Kamis, 29 Maret 2018

BUDIDAYA LELE POLA 45 HARI

I.                   PENDAHULUAN
Kementerian Kelautan dan Perikanan mencanangkan visi “ Indonesia Penghasil Produk Kelautan dan Perikanan Terbesar 2015.  Visi ini membawa konsekuensi untuk meningkatkan produksi komoditas kelautan dan perikanan di Indonesia.  Salah satu komoditas perikanan yang dapat ditingkatkan produksinya adalah ikan lele.  Adapun misi pembangunan kelautan dan perikanan yaitu “  Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan “.  Misi ini membawa konsekuensi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat kelautan dan perikanan Indonesia sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan.  Salah satu usaha perikanan yang masih dapat ditingkatkan pendapatanya yaitu usaha budidaya lele.    
 Pada era otonomi daerah, setiap Pemerintah Kabupaten/Kota berusaha meningkatkan pemanfaatan potensi wilayahnya.  Salah satu potensi yang dapat ditingkatan adalah budidaya lele di pedesaan.  Budidaya ikan lele di pedesaan ini diharapkan dapat meningkatkan produksi ikan lele dan sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat.
Pemerintah telah berupaya memberikan dukungan yang cukup memadai untuk meningkatkan produksi lele di pedesaan dengan berbagai kegiatan seperti Pengembangan Wirausaha Pemula paket budidaya ikan lele,
Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP) paket budidaya lele di kolam termal, dll.  Pada tahap implementasi usaha terdapat kenyataan bahwa usaha budidaya lele pada kegiatan pembesaran untuk ikan konsumsi dirasa masih relatif lama yauti memerlukan waktu 90 hari.  Salah satu upaya untuk mengatasi masalah ini yaitu memperpendek waktu pemeliharaan yaitu menjadi 45 hari.  Dengan waktu yang lebih singkat ini akan membawa percepatan putaran uang dan peningkatan produksi pada kurun waktu 90 hari. 
Upaya melakukan budidaya lele 45 hari ini dengan memperhatikan tindakan antara lain :
1.      Mempersiapkan kualitas air untuk menciptakan suasana nyaman bagi ikan lele dengan konsep green water system.
2.      Memakai benih lele ukuran 7-9 cm untuk mengurangi tingkat kematian pada saat proses pembesaran.
3.      Memberi pakan secara baik, dengan kadar protein 28-30 %
4.      Melakukan perawatan secara teliti dengan memperhatikan kesehatan ikan dan menjaga kualitas air.
Untuk menerapkan cara budidaya ditingkat lapangan para pelaku utama dibawa pada prinsip “ seeing is believing”  dengan mengunjungi penerapan budidaya pada kolam terpal di Balai Benih Ikan Colomadu.  Sedangkan untuk meningkatkan keyakinan para pelaku usaha dibimbing dengan prinsip “  Learning by doing “ di lahan usaha masing-masing.








II.                 BAHAN  DAN METODA  
A.     Bahan.
Bahan utama yang diperlukan pada budidaya lele pola 45 hari yaitu :
1.      Terpal plastic ukuran 5x7 cm2, untuk membuat wadah budidaya ukuran seluas 2x5 cm atau 10m2.
2.      Kayu atau bamboo secukupnya, untuk membuat rangka terpal.
3.      Pupuk organic (fine compos) 5 kg, untuk membuat organic culture system
4.      Batang pisang 10kg dan daun papaya 5 kg,  untuk menyerap bahan beracun dan penyangga pH
5.      Benih ikan ukuran 8 cm ( 7-9 cm), sebanyak 2000 ekor
6.      Pakan ikan berupa pellet kadar protein 28-30 %
7.      Vitamin C (beta-glucan) untuk imunostimulan
8.      Obat ikan Zero, untuk antisipasi serangan penyakit
9.      Thermometer air 50 oC, untuk deteksi suhu air
10.  pH meter atau kertas lakmus, untuk deteksi keasaman
11.  Mistar 100 cm, untuk deteksi kedalaman air
12.  Selang plastic diameter 2-4 cm, untuk sifonisasi
13.  Timbangan 2kg dan 50 kg, untuk mengukur bobot pakan dan ikan
14.  Ember 10 ltr, untuk wadah pakan
15.          Serok,untuk panen ikan



