Sabtu, 12 Mei 2018

PEMBENIHAN IKAN BAWAL

Pembenihan ikan bawal meliputi beberapa tahap kegiatan, seperti pemeliharaan induk, pemberokan, penyuntikan, pemijahan (streefing), penetaan telur, dan pemeliharaan larva dan pemeliharaan benih.

1.  Pemeliharaan induk
Pemeliharaan induk atau disebut pula pematangan gonad merupakan kegiatan pemeliharaan induk sampai induk matang gonad atau siap untuk dipijahkan. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang paling penting dari pembenihan. Hal ini disebabkan daya tetas telur bawal yang dipijahkan akan dipengaruhi oleh kualitas telurnya, sedangkan kualitas celur yang dihasilkan akan tergantung dari pemeliharaan induk. Bila pemeliharaan induk dilakukan dengan baik maka perkembangan gonad pun akan baik dan kualitas telurnya juga baik. Dalam pemeliharaan induk, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, seperti musim, lingkungan atau kondisi kolam, dan pakan.
Pemeliharaan induk bawal dilakukan di kolam yang sudah disediakan. Air yang masuk ke kolam harus mengalir secara kontinu dengan debit 1 1/dtk. Aliran air ini bertujuan agar sirkulasi air dalam kolam berjalan baik dan oksigen dalam air dapat tersedia setiap saat. Selain itu, adanya aliran tersebuc dapat tercipta suatu lingkungan yang hampir sama dengan habitatnya. Adapun kepadatan induk yaitu 2 - 4 kg/m2 atau 25 induk dengan berat 4 kg dalam kolam berukuran 400 m2.
Pemeliharaan induk bawal sebaiknya dilakukan secara monokultur atau hanya dipelihara ikan bawal saja karena bila dilakukan polikultur dikhawatirkan ikan bawal dapat mengganggu ikan lainnya. Dalam pemeliharaan ini, induk jantan dan induk betina bisa dipelihara dalam kolam terpisah, dapat pula dalam satu kolam. Kedua cara pemeliharaan tersebut tidak akan menimbulkan masalah karena induk-induk tersebut tidak akan memijah secara alami atau mijah maling. Namun, akan lebih baik bila induk-induk tersebut dipelihara secara terpisah agar memudahkan pada waktu seleksi induk.
Pemeliharaan induk bawal dilakukan cukup lama, yaitu pada waktu musim pemijahan sampai pemijahan berikutnya. Dalam pemeliharaan ini, induk diberi pakan tambahan berupa pelet dengan kadar protein 35 % dan dosis 3 % per hari. Selain itu, induk bawal dapat pula diberi pakan berupa daging keong mas dengan dosis yang sama menjelang musim hujan riba dosisnya ditambah menjadi 4 %  Pada saat musim hujan tersebut, gonadnya sudah mulai berkembang sehingga induk perlu makanan yang cukup agar diperoleh kualitas telur yang baik Pemberian pakan tambahan sebaiknya dilakukan secara adlibitum (makanan yang diberikan dapat dimanfaatkan dan tidak banyak terbuang). Namun, bisa saja pakan diberikan minimal 3 kali sehari, yaitu pagi, siang, dan sore hari.

2.  Seleksi induk
Satu bulan sesudah musim hujan, sekitar bulan Oktober, dilakukan seleksi induk tahap awal. Pada saat itu, induk bawal biasanya sudah ada yang matang gonad. Seleksi induk cahap berikutnya disesuaikan dengan kebutuhan atau permintaan pasar.
Cara menyeleksi induk bawal sebagai berikut.
1)     Air  kolam  disurutkan  secara  perlahan-lahan  sampai  mencapai ketinggian 40 cm.                                        
2)     induk-induk digiring ke salah satu sudut dengan menggunakan jaring. Bila sudah terkumpul, induk ditangkap dengan menggunakan tangan dan kemudian diperiksa satu per satu.
3)     Induk  betina  yang  matang  telur  dicirikan  dengan  perut  yang buncit dan lubang kelamin yang berwarna kemerahan  Berat induk betina sebaiknya 4 kg.
Induk-induk hasil seleksi dimasukan kedalam kantong plastik dan langsung dimasukan kebak pemberokan. Adapun induk yang belum matang gonad dimasukan kembali ke kolam.


Untuk menjaga kemungkinan tidak mengeluarkan sperma, perlu ditangkap beberapa ekor induk jantan sebagai persediaan. Jika jumlah induk yang diperlukan sudah cukup, kolam diairi kembali sampai mencapai ketinggian semula. Kegiatan pematangan gonad pun dilanjutkan hingga seleksi induk tahap berikutnya.

3.  Pemberokan
Pemberokan merupakan kegiatan menyimpan induk-induk yang berasal dari kolam pemeliharaan induk hingga induk disuntik untuk dipijahkan. Kegiatan ini dilakukan karena gonad induk masih banyak mengandung lemak. Kandungan lemak yang tinggi dapat menghambat keluarnya telur saat dipijahkan atau di streefing. Dengan diberok, kandungan lemaknya akan berkurang. Di samping itu, pemberokan bertujuan pula untuk memudahkan dalam membedakan induk yang gendut karena telur atau gendut karena makanan.
Ada pula hal penting yang harus diperhatikan dalam pemberokan, yaitu :
1)     air harus bersih (tidak mengandung pakan) serta mengalir secara kontinyu agar ikan tidak mengalami stres dan oksigen dapat disuplai secara terus menerus,
2)     induk  tidak  boleh diberi  pakan  tambahan  agar  kandungan lemaknya tidak bertambah.
Pemberokan ini dilakukan selama 2 - 3 hari.
Untuk meyakinkan kembali kematangan gonad, induk-induk yang sudah diberok diseleksi kembali. Induk yang gendut akibat pakan biasanya perutnya akan kempes selama pemberokan. Sedangkan induk yang matang gonad, perutnya tetap gendut. Untuk meyakinkan lebih lanjut, telur dalam gonad diperiksa dengan cara dikateter, yaitu selang ukuran  1 mm dimasukkan ke dalam lubang kelamin induk betina, kemudian telur disedot sedikit demi sedikit. Telur yang diperolah diletakkan dalam lempengan gelas. Telur yang matang dapat didrikan dari ukurannya yang seragam, antara 1,0 - 1,2 mm, berwarna kekuningan. Bila dimasukkan dalam larutan sera intinya berada dipinggiran dan telur-telur sudah berpisah satu dengan lainnya. Induk-induk tersebut kemudian dipisahkan dengan yang lainnya. Adapun induk yang belum matang gonad dikembalikan ke kolam pemeliharaan induk.

