I.
PENDAHULUAN
Kementerian
Kelautan dan Perikanan mencanangkan visi “ Indonesia Penghasil Produk Kelautan
dan Perikanan Terbesar 2015. Visi ini
membawa konsekuensi untuk meningkatkan produksi komoditas kelautan dan
perikanan di Indonesia. Salah satu
komoditas perikanan yang dapat ditingkatkan produksinya adalah ikan lele. Adapun misi pembangunan kelautan dan
perikanan yaitu “ Meningkatkan
Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan “. Misi ini membawa konsekuensi untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat kelautan dan perikanan Indonesia sebagai
upaya meningkatkan kesejahteraan. Salah
satu usaha perikanan yang masih dapat ditingkatkan pendapatanya yaitu usaha
budidaya lele.
Pada era otonomi daerah, setiap Pemerintah
Kabupaten/Kota berusaha meningkatkan pemanfaatan potensi wilayahnya. Salah satu potensi yang dapat ditingkatan adalah
budidaya lele di pedesaan. Budidaya ikan
lele di pedesaan ini diharapkan dapat meningkatkan produksi ikan lele dan
sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat.
Pemerintah
telah berupaya memberikan dukungan yang cukup memadai untuk meningkatkan
produksi lele di pedesaan dengan berbagai kegiatan seperti Pengembangan
Wirausaha Pemula paket budidaya ikan lele,
Pengembangan
Usaha Mina Pedesaan (PUMP) paket budidaya lele di kolam termal, dll. Pada tahap implementasi usaha terdapat
kenyataan bahwa usaha budidaya lele pada kegiatan pembesaran untuk ikan
konsumsi dirasa masih relatif lama yauti memerlukan waktu 90 hari. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah ini
yaitu memperpendek waktu pemeliharaan yaitu menjadi 45 hari. Dengan waktu yang lebih singkat ini akan
membawa percepatan putaran uang dan peningkatan produksi pada kurun waktu 90
hari.
Upaya
melakukan budidaya lele 45 hari ini dengan memperhatikan tindakan antara lain :
1.
Mempersiapkan kualitas air
untuk menciptakan suasana nyaman bagi ikan lele dengan konsep green water
system.
2.
Memakai benih lele ukuran 7-9
cm untuk mengurangi tingkat kematian pada saat proses pembesaran.
3. Memberi pakan secara baik, dengan kadar
protein 28-30 %
4. Melakukan perawatan secara teliti dengan
memperhatikan kesehatan ikan dan menjaga kualitas air.
Untuk
menerapkan cara budidaya ditingkat lapangan para pelaku utama dibawa pada prinsip
“ seeing is believing” dengan
mengunjungi penerapan budidaya pada kolam terpal di Balai Benih Ikan Colomadu. Sedangkan untuk
meningkatkan keyakinan para pelaku usaha dibimbing dengan prinsip “ Learning by doing “ di lahan usaha
masing-masing.
II.
BAHAN
DAN METODA
A.
Bahan.
Bahan utama yang diperlukan pada
budidaya lele pola 45 hari yaitu :
1.
Terpal plastic ukuran 5x7 cm2,
untuk membuat wadah budidaya ukuran seluas 2x5 cm atau 10m2.
2.
Kayu atau bamboo secukupnya,
untuk membuat rangka terpal.
3.
Pupuk organic (fine compos) 5
kg, untuk membuat organic culture system
4.
Batang pisang 10kg dan daun
papaya 5 kg, untuk menyerap bahan
beracun dan penyangga pH
5.
Benih ikan ukuran 8 cm ( 7-9
cm), sebanyak 2000 ekor
6.
Pakan ikan berupa pellet kadar
protein 28-30 %
7.
Vitamin C (beta-glucan) untuk
imunostimulan
8.
Obat ikan Zero, untuk
antisipasi serangan penyakit
9.
Thermometer air 50 oC, untuk
deteksi suhu air
10.
pH meter atau kertas lakmus,
untuk deteksi keasaman
11.
Mistar 100 cm, untuk deteksi
kedalaman air
12.
Selang plastic diameter 2-4 cm,
untuk sifonisasi
13.
Timbangan 2kg dan 50 kg, untuk
mengukur bobot pakan dan ikan
14.
Ember 10 ltr, untuk wadah pakan
15.
Serok,untuk panen ikan
B.
Metoda.
Metoda yang diuraikan di sini adalah tindakan kronologis
dalam melaksanakan budidaya lele pola 45 hari.
Secara garis besar metoda yang diterapkan sebagai berikut :
1.
