ikan .  Penebar Swadaya.  Jakarta. (8) : 67-68


Sujionohadi, K dan Suhedi,E.  2009.  Budidaya Lele di Kolam Karpet.  Penebar swadaya.
Jakarta (4) 29-38



Saragih,B.  2001.  Penyuluhan Pertanian.  Yayasan Pengembangan Sinar Tani.  Jakarta



Sumber Tulisan:
Sunaryo, 2014. Budidaya Lele Pola 45 Hari. Penyuluh Perikanan Kabupaten Karang Anyar. Materi disampaikan pada Bimbingan Teknis Penulisan Karya Tulis Ilmiah dan Semi popular. Tgl 11-14 Juli 2011, di Inna Sindhu Beach Hotel, Sanur Bali