4.  Penyuntikan
Setelah induk-induk yang matang telur diperoleh, langkah berikutnya adalah penyuntikan. Penyuntikan merupakan kegiatan memasukan hormon perangsang ke dalam tubuh induk dengan menggunakan alat suntik agar telurnya keluar. Namun. sebelumnya perlu disiapkan alat dan bahannya. Alat yang digunakan meliputi pisau, telenan, piset, dan penggerus, dan alat suntik. Adapun bahan-bahan yang digunakan yaitu hipofisa dari ikan donor (ikan mas atau sejenisnya seberat 500-600 gram), Ovaprim, atau HCG dan aquabidestilata.
Dosis penyuntikan yang digunakan tergantung dari jenis hormonnya. Induk betina disuntik sebanyak 3 dosis bila menggunakan kelenjar hipofisa, 0,75 ml/kg induk bila menggunakan Ovaprim, dan 3 ug/kg induk bila. menggunakan LHRH analogue. Khusus untuk LHRH analogue sebelum digunakan hams dilarutkan dulu dalam 1 ml larutan NaCl. Adapun pemberian hormon untuk induk jantan dengan hipofisa 1 dosis, Ovaprim 0,5 ml/kg, atau LHRH sebanyak 2 ug/kg.
Penyuntikan hormon pada induk betina dilakukan dua kali. Penyuntikan pertama sebanyak 1/3 bagian dan penyuntikan kedua sebanyak 2/3 bagian. Selang waktu penyuntikan pertama dengan penyuntikan kedua adalah 12 jam. Induk jantan hanya disuntik satu kali yaitu  bersamaan waktunya dengan penyuntikan induk betina yang kedua.
Apabila hormon yang akan digunakan adalah hipofisa maka perlu dilakukan langkah pembuatan larutan hipofisa. Caranya, mula-mula ikan donor dipotong secara vertikal tepat di belakang tutup insang, kemudian kepala ikan donor tersebut dipotong lagi secara horisontal tepat di atas hidung, ke arah bagian bawah mata sehingga


akan terlihat otaknya. Otak tersebut kemudian diambil sehingga kelenjar hipofisa akan terlihat. Ambil kelenjar hipofisa secara hati-hati agar tidak pecah dengan memakai pinset dan letakkan dalam alat penggerus, gunakan kapas untuk membersihkan darahnya. Kelenjar hipofisa yang ada dalam penggerus digerus sampai halus. Lalu, tambahkan 1 ml aquabidestilata dan gerus kembali sampai hancur dan larut. Untuk memisahkan darah dengan larutan hipofisa murni, seteiknya diputar dengan alat yang disebut sentrifuge. Bila tidak ada sentrifuge, kotoran atau darah yang ada dalam .larutan hipofisa dibiarkan dulu sampai mengendap. Bila sudah mengendap, ambil larutan hipofisa dengan alat sufitik dan siap disuntikkan ke induk yang sudah matang gonad.
Apabila dalam penyuntikan digunakan Ovaprim atau LHRH analogue, bahan tersebut dapat diambil langsung dengan alat suntik. Induk-induk yang akan disuntik diambil dari bak pemberokan dengan menggunakan lambit satu per satu. Penyuntikan dilakukan secara intra-muscular atau pada bagian daging yang paling tebal.

Biasanya  ikan bawal disuntik tepat di bagian belakang sirip punggung. Kedalamannya antara 1 - 2 cm dengan kemiringan 30 derajat dari arah punggung.
Penyuntikan sebaiknya dilakukan oleh dua orang karena induk bawal ukurannya sangat besar dan tenaganya juga cukup kuat. Jika penyuntikan dilakukan dua orang maka satu orang memegang kepala serta menyuntik dan satu orang lagi memegang ekornya. Agar tidak menimbulkan luka pada tubuh, penyuntikan ini harus dilakukan dengan hati-hati sebab bila ada luka dapat menyebabkan stres dan proses ovulasi dapat terhambat.

5.  Pemijahan
Pembenihan ikan bawal dapat dilakukan dua cara, yaitu induced breeding dan induced spawning.

a.  Induced breading
Dalam pembenihan induced breeding, induk jantan dan induk betina yang sudah disuntik dimasukkan ke dalam bak yang berbeda. Tujuannya agar tidak terjadi pemijahan yang tidak diinginkan. Air dalam bak atau kolam tersebut harus tetap mengalir agar induk tidak stres dan proses ovulasi telur tidak terganggu.
Untuk menentukan saat screeping (pengeluaran telur) yang sesuai dengan aktivitas kita, waktu penyuntikan harus diatur sedemikian rupa.
-         Bila induk bawal disuntik dengan Ovaprim, telur akan keluar setelah 3 - 10 jam dari penyuntikan kedua. Jadi, bila induk akan di-streefing pada pukul 08.00 maka penyuntikan pertama harus dilakukan pukul 12.00 dan penyuntikan kedua pukul 24.00.
-         Bila induk disuntik dengan hipofisa, telur akan keluar setelah 10-12 jam. Jadi, bila telurnya akan dikeluarkan pukul 04.00 maka penyuntikan pertama dilakukan pada pukul 10.00 dan penyuntikan kedua pada pukul 22.00.
Menjelang waktu peneluran tiba atau 7 jam setelah penyuntikan kedua, alat dan bahannya harus disiapkan. Alat-alat tersebut meliputi mangkok plastik, gelas minum atau cangkir, lap (tisu), karung terigu, bulu ayam, sedangkan bahannya yaitu larutan NaCI atau Natrium chlorida 0,9 % (bahan infos manusia). Mangkok plastik digunakan untuk menampung telur,  cangkir untuk  membuat larutan sperma, tisu untuk mengelap air dalam tubuh ikan, karung terigu untuk memegang ikan, bulu ayam untuk mengaduk larutan sperma dalam telur. Piring atau mangkok plastik yang akan digunakan untuk menampung telur harus dalam keadaan kering.
Sebelum sleeping dimulai, harus dilakukan pengecekan induk. Tujuannya agar induk yang di-streepmg benar-benar induk yang telah siap. Pengeluaran telur ini sebaiknya dilakukan oleh dua orang. Orang pertama memegang kepalanya serta mengurutnya dan satu orang lagi memegang ekornya. Bersamaan dengan itu, sperma dikeluarkan dari induk janran dengan cara yang sama, yaitu memijatnya ke arah lubang kelamin. Cairan berwarna putih susu akan keluar dari lubang kelamin. Pengurutan telur dan sperma dilakukan berulang kali sampai telur dalam tubuh betina keluar semua, demikian juga dengan sperma. Satu hal lagi yang harus diperhatikan, sewaktu sweeping dilakukan jangan ada air yang masuk ke dalam wadah telur.
Sperma dan telur dalam piring penampungan diaduk dengan menggunakan bulu ayam secara perlahan-lahan selama 3 - 4 menit hingga rata. Bila sudah rata, bilaslah telur tersebut dengan larutan air bersih untuk membuang darah-darah yang ada dalam telur dan sisa sperma. Pembilasan ini dilakukan berkali-kali sampai bersih. Bila sudah bersih, telur sudah siap ditebarkan ke tempat penetasan.