Persiapan media budidaya dengan prinsip “
Organic Culture System “
-
Merakit wadah budidaya dengan
bahan dari bambu dan terpal plastic ukuran 5x7 m2, menjadi kolam terpal seluas
10 m2, pada alas terpal ditaburi sekam padi setebal 1 cm
-
Menaburkan pupuk organic
(kotoran ternak sapi/fine compos) sebanyak 5 kg untuk luasa kolam 10 m2
diratakan di dasar kolam.
-
Memasukkan air bersih ke dalam
wadah budidaya sampai ketinggian air mencapai 30 cm.
-
Memasukkan potongan batang
pisang, sebanyak 10 kg ke dalam air kolam.
-
Memasukkan potongan daun papaya
sebanyak 5 kg ke dalam air kolam, disebar merata di permukaan kolam.
-
2. Penebaran Bibit Lele.
-
Menyiapkan bibit lele ukuran 8
cm ( 7-9 cm ), sebanyak 2000 ekor
-
Bibit lele yang baru diambil
dari tempat pembibitan, dimandikan (bathing) dengan larutan Malacyt Green dosis
………….., selama 30 menit dalam wadah ember volume 50 ltr.
-
Setelah dimandikan diaklimatisasi
pada ember lain berisis air dari kolam, direndam selama 60 menit, dalam ember
50 ltr.
-
Penebaran bibit ke kolam terpal
sebaiknya pagi hari jam 08.00 -09.00 WIB, dengan cara ember yang berisi ikan
dimasukkan ke dalam kolam, jangan secara kasar menuangkan air ember berisi ikan
ke kolam karena dapat menyebabkan stress pada ikan.
-
Pada sore hari bibit ikan belum
diberi pakan.
-
3. Perawatan Selama Pemeliharaan.
-
Pada hari ke 2 ikan diberi
pakan pellet kadar protein 28-30 % secara adlibitum atau 250 gram pada pagi
hari jam 08.00 – 09.00 WIB dan sore hari 250 gram pada sore hari jam
16.00-17.00 WIB, pemberian pakan seperti ini dilaksanakan sampai hari ke 13.
-
Pada hari ke 14, volume air
dikurangi hingga kedalaman tinggal 15 cm, dengan cara menyifon pada dasar kolam
jam 07.00-08.00, saat pagi hari lele tidak diberi pakan. Setelah kedalam air tinggal 15 cm terus
ditambahkan air baru hingga kedalaman 40 cm. Ikan diberi pakan pada sore hari jam 16.00-17.00 WIB
secara adlibitum.
-
Pada hari ke 15, lele diberi
pakan pada pagi hari sebanyak 300 gram dan dicampur dengan vitamin C dosis
………………..,pada sore hari diberi pakan secara adlibitum. Pemberian seperti ini berlangsung sampai hari
ke 27.
-
Pada hari ke 28, volume air
dikurangi hingga kedalaman tinggal 20 cm, dengan cara menyifon dibagian dasar
kolam, dilakukan pada pagi hari jam 07.00 – 08.00 WIB, namun ikan tidak diberi
pakan sejak pagi hari. Jika kedalam air tinggal 20 cm, segera ditambah dengan
air baru sampai kedalaman 50 cm. Ikan
diberi pakan pada sore hari jam 16.00 – 17.00 WIB secara adlibitum.
-
Pada hari ke 29 ikan diberi
pakan sebanyak 500 gram yang telah dicampur dengan vitamin C dosis …………………diberikan
pagi hari jam 08.00 – 09.00. Sore hari
diberi pakan secara adlibitum pada jam 16.00 – 17.00 WIB. Pemberian dilanjutkan sampai hari ke 37 baik pagi maupun sore hari.
-
Pada hari ke 38, volume air
dikurangi hingga kedalam 25 cm, dengan cara menyifon dibagian dasar, lalu
ditambah air baru ke hingga kedalaman mencapai 60 cm. Sore hari ikan diberi pakan secara adlibitum.
-
Pada hari ke 39, lele diberi
pakan pada pagi dan sore secara adlibitum hingga masa panen yaitu hari ke 45.
-
Pada kegiatan ini pelaku utama
dibawa dalam kerja “ Learning by doing”
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Budidaya lele pola 45 hari, diawali dengan
penyediaan media budidaya dengan prinsip “ Organic Culture System “. Proses ini dilakukan dengan cara menebarkan
pupuk organic (fine compost) di sara kolam sebanyak 500 gram/m2 ih besartatau
5kg dalam luasan 10 m2. Penebaran pupuk
organik bertujuan untuk menumbuhkan menumbuhkan fitoplankton dan zooplankton.
Kemudian kolam diberi air hingga ketingian 30 cm. Pada hari ke 3 fitoplankton (tumbuhan air)
mulai tumbuh ditandai perairan berwarna hijau.