B.      Metoda.
Metoda yang diuraikan di sini adalah tindakan kronologis dalam melaksanakan budidaya lele pola 45 hari.  Secara garis besar metoda yang diterapkan sebagai berikut :
1.       Persiapan media budidaya dengan prinsip “ Organic Culture System “
-          Merakit wadah budidaya dengan bahan dari bambu dan terpal plastic ukuran 5x7 m2, menjadi kolam terpal seluas 10 m2, pada alas terpal ditaburi sekam padi setebal 1 cm
-          Menaburkan pupuk organic (kotoran ternak sapi/fine compos) sebanyak 5 kg untuk luasa kolam 10 m2 diratakan di dasar kolam.
-          Memasukkan air bersih ke dalam wadah budidaya sampai ketinggian air mencapai 30 cm.
-          Memasukkan potongan batang pisang, sebanyak 10 kg ke dalam air kolam.
-          Memasukkan potongan daun papaya sebanyak 5 kg ke dalam air kolam, disebar merata di permukaan kolam.
-                    2. Penebaran Bibit Lele.
-                   Menyiapkan bibit lele ukuran 8 cm ( 7-9 cm ), sebanyak 2000 ekor
-                   Bibit lele yang baru diambil dari tempat pembibitan, dimandikan (bathing) dengan larutan Malacyt Green dosis ………….., selama 30 menit dalam wadah ember volume 50 ltr.
-                   Setelah dimandikan diaklimatisasi pada ember lain berisis air dari kolam, direndam selama 60 menit, dalam ember 50 ltr.
-                   Penebaran bibit ke kolam terpal sebaiknya pagi hari jam 08.00 -09.00 WIB, dengan cara ember yang berisi ikan dimasukkan ke dalam kolam, jangan secara kasar menuangkan air ember berisi ikan ke kolam karena dapat menyebabkan stress pada ikan.
-                   Pada sore hari bibit ikan belum diberi pakan.
-                    3.  Perawatan Selama Pemeliharaan.
-            Pada hari ke 2 ikan diberi pakan pellet kadar protein 28-30 % secara adlibitum atau 250 gram pada pagi hari jam 08.00 – 09.00 WIB dan sore hari 250 gram pada sore hari jam 16.00-17.00 WIB, pemberian pakan seperti ini dilaksanakan sampai hari ke 13.
-            Pada hari ke 14, volume air dikurangi hingga kedalaman tinggal 15 cm, dengan cara menyifon pada dasar kolam jam 07.00-08.00, saat pagi hari lele tidak diberi pakan.  Setelah kedalam air tinggal 15 cm terus ditambahkan air baru hingga kedalaman 40 cm. Ikan diberi  pakan pada sore hari jam 16.00-17.00 WIB secara adlibitum.
-            Pada hari ke 15, lele diberi pakan pada pagi hari sebanyak 300 gram dan dicampur dengan vitamin C dosis ………………..,pada sore hari diberi pakan secara adlibitum.  Pemberian seperti ini berlangsung sampai hari ke 27.
-            Pada hari ke 28, volume air dikurangi hingga kedalaman tinggal 20 cm, dengan cara menyifon dibagian dasar kolam, dilakukan pada pagi hari jam 07.00 – 08.00 WIB, namun ikan tidak diberi pakan sejak pagi hari. Jika kedalam air tinggal 20 cm, segera ditambah dengan air baru sampai kedalaman 50 cm.  Ikan diberi pakan pada sore hari jam 16.00 – 17.00 WIB secara adlibitum.
-            Pada hari ke 29 ikan diberi pakan sebanyak 500 gram yang telah dicampur dengan vitamin C dosis …………………diberikan pagi hari jam 08.00 – 09.00.  Sore hari diberi pakan secara adlibitum pada jam 16.00 – 17.00 WIB.  Pemberian dilanjutkan sampai hari ke  37 baik pagi maupun sore hari.
-            Pada hari ke 38, volume air dikurangi hingga kedalam 25 cm, dengan cara menyifon dibagian dasar, lalu ditambah air baru ke hingga kedalaman mencapai 60 cm.  Sore hari ikan diberi pakan secara adlibitum. 
-            Pada hari ke 39, lele diberi pakan pada pagi dan sore secara adlibitum hingga masa panen yaitu hari ke 45.

-                                                      Pada kegiatan ini pelaku utama dibawa dalam kerja “ Learning by doing”