b.  Induced spawning
Induced spawning merupakan sistem pemijahan ikan bawal dimana induk-induk yang sudah disuntik tidak di-streefing, tetapi dibiarkan memijah sendiri seperti pemijahan alami. Kelebihan sistem ini yaitu pekerjaan selama pemijahan tidak banyak. Adapun kelemahannya yaitu ada kemungkinan tidak semua telur keluar dan pembuahannya kurang sempurna. Dalam induced spawning, induk jantan dan betina yang sudah disuntik disatukan dalam bak pemijahan. Satu hal yang harus diperhatikan dalam sistem ini yaitu selama pemijahan, air yang bersih harus mengalir secara kontinu dengan debit 0,5 1/dtk.
Langkah-langkah dalam pemijahan secara induced spawning meliputi persiapan bak, pemasukan air, penebaran induk, pengontrolan, dan pengambilan telur. Bak yang akan digunakan harus dikeringkan terlebih dahulu selama 2 - 3 hari agar induk terangsang untuk memijah. Pasanglah paralon pengatur ketinggian air setinggi 80 cm. Sebelum diairi, pasanglah hapa yang sudah disiapkan dengan cara diikatkan dengan tali dalam bak dan jangan lupa dasar hapa diberi pemberat agar tenggelam. Air dibiarkan mengalir secara kontinu selama pemijahan berlangsung.
Setelah persiapan selesai, masukkan kedua induk. Induk-induk dibiarkan memijah sendiri. Sebaiknya selama pemijahan, dilakukan pengontrolan untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya aliran terlalu kecil, airnya surut, dan induk yang sedang dipijahkan keluar. Pada pagi harinya, proses pemijahan biasanya sudah selesai. Kemudian, telur-telur diambil dengan memakai sekopnet yang halus. Telur-telur tersebut ditampung dalam ember dan siap dimasukan ke dalam tempat penetasan.
Agar pemijahan terjadi saat menjelang pagi atau tidak terganggu aktivitas manusia, waktu penyuntikannya perlu ditentukan. Induk bawal yang disuntik dengan Ovaprim akan mengeluarkan telur setelah 8 - 10 jam dari penyuntikan kedua. Jadi, bila pemijahan berlangsung pukul 04.00 maka penyuntikan pertama harus dilakukan pada pukul 08.00 dan penyuntikan kedua pukul 20.00. Andaikan induk disuntik dengan hipofisa maka telurnya akan keluar setelah 10 - 12 jam. Jadi, bila telur akan dikeluarkan pada pukul 04.00 maka penyuntikan pertama dilakukan pada pukul 06.00 dan penyuntikan kedua pada pukul 18.00.

6.  Penetasan
Penetasan merupakan kegiatan merawat telur-telur yang sudah dikeluarkan dari induk betina sampai menetas. Penetasan telur bawal dapat dilakukan dalam corong penetasan, konikel, atau akuarium. Kegiatan penetasan dibagi dalam beberapa tahap, yakni persiapan, pemasukan air, penebaran telur, pembuangan telur yang tidak menetas, dan penggantian air.
Tempat penetasan sebelumnya dibersihkan dan dijemur terlebih dahulu selama 1 - 2 hari. Kemudian, tempat penecasan diisi air setinggi 30 cm untuk akuarium, 80 cm untuk konikel, dan sesuai ketinggian bak untuk corong penetasan. Untuk daerah yang suhu airnya di bawah 25° C, tempat penetasan tersebut perlu dilengkapi dengan pemanas air atau heater. Heater tersebut distel pada suhu 28° C. Bila memakai akuarium, perlu dilengkapi dengan aerator. Dua jam sebelum pemasukan telur, heater dan aerator sudah dihidupkan.
Telur yang sudah bersih dari kegiatan streefing atau telur yang diambil dari bak pemijahan, dimasukkan sedikit demi sedikit dengan memakai gayung plastik atau gelas agar tidak rusak. Kepadatan telur yang dianjurkan 150 - 250 butir/liter. Jadi, dalam satu akuarium ukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm, dan tinggi 40 cm dapat diisi 10.000 - 20.000 butir telur, satu konikel dapat diisi 150.000 - 200.000 butir, dan satu corong diisi 5.000 - 10.000 butir.
Apabila sudah dimasukkan semua, telur dibiarkan sampai menetas. Pengontrolan aliran air, aerasi, dan suhu air harus dilakukan setiap hari. Jika kondisi lingkungan baik, telur akan menetas dalam waktu 18 - 24 jam dengan persentase minimal 80 %. Daya tetas telur bawal tergantung dari kualitas telur, kualitas air, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya, seperti penggantian air dan aliran listrik untuk menghidupkan aerator dan heater.

7.  Pemeliharaan larva
Pemeliharaan larva merupakan kegiatan merawat telur-telur yang baru menetas (larva) sampai siap ditebar ke tempat pemeliharaan. Kegiatan ini dapat dilakukan di akuarium dan di kolam. Kelebihan benih pemeliharaan di akurium adalah lebih terkontrol dan kematian dapat ditekan sekecil mungkin, cetapi kelemahannya pekerjaanya lebih banyak karena harus merawat setiap hari. Adapun kelebihan pemeliharaan di kolam yaitu pekerjaan tidak banyak dan hayanya dapat ditekan serendah mungkin, tetapi kelemahannya kemanan lebih tinggi  Pemeliharaan larva di akuarium atau kolam dilakukan selama 14 hari. Dalam kurun waktu tersebut, benih yang dihasilkan sudah mencapai 1/2—3/4 inci.


a.  Pemeliharaan larva di akuarium
Pemeliharaan larva di akuarium dimulai dengan mempersiapkan akuarium yang akan digunakan. Akuarium yang sudah bersih dijemur selama 2 hari, kemudian diisi air bersih setingg, 30 cm. Pasang pula heater yang sudah disetel suhunya 29° C, demikian juga aeratornya dijalankan. Heater dan aerator tersebut dibiarkan hidup selama masa pemeliharaan larva.
Setelah akuarium dan perlengkapannya siap, larva dimasukkan dengan hati-hati. Larva ini dapat berasal dari konikel, corong, atau akuarium.