Menurut (Kuncoro, 2011) kondisi perairan dikatakan baik jika warna air
hijau muda,hijau kuning,atau kecoklatan.
Perairan dikatak buruk jika warna air hitam, ciklat,atau malah jernih.
Pada pemeliharaan lele pola 45 hari warna perairan hijau
coklat, berarti masih dalam kondisi baik.
Penebaran bibit ikan ukuran 8 cm (
7-9 cm) merupakan upaya untuk mengurangi tingkat kematian, mempercepat waktu
panen, dan mengurangi tingkat keragaman hasil panen. Hal ini dapat dipahami bahwa bibit lele
ukuran yang besar lebih tahan terhadap serangan penyakit maupun perubahan lingkungan
yang memburuk. Benih ukuran besar juga
akan memperkecil Food Convertin Ratio (FCR).
Selama pemeliharaan diperoleh nilai FCR 0,96 berarti untuk memperoleh
hasil panen 1 kg memerlukan pakan 0,96 kg.
Tingkat hidup juga mempunyai nilai yang reltif tinggi yaitu kurang lebih
93,9 %. Untuk itu memelihara lele dengan
benih ukuran besar akan banyak member keuntungan (Anonim, 2010).
Dengan waktu panen yang relative
singkat dan tingkat kematian yang kecil serta nilai FCR rendah, maka dapat
memberi semangat pada pelaku utama sebagai wirausaha pemula. Hal ini juga menambah keyakinan pelaku utama
dalam menerapkan teknologi, serta mendukung prinsip “Seeing is believing”
(Saragih, 2001). Selanjutnya pelaku utama dimohon menerapkan di lahan usahanya.
Pemberian pakan pada dasarnya
memperhatikan 3 % dari bobot ikan di kolam, namun pada praktisnya dilakukan
pendekatan hitungan. Pada hari keduna
benih lele diberi pakan bagi 250 gram dan sore juga 250 gram. Namun pada hari ketiga hingga hari ke 13
diberi pakan secara adlibitum, artinya pakan diberikan selama lele masih mau
menelan pakan. Tindakan ini juga bermanfaat untuk memonitor kesehatan selama
pemeliharaan. Pada hari ke 14 sebagian
air dasar kolam dikelurkan dengan cara sifonisasi, yaitu dengan selang plastic
air dasar kolam disedot keluar hingga ketinggian tinggal 15 cm, sesudah itu
diisi air bersih hingga mencapai ketinggian 40 cm. Pengeluaran air dilakukan
pada pagi hari jam 08.00, dan lele tidak diberi pakan jika akan dilakukan
sifonisasi. Sifonisasi ini bertujuan
untuk membuang sisa metabolism seperti urine dan feses, serta sisa pakan yang mengendap di dasar
kolam.
Pada hari ke 15, ikan diberi pakan sebanyak 400 gram dimana ikan
dicampur dengan vitamin C sesuai dosis anjuran kemasan vitamin. Pada sore hari ikan diberi pakan secara
adlibitum sambil diamati pola makan kurang lebih 15 menit. Pemberian pakan dengan vitamin C ini
bertujuan menjaga kebugaran lele, dan sampai pada hari ke 27 lele tetap sehat.
Pada hari ke 28 dilakukan sifonisasi hingga kedalam air tinggal 20
cm, setelah itu air ditambah sampai kedalam ketinggian air 50 cm. Dengan ketinggian ini lele masih dapat hidup
sehat dengan nafsu makan yang normal.
Pada hari ke 29 lele diberi pakan pada pagi hari berjumlah 500 gram
dengan dicampur vitamin C. Sampai pada
hari ke 37 lele masih dalam keadaan sehat.
Pada hari ke 38 keadaan lele tetap sehat, walaupun air berwarna
hijau kecoklatan
(kelompok) yaitu lele ukuran kecil bobot kurang dari 100 gram
sebanyak 25 ekor dengan berat total 2 kg.
Lele ukuran besar bobot lebih dari 100 gram sebanyak 40 ekor dengan
bobot total 5 kg. Sedangkan lele ukuran
target produksi diperoleh bobot total 180 kg, dengan jumlah lebih kurang 1800
ekor.
Selama pemeliharaan memerlukan pakan sebanyak 180 kg, namun
diperoleh hasil bobot 187 kg, hal ini dapat dipahami bahwa bibit lele yang
ditebar ukuran besar yaitu 7-9 cm.
Keadaan ini dapat memperkecil nilai FCR, dibanding dengan pemeliharaan
dengan bibit ukuran kecil 5-7 cm
Secara ekonomi, pemeliharaa ini memerlukan biaya total Rp.