III.              HASIL DAN PEMBAHASAN

Budidaya lele pola 45 hari, diawali dengan penyediaan media budidaya dengan prinsip “ Organic Culture System “.  Proses ini dilakukan dengan cara menebarkan pupuk organic (fine compost) di sara kolam sebanyak 500 gram/m2 ih besartatau 5kg dalam luasan 10 m2.  Penebaran pupuk organik bertujuan untuk menumbuhkan menumbuhkan fitoplankton dan zooplankton. Kemudian kolam diberi air hingga ketingian 30 cm.  Pada hari ke 3 fitoplankton (tumbuhan air) mulai tumbuh ditandai perairan berwarna hijau.  Menurut (Kuncoro, 2011) kondisi perairan dikatakan baik jika warna air hijau muda,hijau kuning,atau kecoklatan.  Perairan dikatak buruk jika warna air hitam, ciklat,atau malah jernih.
Pada pemeliharaan lele pola 45 hari warna perairan hijau coklat, berarti masih dalam kondisi baik.
Penebaran bibit ikan ukuran 8 cm ( 7-9 cm) merupakan upaya untuk mengurangi tingkat kematian, mempercepat waktu panen, dan mengurangi tingkat keragaman hasil panen.  Hal ini dapat dipahami bahwa bibit lele ukuran yang besar lebih tahan terhadap serangan penyakit maupun perubahan lingkungan yang memburuk.  Benih ukuran besar juga akan memperkecil Food Convertin Ratio (FCR).  Selama pemeliharaan diperoleh nilai FCR 0,96 berarti untuk memperoleh hasil panen 1 kg memerlukan pakan 0,96 kg.  Tingkat hidup juga mempunyai nilai yang reltif tinggi yaitu kurang lebih 93,9 %.  Untuk itu memelihara lele dengan benih ukuran besar akan banyak member keuntungan (Anonim, 2010).
Dengan waktu panen yang relative singkat dan tingkat kematian yang kecil serta nilai FCR rendah, maka dapat memberi semangat pada pelaku utama sebagai wirausaha pemula.  Hal ini juga menambah keyakinan pelaku utama dalam menerapkan teknologi, serta mendukung prinsip “Seeing is believing” (Saragih, 2001). Selanjutnya pelaku utama dimohon menerapkan di lahan usahanya.
Pemberian pakan pada dasarnya memperhatikan 3 % dari bobot ikan di kolam, namun pada praktisnya dilakukan pendekatan hitungan.  Pada hari keduna benih lele diberi pakan bagi 250 gram dan sore juga 250 gram.  Namun pada hari ketiga hingga hari ke 13 diberi pakan secara adlibitum, artinya pakan diberikan selama lele masih mau menelan pakan. Tindakan ini juga bermanfaat untuk memonitor kesehatan selama pemeliharaan.  Pada hari ke 14 sebagian air dasar kolam dikelurkan dengan cara sifonisasi, yaitu dengan selang plastic air dasar kolam disedot keluar hingga ketinggian tinggal 15 cm, sesudah itu diisi air bersih hingga mencapai ketinggian 40 cm. Pengeluaran air dilakukan pada pagi hari jam 08.00, dan lele tidak diberi pakan jika akan dilakukan sifonisasi.  Sifonisasi ini bertujuan untuk membuang sisa metabolism seperti urine dan feses,  serta sisa pakan yang mengendap di dasar kolam.
Pada hari ke 15, ikan diberi pakan sebanyak 400 gram dimana ikan dicampur dengan vitamin C sesuai dosis anjuran kemasan vitamin.  Pada sore hari ikan diberi pakan secara adlibitum sambil diamati pola makan kurang lebih 15 menit.  Pemberian pakan dengan vitamin C ini bertujuan menjaga kebugaran lele, dan sampai pada hari ke 27 lele tetap sehat.
Pada hari ke 28 dilakukan sifonisasi hingga kedalam air tinggal 20 cm, setelah itu air ditambah sampai kedalam ketinggian air 50 cm.  Dengan ketinggian ini lele masih dapat hidup sehat dengan nafsu makan yang normal.  Pada hari ke 29 lele diberi pakan pada pagi hari berjumlah 500 gram dengan dicampur vitamin C.  Sampai pada hari ke 37 lele masih dalam keadaan sehat.
Pada hari ke 38 keadaan lele tetap sehat, walaupun air berwarna hijau kecoklatan
(kelompok) yaitu lele ukuran kecil bobot kurang dari 100 gram sebanyak 25 ekor dengan berat total 2 kg.  Lele ukuran besar bobot lebih dari 100 gram sebanyak 40 ekor dengan bobot total 5 kg.  Sedangkan lele ukuran target produksi diperoleh bobot total 180 kg, dengan jumlah lebih kurang 1800 ekor.
Selama pemeliharaan memerlukan pakan sebanyak 180 kg, namun diperoleh hasil bobot 187 kg, hal ini dapat dipahami bahwa bibit lele yang ditebar ukuran besar yaitu 7-9 cm.  Keadaan ini dapat memperkecil nilai FCR, dibanding dengan pemeliharaan dengan bibit ukuran kecil 5-7 cm
Secara ekonomi, pemeliharaa ini memerlukan biaya total Rp. 1.625.000,- dan diperoleh hasil penjualan sebesar Rp. 2.057.000,-.  Keadaan ini dapat diperoleh pendapatan kotor Rp. 432.000,- adapun data secara rinci disajikan pada lampiran 1.  Pendapatan ini masih dalam taraf usaha keluarga, karena upah tenaga kerja belum dihitung termasuk bunga modal juga belum dihitung.
Para pelaku utama masih berharap dapat meningkatkan pendapatan dengan memperkecil biaya pakan dalam arti ada pakan yang harganya lebih murah namun masih tetap baik untuk memproduksi lele konsimsi.
Dari aspek metoda penyuluhan, pemeliharaan lele pola 45 hari dilakukan di Balai Benih Ikan Colomadu  Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Karanganyar pada tanggal 2 April s/d 16 Mei 2011.
Hal ini dilakukan   pada lokasi BBI agar pelaku utama melihat prosese budidaya yang dapat diketahui oleh semua orang yang membeli benih ikan ke BBI.  Kegiatan seperti ini mengacu pada prinsip “Seeing is believing”.
 Selanjutnya dilakukan di lahan pelaku utama pada tgl . 19 Mei  s/d 4 Juli 2011, untuk memberi pengalaman langsung dengan prinsip “ Learning by doing”.  Dengan penerapan metoda penyuluhan seperti ini diharapkan dapat memberi manfaat yang optimal bagi pelaku utama dalam kegiatan budidaya lele konsumsi.

















IV.  KESIMPULAN  DAN SARAN

  1. Kesimpulan.
–Budidaya lele pola 45 hari, dapat mempersingkat waktu panen,dari  durasi waktu   pemeliharaan yang biasanya 80-90 hari menjadi  45 hari.
-Dengan pemeliharaan selama 45 hari, dapat meningkatkan produksi dan pendapatan, pada kurun waktu 80-90 hari biasa panen 2 kali dan dengan modal yang sama diperoleh pendapatan dua kali karena modal beroperasi dua kali.

  1.  Saran.
–Perlu penelitian secara detail untuk mempersingkat waktu pemeliharaan lele guna meningkatkan produksi dan pendapatan pelaku utma.
-Pada setiap kali panen lele selalu didapati beberapa lele yang pertumbuhannya lebih cepat, untuk itu perlu rekayasa genetic guna mendapatkan lele yang perumbuhannya lebih cepat.
-Pada usaha budidaya lele biaya pakan mempunyai proporsi yang cukup besar biasa sampai 60-70% dari total biaya, untuk itu perlu  rekayasa pakan alternatif yang harganya lebih murah dari harga pakan pabrik namun kualitasnya masih baik untuk mendukung pertumbuhan lele.









DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2010. Pedoman Teknis Pendampingan Pengembangan Usaha Mina Pedesaan
(PUMP) dan Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR). Badan Pengembangan  SDMKP Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta  (1) : 10-12.

Anonim 2010.  Lele Kilat Pembesaran  50 Hari. Trubus.  Jakarta (4) : 54-58


Amri,A dan Khairuman.  2002.  Budidaya Lele Lokal Secara Intensif.  Agromedia Pustaka.
Depok. (3) : 11-14


Hepher,B.1978.  Ecological Aspect of Warm Water Fishpond Management, dalam Gerging
S.D. (ed).  Ecology of Fresh Water Fish Production.  Blackwell Sci, Publ.  Oxford.  Halaman  447


Hadadi,A. 2005.  Kultur Massal Daphnia sp di Kolam dalam Mendukung Kawasan
Budidaya.  Jurnal Budidaya Air Tawar Vol.V (3) : 15-20.  Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi.


Irianto,A.  2005.  Patologi Ikan Teleostei.  Gajah Mada University Press.  Jogyakarta


Mujiman, A.   2007.   Makanan  Ikan .  Penebar Swadaya.  Jakarta. (8) : 67-68


Sujionohadi, K dan Suhedi,E.  2009.  Budidaya Lele di Kolam Karpet.  Penebar swadaya.
Jakarta (4) 29-38



Saragih,B.  2001.  Penyuluhan Pertanian.  Yayasan Pengembangan Sinar Tani.  Jakarta



Sumber Tulisan:
Sunaryo, 2014. Budidaya Lele Pola 45 Hari. Penyuluh Perikanan Kabupaten Karang Anyar. Materi disampaikan pada Bimbingan Teknis Penulisan Karya Tulis Ilmiah dan Semi popular. Tgl 11-14 Juli 2011, di Inna Sindhu Beach Hotel, Sanur Bali

Tidak ada komentar:

Posting Komentar