1).  Larva dari konikel atau corong
Larva diciduk dengan memakai gayung plastik atau gelas. Sebelum dimasukkan ke akuarium, isi larva dalam satu gayung harus diketahui jumlahnya agar dapat menghitung jumlah larva yang di masukan ke dalam akuarium. Caranya, larva ditampung dahulu dalam ember besar yang sudah diketahui volumenya. Ambilah 2 – 4 gayung sebagai sampel, kemudian dihitung jumlah larvanya. Jumlah larva dari masing-masing gayung dijumlahkan  lalu dibagi dengan jumlah gayung yang diambil sehingga diketahui jumlah rata-rata per gayungnya. Misalnya 1 gayung berisi 500 ekor larva maka satu akuarium yang akan diisi 5.000 ekor larva cukup diisi 10 gayung. Kepadatan larva dalam akuarium adalah 50 - 75 ekor/1 air. Jadi, dalam satu akuarium ukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm, dan tinggi air 30 cm dapat diisi larva sebanyak 2.4000 - 5.000 ekor larva.

2).  Larva dari akuarium
Untuk larva yang ditetaskan dalam akuarium, tidak peru mempersiapkan akuarium yang baru. Pemeliharaan larva dapat dilakukan dalam akuarium yang sama. Kepadatan larva juga antara 50 - 75 ekor. Untuk menyakinkannya, dapat dihitung dengan cara seperti di atas Namun, sebaiknya 2/3 bagian airnya harus dibuang karena biasanya mengandung telur-telur yang ridak menetas. Di samping itu, airnya sudah berbau amis. Apabila air tidak dibuang dapat menyebabkan kematian pada larva.
Pembuangan air harus dilakukan dengan hati-hati jangan sampai larvanya hanyut. Pembuangan air ini disebut nyipon. Untuk melakukan penyiponan harus disediakan peralatan, seperti saringan selang berdiameter 3/4 inci, dan ember besar. Bila peralatan sudah siap, matikan  heater dan masukkan saringan ke dalam akuarium tetapi larvanya tidak boleh ada yang masuk. Isi selang dengan air dan tempat lain dan masukkan ke dalam saringan tadi. Lepas ujung selang dan masukkan ke dalam ember sehingga airnya akan mengalir  dengan  sendirinya.  Selama  pembuangan  air,  selang  harus  tetap dipegang agar airnya tidak terlalu banyak terbuang. Bila air akuarium tinggal 1/3 bagian, penyiponan dihentikan. Kemudian, akuarium diisi kembali dengan air bersih yang baru sampai mencapai ketinggian semula. Harus diingat aerator harus tetap dihidupkan agar oksigen tetap tersuplai.
Empat hari kemudian, pakan cadangan dalam tubuh larva akan habis. Pada saat itu, larva mulai diberi pakan. Jenis pakan yang diberikan yaitu naupli artemia atau artemia yang baru menetas. Pada awalnya, artemia yang diberikan kira-kira 1 sendok makan setiap pembenan untuk sacu akuarium. Pemberian pakan ini dilakukan 3 kali sehari, yaitu pukul 09.00, 14.00, dan 17.00.
Anemia diberikan sampai larva berumur 8 - 10 hari. Sesudah itu larva sudah bisa diberikan cacing rambut. Caring ini bisa dibeli di pedagang ikan hias atau  sengaja mengambil di parit-parit Pemberian caring rambut dilakukan sampai umur 14 hari atau hingga
larva siap dipelihara di kolam pendederan.
Selain naupli artemia, larva bawal juga bisa diberikan Brachionus atau hewan yang termasuk dalam golongan rotifera. Pemberiannya dapat dilakukan-menjelang larva habis kuning telur, selama 2 - 3 hari. Untuk 2 hari berikutnya, larva diberikan moina yang

baru menetas. Dua hari berikutnya, bisa diberi moina muda. Setelah im hingga 14 hari, larva dapat diberi moina dewasa. Bila kondisi air dan kualitas larva baik, kelangsungan hidup larva dapat mencapai 60 – 70 %. Larva sudah disebut benih bila telah berukuran 0,25 - 0,5 inci.
Dari uraian tersebut terlihat bahwa pakan larva berupa pakan alami Pakan alami ini sangat penting bagi larva ikan yang organ tubuhnya belum terbentuk sempurna. Pakan alami harus memenuhi beberapa persyaratan, di antaranya
1)     ukurannya kecil (lebih kecil dari bukaan mulut larva),
2)     gizinya tinggi dan mudah dicerna,
3)     dapat bergerak, terapung, atau tersuspensi,
4)     mudah dibudidayakan dalam jumlah hesar,
5)     dapat dibudidayakan dengan biaya murah, dan
6)     dapat mernanfaatkan sumber daya alam sekitar.
Biasanya, pagi hari sebelum pakan diberikan, air akuarium harus diganti. Cara membuang air dilakukan dengan cara penyiponan, seperti saat membuang air sebelumnya. Namun, air yang dibuang cukup 1/2 bagian saja. Kemudian, akuarium diisi air yang bersih dan baru hingga mencapai ketinggian semula. Saat penyimponan, larva-larva yang mati harus dibuang agar tidak membusuk dan menimbulkan bau.
Untuk mencegah adanya serangan penyakit, terutama air akuarium ditambah obat yang disebut GOLD 100 bakteri. Obat tersebut sebelumnya dilarutkan dulu dalam 1 liter air. Ambil  50 ml (5  sendok  makan)  larutan  GOLD  100 untuk  satu  akuarium.  Satu bungkus GOLD 100 cukup untuk 20 buah akuarium. Tanda air yang bisa dilihat adalab jika airnya sudah berwarna kuning (muda). Pencegahannya cukup dilakukan 3 hari sekali.

b.  Pemeliharan  larva di kolam
Selain di akuarium, larva juga bisa dipelihara di kolam. Namun, sebelumnya kolam harus disiapkan terlebih dahulu. Persiapan kolam meliputi pengeringan, perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar, pembuatan kemalir pengapuran, pemupukan, serta pengendalian hama dan penyakit.

1).  Pengeringan
Pengeringan tanah dilakukan selama 2 - 3 hari atau tergantung cuaca. Sebagai tandanya adalah bila tanah dasar sudah retak-retak sedikit Tujuan utama pengeringan adalah untuk memberantas hama dan penyakit, memperbaiki struktur tanah, serta membuang gas-gas beracun. Di samping itu, pengeringan pun dapat memudahkan dalam perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar kolam, dan pembuatan kemalir (saluran di dasar kolam).