1.625.000,- dan diperoleh hasil penjualan sebesar Rp. 2.057.000,-. Keadaan ini dapat diperoleh pendapatan kotor
Rp. 432.000,- adapun data secara rinci disajikan pada lampiran 1. Pendapatan ini masih dalam taraf usaha
keluarga, karena upah tenaga kerja belum dihitung termasuk bunga modal juga
belum dihitung.
Para pelaku
utama masih berharap dapat meningkatkan pendapatan dengan memperkecil biaya
pakan dalam arti ada pakan yang harganya lebih murah namun masih tetap baik
untuk memproduksi lele konsimsi.
Dari aspek metoda penyuluhan, pemeliharaan lele pola 45 hari
dilakukan di Balai Benih Ikan Colomadu
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Karanganyar pada tanggal 2 April
s/d 16 Mei 2011.
Hal ini dilakukan pada
lokasi BBI agar pelaku utama melihat prosese budidaya yang dapat diketahui oleh
semua orang yang membeli benih ikan ke BBI.
Kegiatan seperti ini mengacu pada prinsip “Seeing is believing”.
Selanjutnya dilakukan di
lahan pelaku utama pada tgl . 19 Mei s/d
4 Juli 2011, untuk memberi pengalaman langsung dengan prinsip “ Learning by
doing”. Dengan penerapan metoda
penyuluhan seperti ini diharapkan dapat memberi manfaat yang optimal bagi
pelaku utama dalam kegiatan budidaya lele konsumsi.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
- Kesimpulan.
–Budidaya lele pola 45 hari, dapat
mempersingkat waktu panen,dari durasi
waktu pemeliharaan yang biasanya 80-90
hari menjadi 45 hari.
-Dengan pemeliharaan selama 45 hari,
dapat meningkatkan produksi dan pendapatan, pada kurun waktu 80-90 hari biasa
panen 2 kali dan dengan modal yang sama diperoleh pendapatan dua kali karena
modal beroperasi dua kali.
- Saran.
–Perlu penelitian secara detail untuk
mempersingkat waktu pemeliharaan lele guna meningkatkan produksi dan pendapatan
pelaku utma.
-Pada setiap kali panen lele selalu
didapati beberapa lele yang pertumbuhannya lebih cepat, untuk itu perlu
rekayasa genetic guna mendapatkan lele yang perumbuhannya lebih cepat.
-Pada usaha budidaya lele biaya pakan
mempunyai proporsi yang cukup besar biasa sampai 60-70% dari total biaya, untuk
itu perlu rekayasa pakan alternatif yang
harganya lebih murah dari harga pakan pabrik namun kualitasnya masih baik untuk
mendukung pertumbuhan lele.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2010. Pedoman Teknis Pendampingan Pengembangan Usaha Mina
Pedesaan
(PUMP) dan Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR). Badan
Pengembangan SDMKP Kementerian Kelautan
dan Perikanan. Jakarta (1) : 10-12.
Anonim
2010. Lele Kilat Pembesaran 50 Hari. Trubus. Jakarta
(4) : 54-58
Amri,A dan Khairuman. 2002.
Budidaya Lele Lokal Secara Intensif.
Agromedia Pustaka.
Depok. (3) : 11-14
Hepher,B.1978. Ecological Aspect of Warm Water Fishpond
Management, dalam Gerging
S.D. (ed). Ecology of Fresh
Water Fish Production. Blackwell Sci,
Publ. Oxford.
Halaman 447
Hadadi,A.
2005. Kultur Massal Daphnia sp di Kolam
dalam Mendukung Kawasan
Budidaya. Jurnal Budidaya Air
Tawar Vol.V (3) : 15-20. Balai Budidaya
Air Tawar Sukabumi.
Irianto,A. 2005.
Patologi Ikan Teleostei. Gajah Mada
University Press. Jogyakarta
Mujiman, A. 2007.
Makanan Ikan . Penebar Swadaya. Jakarta.
(8) : 67-68
Sujionohadi, K
dan Suhedi,E. 2009. Budidaya Lele di Kolam Karpet. Penebar swadaya.
Jakarta (4) 29-38
Saragih,B. 2001.
Penyuluhan Pertanian. Yayasan
Pengembangan Sinar Tani. Jakarta
Sumber Tulisan:
Sunaryo, 2014. Budidaya Lele Pola 45 Hari. Penyuluh Perikanan Kabupaten Karang Anyar. Materi disampaikan pada Bimbingan Teknis Penulisan Karya Tulis Ilmiah dan Semi popular. Tgl 11-14 Juli 2011, di Inna Sindhu Beach Hotel, Sanur Bali