2).  Perbaikan pematang
Perbaikan pematang dilakukan dengan cara menutup seluruh bagian permukaan pematang dengan tanah dasar kolam. Apabila ada bocoran yang besar, dibongkar dan ditutup kembali dengan tanah. Untuk pematang yang bocorannya terlalu banyak, sebaiknya dilapisi plasrik. Tujuan perbaikan adalah supaya kolam tidak bocor sehingga ketinggian dapat dipertahankan dan kesuburan kolam dapat dijaga.

3).  Pengolahan tanah
Pengolahan tanah dasar dilakukan dengan cara mencangkul seluruh bagian permukaan tanah dasar, kemudian membaliknya. Kolam yang sudah lama digunakan sebaiknya dibajak dahulu. Tujuan pengolahan tanah dasar adalah agar tanahnya kedap air, strukturnya baik dan higenis. Tanah dasar yang kedap air mampu menahan air dan tidak porus. Tanah yang porus meyebabkan air meresap ke dalam tanah sehingga ketinggian air kolam sulit dipertahankan. Struktur tanah yang baik dapat memperlancar penguraian bahan organik yang dapat merangsang tumbuhnya pakan alami. Adapun tanah higeinis berarti tanahnya terbebas dari gas-gas beracun, seperti amoniak dan belerang.

4).  Pembuatan kemalir
Kemalir (saluran air di dasar kolam) dibuat memanjang dari pintu pemasukan sampai pengeluaran air. Ukuran lebar 40 - 50 cm dan tinggi 10 - 15 cm. Kemalir ini dibuat untuk mempermudah saat panen dan sebagai tempat berlindung ikan pada siang hari. Setelah kemalir dibuat, biasanya tanah dasar kolam diratakan dengan papan.

5).  Pangapuran kolam
Pengapuran kolam dilakukan dengan menebar butiran kapur yang halus atau larutan air kapur ke seluruh tanah dasar dan pematang kolam. Jenis pupuk yang digunakan adalah kapur pertaman atau kalsium karbonat (CaC03) dengan dosis 25-50 g/m2 atau tergantung dari pH tanah.fTujuan pengapuran adalah untuk meningkatkan pH, alkalinitas, dan memberantas hama serta penyakit.

6).  Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan cara menebarkan pupuk ke seluruh bagian dasar kolam. Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk organik, baik dari kotoran hewan atau tumbuhan, seperti daun kipahit, dadap solo, dan lain-lain. Dosis pupuk 0,5 kg/m2 Pemupukan ini bertujuan untuk menumbuhkan pakan alami. kolam yang sudah dipupuk kemudian diari hingga setengah bagian kolam. Selanjutnya, air yang masuk ditutup agar tidak limpas/keluar dari kolam).

7).  Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan setelah kolam direndam selama 2 - 3 hari. Caranya dengan menyemprotkan insektisida ke dalam air. Jenis insekrisida yang dapat digunakan seperti Decis 2,5 EC (berbahan aktif deltabetrin) sebanyak 1,5 1/500 m3 air Pengendalihan hama dan penyakit ini bertujuan untuk membunuh hama dan penyakit yang merugikan dan membunuh binatang pemangsa pakan alami yang dibutuhkan) Setelah 3 - 5 hari dari penyemprotan, biasanya pakan alami terutama rotifera akan tumbuh tandanya bisa dilihat dari air kolam yang hijau kecokelatan. Biasanya kolam tersebut sudah siap ditebar larva.
Apabila kolam sudah siap, larva yang hampir habis kuning telurnya atau 4 hari setelah menetas ditebar ke kolam. Penebaran harus hati-hati dan dilakukan pada pagi hari saat suhunya rendah agar larva tidak stres. Sebelum ditebar, air dalam wadah pengangkutan disesuaikan dahulu dengan air kolam. Penebaran tidak boleh dilakukan dengan cara dituang, tetapi wadah didekatkan dengan air kolam, lalu ditumpahkan sedikit demi sedikit.  Penyebaran ini dilakukan ke beberapa bagian kolam. Kepadatan larva di kolam pemeliharaan yaitu 75 - 100 ekor/m2. Apabila luas kolam 1000 m2 maka dapat diisi larva sebanyak 75.000 - 100.000 ekor.
Setelah lima hari atau bila pakar aIami sudah berkurang, larva mulai diberi pakan tambahan. Pakan tambahannya berupa tepung pelet atau pelet butiran. Tepung pelet dapat dicebarkan langsung ke kolam, sedangkan pelet butiran halus perlu dihancurkan terlebih dahulu, baru ditebarkan. Setiap hari jumlah pakan yang diberikan 750 g/100.000 ekor larva pada minggu ke-1 dan 1 kg/100.000 ekor larva pada minggu ke-2. Pada minggu-minggu berikutnya, jumlah pakan yang diberikan ditambah masing-masing 500 g.
Sambil memberi pakan tambahan, pengontrolan rutin juga perlu dilakukan. Hal ini dilakukan untuk menjaga jangan sampai pada sesuatu hal yang tidak diinginkan, baik kolam, pengairan, maupun ikan yang dipelihara. Beberapa hal berikut perlu mendapat perhatian.
1)         Pemeriksaan  pematang  perlu  secara  rutin  agar  bila  ada  kebocoran dapat segera diperbaiki. Cara memperbaikinya dengan menginjak tanah tersebut atau menutupnya dengan tanah dari tempat lain. Apabila bocoran terlalu besar, sebaiknya pematang tersebut dibongkar dahulu, setelah itu ditutup lagi dengan tanah. Semua ini dilakukan agar ketinggian air kolam dapat dipertahankan, kesuburan air dapat dijaga, dan benih-benih yang dipelihara tidak hanyut keluar kolam.
2)         Air harus selalu mengalir agar kualitasnya tetap baik (terjaga), sirkulasi berjalan dengan baik, dan oksigen dapat disuplai secara kontinu.
3)     Ikan perlu dikontrol secara rutin pula agar perkembangannya dapat diketahui setiap hari. Apabila ada ikan yang terkena penyakit dapat segera dilakukan tindakan pencegahan agar tidak menular ke ikan-ikan lainnya. Bila kondisi ini dibiarkan, tentunya akan menimbulkan kematian total. Pencegahan sederhana yang bisa dilakukan dan tidak memerlukan biaya dengan cara menyurutkan air kolam sampai ketinggian 10 - 15 cm selama 4 - 6 hari dan membiarkan air kolam terkena sinar matahari lebih banyak agar suhu air meningkat. Diharapkan dalam suhu air yang meningkat tersebut bibit penyakit akan mati sehingga ikan pun akan sembuh. Namun, bila serangan penyakitnya parah, kolam harus segera dikeringkan, ikan dipanen dan ditampung dalam bak penampungan benih untuk dilakukan pengobatan. Cara pengobatannya akan dibahas lebih lanjut dalam Bab 5.
Apabila selama pemeliharaan larva di kolam tidak ditemukan kendala atau tidak ada gangguan, benih yang dipanen dapat mencapai ukuran ¼ - ½  inci. Cara memanen ikan sebagai berikut.
1)     Air kolam disurutkan sampai ketinggian  10 - 20 cm. Sambil menunggu surut, penangkapan benih pun telah dapat dilakukan agar saat kering sisa ikan yang dipanen hanya sedikit.
2)     Bila air kolam sudah surut, benih ditangkap dengan alat yang disebut waring. Benih ditampung dalam ember besar, kemudian ditampung dalam hapa yang dipasang tidak jauh dari tempat panen.
3)     Setelah semua ditangkap, benih dalam hapa dipindahkan ke bak penampungan benih yang ada di hatchery. Benih dibiarkan dahulu semalam. Saat memindahkan benih, diusahakan jangan sampai ada lumpur yang terbawa karena dapat mengotori bak penampung benih.

8.  Pemeliharaan benih
Pemeliharaan benih mempakan kegiatan memelihara benih yang berasal dari tempat pemeliharaan larva (dari akuarium atau kolam) yang berukuran l/4 - 1/2 inci sampai benih siap dipelihara di kolam pendederan. Tahapan kegiatan mulai dari persiapan kolam, penebaran benih sampai benih dipanen tidak jauh berbeda dengan tahapan pemeliharan larva di kolam. Perbedaannya terletak pada padat tebar benih, yaitu cukup 60 - 70 ekor/m2. Pemeliharaan benih cukup dilakukan selama 21 hari dan biasanya benih yang dihasilkan berukuran 1 - 1,5 inci dengan kelangsungan hidup dapat mencapai 90 %.

9.  Penanganan benih
Bila sudah dibiarkan semalam, biasanya benih sudah segar kembali dan kondisinya sudah pulih. Langkah selanjutnya adalah seleksi benih, penghitungan benih, penyucihamaan, pemberokan, dan pengangkutan.

a.  Seleksi  benih
Seleksi benih dilakukan untuk memisahkan antara benih yang berukuran besar dengan benih yang berukuran kecil. Masing-masing ukuran ditampung dalam bak yang berbeda. Pemisahkan benih berdasarkan ukuran tersebut mempunyai tujuan agar dalam satu kolam hanya berisi benih dengan ukuran seragam sehingga tidak ada persaingan dalam makanan dan bila dijual, akan mendapat harga yang layak karena  ukurannya seragam.
Seleksi benih ikan bawal dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu seleksi manual dan seleksi dengan alat.

1).  Seleksi manual
Seleksi manual artinya menyeleksi benih tanpa menggunakan alat atau dengan kata lain langsung mengunakan tangan. Cara ini efektif digunakan bila jumlah benihnya sedikit. Bila benihnya banyak, cara ini kurang praktis karena akan memerlukan banyak waktu dan tenaga.
Cara seleksi manual yaitu benih ditangkap dengan memakai sekup net halus, kemudian diletakkan di atas bak lain yang Sudah ada airnya, tangan kiri memegang gagang sekup net dan tangan kanan memilih ikan, benih berukuran besar langsung dimasukkan dalam bak tadi, sedangkan benih berukuran lebih kecil dimasukkan ke bak lain. Seleksi ini dilakukan sampai benihnya habis.

2).  Seleksi dengan alat
Alat yang umum digunakan berupa ayakan yang dapat terbuat dari bambu atau aluminium, dengan ukuran mess (lubang ayakan) cergantung dari ukuran benih - untuk benih hasil dari pemeliharaan larva, digunakan mess berukuran 1 cm. Cara ini dapat dilakukan baik untuk benih dalam jumlah banyak maupun sedikit. Seleksi dengan alat mudah dilakukan serta tidak memerlukan banyak waktu dan tenaga.
Cara seleksi menggunakan alat sebagai berikut. Benih ditangkap dengan sekup net. Jumlah benih yang diambil jangan terlalu banyak agar benih tidak rusak. Ayakan diletakkan dalam bak lain yang telah berisi air dan belum ada ikannya. Masukkan benih ke dalam ayakan dan dibiarkan beberapa saat. Benih yang berukuran kecil akan keluar dengan sendirinya. Adapun benih yang besar akan tertampung dalam ayakan, kemudian dimasukkan dalam bak lain. Perlakuan itu dilakukan berkali-kali sampai benih habis.

b.  Penghitungan benih
Benih dihitung setelah diseleksi. Tujuannya untuk mengetahui jumlah benih yang dihasilkan selama pemeliharaan. Dengan diketahui jumlahnya, dapat diketahui pula keuntungan usaha tersebut bila benih akan dijual.  Menghitung benih bawal hasil dari kolam pemeliharaan larva dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu penghitungan langsung dan penghitungan volumetrik.

1).  Penghitungan langsung
Penghitungan langsung adalah cara menghitung benih dengan menggunakan tangan. Caranya, benih dicangkap dengan sekup net, kemudian diletakkan dalam air pada bak yang belum ada ikannya. Tangan kiri memegang gegang sekup net dan tangan kanan menghitung benih. Penghitungan ini lebih praktis dilakukan dalam per lima (masing-masing 5 ekor), bukan satu-satu. Dengan penghitungan seperti ini, hasil penghitungan lebih akurat,  tetapi cara ini kurang cocok bila benihnya sangat banyak.



2).  Penghitungan volumetric
Penghitungan volumetrik didasarkan pada volume atau isi benih yang ada. Penghitungan cara ini sangat cocok untuk benih yang berjumlah banyak karena tidak memerlukan banyak tenaga dan waktu. Cara penghitungan volumetrik sebagai berikut. Ambillah beberapa sampel benih dengan menggunakan alat yang masing-masing volumenya sama, misalnya 1 gelas. Masing-masing sampel dihitung jumlah benihnya, kemudian hasilnya dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah sampel. Setelah itu, akan ditemukan jumlah rata-rata benih dalam  1  gelas. Bila sudah diketahui jumlahnya, ambillah benih seluruhnya secara bertahap dengan menggunakan sekup net, kemudian ditumpahkan dalam gelas. Cara ini dilakukan terus sampai benihnya habis. Nantinya akan ditemukan volume benih secara keseluruhan. Untuk mengetahui jumlah keseluruhan, kalikan jumlah rata-rata dalam satu gelas dengan volume total. Benih yang sudah dihitung dimasukkan dalam bak yang berbeda. Jumlah benih tersebut dicatat agar tidak lupa.

c.  Penyucihamaan
Penyucihamaan merupakan usaha untuk menghilangkan dan mencegah adanya penyakit dalam tubuh benih. Hal ini dilakukan agar benih terbebas dari penyakit sehingga bila akan dipelihara lagi atau dijual ikan dalam keadaan sehat. Di samping itu, biasanya benih yang baru dipanen banyak yang terluka akibat goresan alat tangkap. Luka tersebut harus disembuhkan terlebih dahulu sebelum benih dipelihara lagi atau dijual.
Ada dua cara sederhana yang bisa dilakukan untuk menyucihamaan benih, yaitu perendaman dan pencelupan.

1).  Perendaman
Perendaman merupakan cara pengobatan dengan cara ikan direndam dalam obat berdosis rendah selama ½ - 6 jam. Ada beberapa jenis obat yang dipakai, seperti kalsium permanganat (PK) dosis 20 mg/1 selama 30 menit, GOLD 100 dosis 2 mg/1 selama 6 jam. Cara perendaman dilakukan sebagai berikut. Bak dilsi air bersih sampai volume tertentu. Timbang obat yang akan digunakan sesuai dengan dosis dan larutkan ke dalam 1/2 ember air bersih. Masukkan larutan tersebut ke dalam bak dan aduk sampai rata, lalu masukkan ikan dan biarkan beberapa waktu sesuai dengan anjuran. Bila sudah selesai, buang air dalam bak hingga  1/4 bagiannya. Isi bak dengan air baru sampai mencapai ketinggian semula dan biarkan air tersebut mengalir terus. Perlu diingat bahwa selama perendaman, air tidak boleh mengalir untuk menyuplai oksigen, dipasang aerator. Cara ini cocok dilakukan untuk benih dalam jumlah banyak.


2).  Pencelupan
Pencelupan merupakan pengobatan dengan cara ikan dicelupkan dalam waktu singkat dalam larutan obat bcrdosis tinggi, Ada beberapa obat yang biasa digunakan di antaranya malachitgreen (MG), methylin blue (MB), dan GOLD 100 dengan dosis 60 mg/1 dalam waktu 10 - 20 detik. Cara pengobatan ini yaitu ambil benih dengan sekup net, lalu celupkan ke dalam larutan obat selama waktu tersebut, kemudian angkat dan masukan ke dalam bak lain yang sudah berisi air bersih.  Demikian  cara  ini dilakukan berulang-ulang sampai benihnya habis. Air dalam bak yang berisi benih yang sudah diobati harus tetap mengalir agar benihnya sehat. Cara ini cocok untuk benih dalam jumlah sedikit, tetapi dapat pula untuk benih dalam jumlah banyak, hanya saja hams dilakukan beberapa kali.

d.  Pemberokan
Pemberokan merupakan kegiatan menyimpan ikan untuk sementara waktu dengan tujuan agar kotoran dalam perut ikan akan berkurang. Biasanya, ikan yang baru dipanen masih banyak mengandung kotoran dalam pemtnya. Bila ikan yang tidak diberokan akan dikirim ke daerah lain, maka kotoran yang keluar dari tubuh ikan dalam mengotori air sehingga kualitas air akan turun. Akibatnya, akan akan mabuk dan mati. Namun, bila pemberokan dilakukan maka hal itu tidak akan terjadi.
Pemberokan biasanya dilakukan dalam bak penampung benih. Selama pemberokan, air dalam bak harus tetap bersih dan mengalir. Di samping itu, selama pemberokan ikan tidak boleh diberi pakan. Pemberokan biasanya dilakukan selama 1 - 2 hari. Bila sudah diberok, ikan siap diangkut untuk jarak jauh.

e.  Pengangkutan
Mengangkut ikan berarti memindah ikan dari satu tempat ke tempat lain. Caranya ada bermacam-macam, tetapi prinsipnya sama, yaitu bagaimana benih yang diangkut tetap hidup sampai ke tempat tujuan. Pengangkutan ikan ada dua sistem, yaitu sistem terbuka dan tertutup. Pengangkutan ini harus dilakukan pada saat suhu udara rendah, yaitu pagi atau malam hari.

1).  Pengangkutan  terbuka
Pengangkutan terbuka merupakan cara mengangkut ikan di mana air dalam wadah angkumya ada kontak langsung dengan udara. Sistem ini hanya bisa dilakukan untuk jarak dekat dan waktu tempuh yang singkat. Alat angkutnya bisa berupa keramba atau ember besar. Untuk mengangkut benih bawal ukuran ½ - ¾  inci dalam jarak 500 m dan waktu angkut 10 menit, satu ember besar atau keramba dapat diisi sebanyak 500 - 1.000 ekor. Air dalam ember atau keramba sebaiknya berupa air bersih dan tingginya hanya ½ bagian.
2).  Pangangkutan tertutup
Pengangkutan tertutup merupakan cara mengangkut ikan dimana air dalam wadah angkutnya cidak ada kontak langsung dengan udara. Oksigen yang dibutuhkan berasal dari cabung gas yang diisikan dalam wadah tersebut. Siscem ini dapat digunakan untuk mengangkut benih dalam jarak dekat dengan waktu yang singkat maupun jarak jauh dengan waktu yang lama. Wadah angkutnya biasanya berupa kantong plastik dengan lebar 40 - 50 cm, panjang 60 - 80 cm, dan tebal 0,2 - 0,4 mm. Kepadatan benih dalam satu kantong tergantung dari jarak angkut dan waktu yang ditempuh. Untuk jarak 60 km dan waktu tempuh 3 jam, satu kantong dapat diisi benih bawal ukuran 0,5 - 0,75 inci sebanyak  1.000 ekor. Untuk jarak 100 km dan waktu tempuh 6 jam, satu kantong hanya dapat diisi 500 ekor.
Cara mengangkut dengan sistem tertutup sebagai berikut. Siapkan potongan plastik sepanjang 2 meter (plastik tersebut dilipat dan diikat setelah diberi oksigen). Bagian tengah kantong diikat sehingga membentuk 2 bagian. Salah satu bagian dimasukkan ke bagian lain sehingga kantong menjadi dua lapis dengan panjang sekitar 90 cm. Selanjutnya, kantong diisi 20 1 air bersih, lalu dimasukkan benihnya. Setelah itu, kantong diisi oksigen dari tabung sebanyak 20 1 (sama dengan volume air), lalu diikat hingga rapat, jangan sampai ada yang bocor. Oksigen cersebut dapat tahan selama 8 - 10 jam.
Pengangkutan jarak jauh cersebut biasanya menggunakan mobil. Bila akan diangkut dengan pesawat udara, sebaiknya kantong tersebut dikemas dulu dalam kotak sterofoam, lalu dimasukan dalam kardus. Pada bagian luar kardus, perlu diberi label yang berisi jenis, jumlah, dan ukuran ikan serta tanggal pengiriman dan tujuannya agar proses pengiriman lancar dan aman.

B.  Pendederan
Pendederan merupakan kegiatan pemeliharan benih hingga mencapai ukuran 4 inci (25 gram) yang siap dijual sebagai ikan hias atau dipelihara di kolam pembesaran. Kegiatan ini dilakukan dalam dua tahap yaitu, pendederan satu dan pendederan dua. Masing-masing tahap dilakukan di kolam selama 21 hari. Pendederan bawal sebaiknya dilakukan dengan sistem monokultur (yang dipelihara hanya bawal saja) karena kebiasaan bawal yang mengganggu ikan lainya, terutama ikan yang lebih kecil.
Berdasarkan jenis kegiatannya, pendederan bawal meliputi persiapan kolam, penebaran benih, pemberian pakan tambahan, pengontrolan, dan pemanenan.

1).  Persiapan kolam
Persiapan kolam pendederan pada prinsipnya sama dengan persiapan kolam pemeliharaan larva.

2).  Penebaran benih
Penebaran benih dilakukan bila kolam sudah siap. Ada empat hal yang harus diperhatikan dalam penebaran benih, yaitu waktu penebaran, ukuran benih, padat tebar, dan cara penebaran. Waktu penebaran sebaiknya pada pagi hari, saat suhu air masih rendah. Bila dilakukan pada siang hari, suhu air sudah tinggi (panas) sehingga dapat menyebabkan benih menjadi stres. Ukuran benih yang ditebar harus seragam agar perbedaan ukuran benih dalam pemeliharaan selanjutnya ridak berbeda jauh. Adanya perbedaan ukuran dapat menyebabkan benih yang kecil akan diganggu oleh benih yang besar. Padat benih di kolam pendederan satu sekitar 40 - 60 ekor/m2  dan di kolam pendederan dua antara 20 - 30 ekor/m2 . Cara penebaran benih harus dilakukan hati-hati agar tidak banyak yang mati. Cara penebaran yang baik yaitu wadah pengangkut didekatkan dengan permukaan air, biarkan air kolam masuk dalam wadah pengangkut agar suhu air dalam wadah pengangkut sesuai dengan air kolam. Setelah suhu sama, tuangkan benih ke dalam kolam sedikit demi sedikit. Usahakan penebaran benih ridak dilakukan di satu tempat, tetapi di beberapa tempat agar benih tersebar merata.

3).  Pemberian pakan tambahan
Setelah 2 - 3 hari ditebar atau bila pakan alami sudah mulai berkurang, benih diberi pakan tambahan berupa tepung pelet atau pelet butiran. Tepung pellet dapat langsung ditebar ke kolam, sedangkan pellet butiran harus dihancurkan dulu sebelum ditebar. Pemberian pakan tambahan ini sebaiknya dilakukan 3 kali sehari, yaitu pagi, siang, dan sore hari. Tujuannya agar pakan yang diberikan dapat dimanfaatkan semua, ridak ada yang terbuang. Jumlah pakan yang diberikan sebanyak 3 % per hari dari berat benih. Benih yang berukuran ¼ - ½  inci rata-rata mempunyai berat 0,5 g/ekor. Bila yang ditebar sebanyak 50.000 ekor maka berat total benih yang ditebar adalah 25 kg. Jadi, jumlah pakan yang diberikan 3/100  X 25 kg = 750 g. Pada minggu kedua, jumlah pakan ditingkatkan menjadi 1 kg/hari. Pada minggu ketiga, diringkatkan menjadi 1,5 kg/hari dan minggu keempat ditingkatkan lagi menjadi 2,25 kg/hari.

4).  Pengontrolan
Setiap hari sebaiknya dilakukan pengontrolan terhadap kolam, pengairan, dan kondisi ikan. Bila ada bocoran pada pematang segera diperbaiki agar ketinggian air dan kesuburan kolam dapat dipertahankan. Air yang masuk ke kolam harus kontinyu dengan debit air sekitar  0,25 - 0,50 1/dtk. Air ini uncuk mengganti air yang hilang akibat penguapan. Kondisi ikan juga harus selalu dikontrol agar bila ada yang sakit dapat segera ditangani,  baik dengan pencegahan maupun pengobatan.   

5).  Pemanenan
Masa pemeliharaan bawal di kolam pendederan ini sebaiknya tidak terlalu lama, maksimal 1 bulan, karena keadaan kolam sudah tidak cocok lagi, Oleh karenanya, bawal harus dipanen. Pemanenan bawal dilakukan dengan cara menyurutkan air secara perlahan-lahan sampai 10 - 20 cm. Benih ditangkap sedikit demi sedikit dengan menggunakan waring. Benihnya dimasukkan ke dalam ember dan ditampung dalam hapa yang dipasang tidak jauh dari tempat panen. Bila sudah ditangkap semua, benih dipindahkan ke bak penampungan benih yang ada di hatchery untuk ditangani lebih lanjut. Bila kondisinya baik dan tidak ada kendala, benih yang di hasilkan dari pendederan satu dapat mencapai panjang 2 - 3 inci (5  g),  sedangkan benih  dari pendederan  dua  dapat  mencapai 4 - 5 inci dengan berat rata-rata 25 g/ekor.
Penanganan benih dari kolam pendederan prinsipnya hamper sama dengan penanganan benih dari kolam pemeliharaan larva. Bedanya terletak pada seleksi benih dan pengangkutan. Dalam menyeleksi btnth, ukuran ayakan yang digunakan lebih besar. Ayakan untuk seleksi benih dari pendederan satu dengan ukuran ayamannya 3 cm, sedangkan untuk seleksi benih dari pendederan dua, berukuran 5 cm.
Kepadatan benih bila akan diangkut juga berbeda. Untuk benih dari hasil pendederan satu, dalam satu kantong plastik diisi 300 - 400 ekor, sedangkan benih dari pendederan dua, satu kantong plastik diisi 200 - 300 ekor.

Pustaka:

Rochimah, Dewi, "Pengaruh Tingkat Pemberian Nauplius Artemia Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Larva Bawal Air Tawar (Coiossoma macropomum Cuvier 1818)", Universitas Padjadjaran, Bandung.

Setiyono, "Teknik Pemeliharaan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) dengan Manipulasi Lingkungan di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi, Jawa Barat", UNDIP Semarang.

Zonevelt N. et al, Prinsif-prinsif Budidaya Ikan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar