Pembenihan ikan bawal meliputi beberapa tahap kegiatan,
seperti pemeliharaan induk, pemberokan, penyuntikan, pemijahan (streefing), penetaan telur, dan
pemeliharaan larva dan pemeliharaan benih.
1. Pemeliharaan
induk
Pemeliharaan induk atau disebut pula pematangan gonad
merupakan kegiatan pemeliharaan induk sampai induk matang gonad atau siap untuk
dipijahkan. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang paling penting dari
pembenihan. Hal ini disebabkan daya tetas telur bawal yang dipijahkan akan
dipengaruhi oleh kualitas telurnya, sedangkan kualitas celur yang dihasilkan
akan tergantung dari pemeliharaan induk. Bila pemeliharaan induk dilakukan
dengan baik maka perkembangan gonad pun akan baik dan kualitas telurnya juga baik.
Dalam pemeliharaan induk, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, seperti
musim, lingkungan atau kondisi kolam, dan pakan.
Pemeliharaan induk bawal dilakukan di kolam yang sudah
disediakan. Air yang masuk ke kolam harus mengalir secara kontinu dengan debit
1 1/dtk. Aliran air ini bertujuan agar sirkulasi air dalam kolam berjalan baik
dan oksigen dalam air dapat tersedia setiap saat. Selain itu, adanya aliran tersebuc
dapat tercipta suatu lingkungan yang hampir sama dengan habitatnya. Adapun
kepadatan induk yaitu 2 - 4 kg/m2 atau 25 induk dengan berat 4 kg
dalam kolam berukuran 400 m2.
Pemeliharaan induk bawal sebaiknya dilakukan secara monokultur
atau hanya dipelihara ikan bawal saja karena bila dilakukan polikultur
dikhawatirkan ikan bawal dapat mengganggu ikan lainnya. Dalam pemeliharaan ini,
induk jantan dan induk betina bisa dipelihara dalam kolam terpisah, dapat pula
dalam satu kolam. Kedua cara pemeliharaan tersebut tidak akan menimbulkan
masalah karena induk-induk tersebut tidak akan memijah secara alami atau mijah maling.
Namun, akan lebih baik bila induk-induk tersebut dipelihara secara terpisah
agar memudahkan pada waktu seleksi induk.
Pemeliharaan induk bawal dilakukan cukup lama, yaitu pada
waktu musim pemijahan sampai pemijahan berikutnya. Dalam pemeliharaan ini,
induk diberi pakan tambahan berupa pelet dengan kadar protein 35 % dan dosis 3 %
per hari. Selain itu, induk bawal dapat pula diberi pakan berupa daging keong
mas dengan dosis yang sama menjelang musim hujan riba dosisnya ditambah menjadi
4 % Pada saat musim hujan tersebut, gonadnya
sudah mulai berkembang sehingga induk perlu makanan yang cukup agar diperoleh
kualitas telur yang baik Pemberian pakan tambahan sebaiknya dilakukan secara
adlibitum (makanan yang diberikan dapat dimanfaatkan dan tidak banyak terbuang).
Namun, bisa saja pakan diberikan minimal 3 kali sehari, yaitu pagi, siang, dan
sore hari.
2. Seleksi induk
Satu bulan sesudah musim hujan, sekitar bulan Oktober,
dilakukan seleksi induk tahap awal. Pada saat itu, induk bawal biasanya sudah ada yang matang gonad. Seleksi
induk cahap berikutnya disesuaikan
dengan kebutuhan atau permintaan pasar.
Cara menyeleksi induk bawal sebagai berikut.
1) Air kolam
disurutkan secara perlahan-lahan sampai
mencapai ketinggian 40 cm.
2) induk-induk
digiring ke salah satu sudut dengan menggunakan jaring. Bila sudah terkumpul,
induk ditangkap dengan menggunakan tangan dan kemudian diperiksa satu per satu.
3) Induk betina
yang matang telur
dicirikan dengan perut
yang buncit dan lubang kelamin yang berwarna kemerahan Berat induk betina sebaiknya 4 kg.
Induk-induk hasil seleksi dimasukan kedalam kantong
plastik dan langsung dimasukan kebak pemberokan. Adapun induk yang belum matang
gonad dimasukan kembali ke kolam.
Untuk menjaga kemungkinan tidak mengeluarkan sperma, perlu
ditangkap beberapa ekor induk jantan sebagai persediaan. Jika jumlah induk yang
diperlukan sudah cukup, kolam diairi kembali sampai mencapai ketinggian semula.
Kegiatan pematangan gonad pun dilanjutkan hingga seleksi induk tahap
berikutnya.
3. Pemberokan
Pemberokan merupakan kegiatan menyimpan induk-induk yang berasal dari kolam pemeliharaan induk
hingga induk disuntik untuk dipijahkan.
Kegiatan ini dilakukan karena gonad induk masih banyak mengandung lemak.
Kandungan lemak yang tinggi dapat menghambat
keluarnya telur saat dipijahkan atau di streefing. Dengan diberok, kandungan lemaknya akan berkurang. Di samping itu, pemberokan bertujuan pula untuk
memudahkan dalam membedakan induk
yang gendut karena telur atau gendut karena makanan.
1) air
harus bersih (tidak mengandung pakan) serta mengalir secara kontinyu agar ikan
tidak mengalami stres dan oksigen dapat disuplai secara terus menerus,
2) induk tidak
boleh diberi pakan tambahan
agar kandungan lemaknya tidak bertambah.
Pemberokan ini dilakukan selama 2 - 3
hari.
Untuk meyakinkan kembali kematangan gonad, induk-induk yang sudah diberok diseleksi kembali.
Induk yang gendut akibat pakan biasanya perutnya akan kempes selama pemberokan.
Sedangkan induk yang matang gonad, perutnya tetap gendut. Untuk meyakinkan
lebih lanjut, telur dalam gonad diperiksa dengan cara dikateter, yaitu selang ukuran 1 mm dimasukkan ke dalam lubang kelamin induk
betina, kemudian telur disedot sedikit demi sedikit. Telur yang diperolah diletakkan
dalam lempengan gelas. Telur yang
matang dapat didrikan dari ukurannya yang seragam, antara 1,0 - 1,2 mm, berwarna kekuningan. Bila dimasukkan dalam larutan
sera intinya berada dipinggiran dan telur-telur sudah berpisah satu dengan lainnya. Induk-induk tersebut
kemudian dipisahkan dengan yang
lainnya. Adapun induk yang belum matang gonad dikembalikan ke kolam
pemeliharaan induk.
4. Penyuntikan
Setelah induk-induk yang matang telur diperoleh, langkah berikutnya adalah penyuntikan.
Penyuntikan merupakan kegiatan memasukan
hormon perangsang ke dalam tubuh induk dengan menggunakan alat suntik agar
telurnya keluar. Namun. sebelumnya perlu disiapkan alat dan bahannya. Alat yang
digunakan meliputi pisau, telenan, piset, dan penggerus, dan alat suntik. Adapun
bahan-bahan yang digunakan yaitu hipofisa dari ikan donor (ikan mas atau
sejenisnya seberat 500-600 gram), Ovaprim, atau HCG dan aquabidestilata.
Dosis penyuntikan yang digunakan tergantung dari jenis
hormonnya. Induk betina disuntik sebanyak 3 dosis bila menggunakan kelenjar
hipofisa, 0,75 ml/kg induk bila menggunakan Ovaprim, dan 3 ug/kg induk bila.
menggunakan LHRH analogue. Khusus untuk
LHRH analogue sebelum digunakan hams dilarutkan dulu dalam 1 ml larutan NaCl. Adapun pemberian hormon untuk induk jantan dengan hipofisa 1 dosis,
Ovaprim 0,5 ml/kg, atau LHRH sebanyak
2 ug/kg.
Penyuntikan hormon pada induk betina dilakukan dua kali.
Penyuntikan pertama sebanyak 1/3 bagian dan penyuntikan kedua sebanyak 2/3
bagian. Selang waktu penyuntikan pertama dengan penyuntikan kedua adalah 12 jam. Induk jantan hanya disuntik satu kali yaitu bersamaan waktunya dengan penyuntikan induk
betina yang kedua.
Apabila hormon yang akan digunakan adalah hipofisa maka perlu dilakukan langkah pembuatan
larutan hipofisa. Caranya, mula-mula ikan donor dipotong secara vertikal tepat
di belakang tutup insang, kemudian
kepala ikan donor tersebut dipotong lagi secara horisontal tepat di atas hidung, ke arah bagian bawah mata
sehingga
akan
terlihat otaknya. Otak tersebut kemudian diambil sehingga kelenjar hipofisa
akan terlihat. Ambil kelenjar hipofisa secara hati-hati agar tidak pecah dengan
memakai pinset dan letakkan dalam alat
penggerus, gunakan kapas untuk membersihkan darahnya. Kelenjar hipofisa yang ada dalam penggerus digerus sampai halus. Lalu, tambahkan 1 ml aquabidestilata
dan gerus kembali sampai hancur dan
larut. Untuk memisahkan darah dengan larutan hipofisa murni, seteiknya diputar dengan alat yang disebut sentrifuge. Bila tidak ada sentrifuge, kotoran atau
darah yang ada dalam .larutan hipofisa
dibiarkan dulu sampai mengendap. Bila sudah mengendap, ambil larutan hipofisa dengan alat sufitik dan siap disuntikkan ke induk yang sudah matang gonad.
Apabila dalam penyuntikan digunakan Ovaprim atau LHRH analogue, bahan tersebut dapat diambil
langsung dengan alat suntik. Induk-induk
yang akan disuntik diambil dari bak pemberokan dengan menggunakan lambit satu
per satu. Penyuntikan dilakukan secara
intra-muscular atau pada bagian daging yang paling tebal.
Biasanya ikan bawal disuntik tepat di bagian belakang
sirip punggung. Kedalamannya antara 1 - 2 cm dengan kemiringan 30 derajat dari
arah punggung.
Penyuntikan sebaiknya dilakukan oleh dua orang karena
induk bawal ukurannya sangat besar dan tenaganya juga cukup kuat. Jika penyuntikan
dilakukan dua orang maka satu orang memegang kepala serta menyuntik dan satu
orang lagi memegang ekornya. Agar tidak menimbulkan luka pada tubuh, penyuntikan
ini harus dilakukan dengan hati-hati sebab bila ada luka dapat menyebabkan
stres dan proses ovulasi dapat terhambat.
5. Pemijahan
Pembenihan ikan bawal dapat dilakukan dua cara, yaitu
induced breeding dan induced
spawning.
a. Induced breading
Dalam pembenihan induced breeding, induk jantan dan induk betina
yang sudah disuntik dimasukkan ke dalam bak yang berbeda. Tujuannya agar tidak
terjadi pemijahan yang tidak diinginkan. Air dalam bak atau kolam
tersebut harus tetap mengalir agar induk tidak stres dan proses ovulasi telur
tidak terganggu.
Untuk menentukan saat screeping (pengeluaran telur) yang
sesuai dengan aktivitas kita, waktu penyuntikan harus diatur sedemikian rupa.
-
Bila induk bawal disuntik
dengan Ovaprim, telur akan keluar setelah 3 - 10 jam dari penyuntikan
kedua. Jadi, bila induk akan di-streefing pada pukul 08.00 maka
penyuntikan pertama harus dilakukan pukul 12.00 dan penyuntikan kedua pukul 24.00.
-
Bila induk disuntik dengan
hipofisa, telur akan keluar setelah 10-12 jam. Jadi, bila telurnya akan
dikeluarkan pukul 04.00 maka penyuntikan pertama dilakukan
pada pukul 10.00 dan penyuntikan kedua pada pukul 22.00.
Menjelang waktu peneluran tiba atau 7 jam setelah
penyuntikan kedua, alat dan bahannya harus disiapkan. Alat-alat tersebut meliputi
mangkok plastik, gelas minum atau cangkir, lap (tisu), karung terigu, bulu
ayam, sedangkan bahannya yaitu larutan NaCI atau Natrium chlorida 0,9 % (bahan
infos manusia). Mangkok plastik digunakan untuk menampung telur, cangkir untuk
membuat larutan sperma, tisu untuk mengelap air dalam tubuh ikan,
karung terigu untuk memegang ikan, bulu ayam untuk mengaduk larutan sperma
dalam telur. Piring atau mangkok plastik yang akan digunakan untuk menampung
telur harus dalam keadaan kering.
Sebelum sleeping dimulai, harus dilakukan pengecekan
induk. Tujuannya agar induk yang di-streepmg benar-benar induk yang
telah
siap. Pengeluaran telur ini sebaiknya dilakukan oleh dua orang. Orang pertama
memegang kepalanya serta mengurutnya dan satu orang lagi memegang ekornya.
Bersamaan dengan itu, sperma dikeluarkan dari induk janran dengan cara
yang sama, yaitu memijatnya ke arah lubang kelamin. Cairan berwarna
putih susu akan keluar dari lubang kelamin. Pengurutan telur dan sperma
dilakukan berulang kali sampai telur dalam tubuh betina
keluar semua, demikian juga dengan sperma. Satu hal lagi yang harus
diperhatikan, sewaktu sweeping dilakukan jangan ada air yang masuk
ke dalam wadah telur.
Sperma dan telur dalam piring penampungan diaduk dengan menggunakan
bulu ayam secara perlahan-lahan selama 3 - 4 menit hingga rata. Bila sudah
rata, bilaslah telur tersebut dengan larutan air bersih untuk
membuang darah-darah yang ada dalam telur dan sisa sperma. Pembilasan
ini dilakukan berkali-kali sampai bersih. Bila sudah bersih, telur
sudah siap ditebarkan ke tempat penetasan.
b. Induced spawning
Induced spawning merupakan sistem pemijahan ikan bawal dimana
induk-induk yang sudah disuntik tidak di-streefing, tetapi dibiarkan memijah
sendiri seperti pemijahan alami. Kelebihan sistem ini yaitu pekerjaan selama
pemijahan tidak banyak. Adapun kelemahannya yaitu ada kemungkinan
tidak semua telur keluar dan pembuahannya kurang sempurna. Dalam
induced spawning, induk jantan dan betina yang sudah disuntik
disatukan dalam bak pemijahan. Satu hal yang harus diperhatikan dalam sistem
ini yaitu selama pemijahan, air yang bersih harus mengalir secara kontinu
dengan debit 0,5 1/dtk.
Langkah-langkah dalam pemijahan secara induced spawning meliputi
persiapan bak, pemasukan air, penebaran induk, pengontrolan, dan pengambilan
telur. Bak yang akan digunakan harus dikeringkan terlebih dahulu selama
2 - 3 hari agar induk terangsang untuk memijah. Pasanglah paralon
pengatur ketinggian air setinggi 80 cm. Sebelum diairi, pasanglah
hapa yang sudah disiapkan dengan cara diikatkan dengan tali dalam
bak dan jangan lupa dasar hapa diberi pemberat agar tenggelam. Air
dibiarkan mengalir secara kontinu selama pemijahan berlangsung.
Setelah persiapan selesai, masukkan kedua induk.
Induk-induk dibiarkan memijah sendiri. Sebaiknya selama pemijahan,
dilakukan pengontrolan untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan,
misalnya aliran terlalu kecil, airnya surut, dan induk yang sedang dipijahkan
keluar. Pada pagi harinya, proses pemijahan biasanya sudah selesai. Kemudian,
telur-telur diambil dengan memakai sekopnet yang halus. Telur-telur tersebut
ditampung dalam ember dan siap dimasukan ke dalam tempat
penetasan.
Agar pemijahan terjadi saat menjelang pagi atau tidak
terganggu aktivitas manusia, waktu penyuntikannya perlu ditentukan. Induk
bawal yang disuntik dengan Ovaprim akan mengeluarkan telur setelah 8 - 10 jam
dari penyuntikan kedua. Jadi, bila pemijahan berlangsung pukul 04.00
maka penyuntikan pertama harus dilakukan pada pukul 08.00 dan penyuntikan kedua
pukul 20.00. Andaikan induk disuntik dengan hipofisa maka telurnya akan keluar
setelah 10 - 12 jam. Jadi, bila telur akan dikeluarkan pada pukul 04.00
maka penyuntikan pertama dilakukan pada pukul 06.00 dan penyuntikan kedua pada
pukul 18.00.
6. Penetasan
Penetasan merupakan kegiatan merawat telur-telur yang
sudah dikeluarkan dari induk betina sampai menetas. Penetasan telur bawal dapat dilakukan dalam corong penetasan,
konikel, atau akuarium. Kegiatan penetasan dibagi dalam beberapa tahap, yakni
persiapan, pemasukan air, penebaran telur, pembuangan telur yang tidak menetas, dan penggantian air.
Tempat penetasan sebelumnya dibersihkan dan dijemur terlebih
dahulu selama 1 - 2 hari. Kemudian, tempat penecasan diisi air setinggi 30 cm
untuk akuarium, 80 cm untuk konikel, dan sesuai ketinggian bak untuk corong penetasan. Untuk daerah yang suhu airnya di bawah 25° C, tempat
penetasan tersebut perlu dilengkapi dengan pemanas air atau heater. Heater
tersebut distel pada suhu 28° C.
Bila memakai akuarium, perlu dilengkapi dengan aerator. Dua jam sebelum pemasukan telur, heater dan aerator sudah dihidupkan.
Telur yang sudah bersih dari kegiatan streefing atau
telur yang diambil dari bak
pemijahan, dimasukkan sedikit demi sedikit dengan memakai gayung plastik atau gelas agar tidak rusak. Kepadatan
telur yang dianjurkan 150 - 250
butir/liter. Jadi, dalam satu akuarium ukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm, dan
tinggi 40 cm dapat diisi 10.000 -
20.000 butir telur, satu konikel dapat diisi 150.000 - 200.000 butir, dan satu
corong diisi 5.000 - 10.000 butir.
Apabila sudah dimasukkan semua, telur dibiarkan sampai menetas. Pengontrolan aliran air,
aerasi, dan suhu air harus dilakukan setiap
hari. Jika kondisi lingkungan baik, telur akan menetas dalam waktu 18 - 24 jam dengan persentase
minimal 80 %. Daya tetas telur bawal
tergantung dari kualitas telur, kualitas air, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya, seperti
penggantian air dan aliran listrik untuk
menghidupkan aerator dan heater.
7. Pemeliharaan
larva
Pemeliharaan larva merupakan kegiatan merawat telur-telur
yang baru menetas (larva) sampai
siap ditebar ke tempat pemeliharaan. Kegiatan
ini dapat dilakukan di akuarium dan di kolam. Kelebihan benih pemeliharaan di akurium adalah lebih terkontrol dan kematian dapat ditekan sekecil mungkin, cetapi
kelemahannya pekerjaanya lebih
banyak karena harus merawat setiap hari. Adapun kelebihan pemeliharaan di kolam yaitu pekerjaan tidak banyak dan hayanya dapat
ditekan serendah mungkin, tetapi kelemahannya kemanan lebih tinggi Pemeliharaan larva di akuarium atau kolam
dilakukan selama 14 hari. Dalam
kurun waktu tersebut, benih yang dihasilkan sudah mencapai 1/2—3/4 inci.
a. Pemeliharaan
larva di akuarium
Pemeliharaan larva di akuarium dimulai dengan
mempersiapkan akuarium yang akan
digunakan. Akuarium yang sudah bersih dijemur selama 2 hari, kemudian diisi air
bersih setingg, 30 cm. Pasang pula
heater yang sudah disetel suhunya 29° C, demikian juga aeratornya dijalankan.
Heater dan aerator tersebut dibiarkan hidup selama masa pemeliharaan larva.
Setelah akuarium dan perlengkapannya siap, larva dimasukkan dengan hati-hati. Larva ini dapat
berasal dari konikel, corong, atau akuarium.
1). Larva dari konikel atau corong
Larva diciduk dengan memakai gayung plastik atau gelas.
Sebelum dimasukkan ke akuarium, isi larva dalam satu gayung harus diketahui
jumlahnya agar dapat menghitung jumlah larva yang di masukan ke dalam akuarium.
Caranya, larva ditampung dahulu dalam ember besar yang sudah diketahui
volumenya. Ambilah 2 – 4 gayung sebagai sampel, kemudian dihitung jumlah
larvanya. Jumlah larva dari masing-masing gayung dijumlahkan lalu dibagi dengan jumlah gayung yang
diambil sehingga diketahui jumlah rata-rata per gayungnya. Misalnya 1 gayung
berisi 500 ekor larva maka satu akuarium yang akan diisi 5.000 ekor
larva cukup diisi 10 gayung. Kepadatan larva dalam akuarium
adalah 50 - 75 ekor/1 air. Jadi, dalam satu akuarium ukuran panjang 60 cm,
lebar 40 cm, dan tinggi air 30 cm dapat diisi larva
sebanyak 2.4000 - 5.000 ekor larva.
2). Larva dari akuarium
Untuk larva yang ditetaskan dalam akuarium, tidak peru
mempersiapkan akuarium yang baru. Pemeliharaan larva dapat dilakukan dalam
akuarium yang sama. Kepadatan larva juga antara 50 - 75 ekor. Untuk
menyakinkannya, dapat dihitung dengan cara seperti di atas Namun, sebaiknya 2/3
bagian airnya harus dibuang karena biasanya mengandung telur-telur yang ridak
menetas. Di samping itu, airnya sudah berbau amis. Apabila air
tidak dibuang dapat menyebabkan kematian pada larva.
Pembuangan air harus dilakukan dengan hati-hati jangan
sampai larvanya hanyut. Pembuangan air ini disebut nyipon. Untuk melakukan
penyiponan harus disediakan peralatan, seperti saringan selang berdiameter 3/4
inci, dan ember besar. Bila peralatan sudah siap, matikan heater dan masukkan saringan ke dalam
akuarium tetapi larvanya tidak boleh ada yang masuk. Isi selang dengan air dan
tempat lain dan masukkan ke dalam saringan tadi. Lepas ujung selang
dan masukkan ke dalam ember sehingga airnya akan mengalir dengan
sendirinya. Selama pembuangan
air, selang harus
tetap dipegang agar airnya tidak terlalu banyak terbuang. Bila air
akuarium tinggal 1/3 bagian, penyiponan dihentikan. Kemudian, akuarium diisi
kembali dengan air bersih yang baru sampai mencapai ketinggian semula. Harus
diingat aerator harus tetap dihidupkan agar oksigen tetap tersuplai.
Empat hari kemudian, pakan cadangan dalam tubuh larva
akan
habis. Pada saat itu, larva mulai diberi pakan. Jenis pakan yang diberikan
yaitu naupli artemia atau artemia yang baru menetas. Pada awalnya, artemia yang
diberikan kira-kira 1 sendok makan setiap pembenan untuk sacu akuarium.
Pemberian pakan ini dilakukan 3 kali sehari, yaitu pukul 09.00,
14.00, dan 17.00.
Anemia diberikan sampai larva berumur 8 - 10 hari.
Sesudah itu larva sudah bisa diberikan cacing rambut. Caring ini bisa
dibeli di pedagang ikan hias atau
sengaja mengambil di parit-parit Pemberian caring rambut dilakukan
sampai umur 14 hari atau hingga
larva siap dipelihara
di kolam pendederan.
Selain naupli artemia, larva bawal juga bisa diberikan Brachionus
atau hewan yang termasuk dalam golongan rotifera. Pemberiannya dapat
dilakukan-menjelang larva habis kuning telur, selama 2 - 3 hari. Untuk 2 hari
berikutnya, larva diberikan moina yang
baru
menetas. Dua hari berikutnya, bisa diberi moina muda. Setelah im hingga 14
hari, larva dapat diberi moina dewasa. Bila kondisi air dan kualitas larva
baik, kelangsungan hidup larva dapat mencapai 60 – 70 %. Larva sudah disebut
benih bila telah berukuran 0,25 - 0,5 inci.
Dari uraian tersebut terlihat bahwa pakan larva berupa
pakan alami Pakan alami ini sangat penting bagi larva ikan yang organ tubuhnya
belum terbentuk sempurna. Pakan alami harus memenuhi beberapa persyaratan, di
antaranya
1) ukurannya
kecil (lebih kecil dari bukaan mulut larva),
2) gizinya
tinggi dan mudah dicerna,
3) dapat
bergerak, terapung, atau tersuspensi,
4) mudah
dibudidayakan dalam jumlah hesar,
5) dapat
dibudidayakan dengan biaya murah, dan
6) dapat
mernanfaatkan sumber daya alam sekitar.
Biasanya, pagi hari sebelum pakan diberikan, air akuarium
harus diganti. Cara membuang air dilakukan dengan cara penyiponan, seperti saat
membuang air sebelumnya. Namun, air yang dibuang cukup 1/2 bagian saja.
Kemudian, akuarium diisi air yang bersih dan baru hingga mencapai ketinggian
semula. Saat penyimponan, larva-larva yang mati harus dibuang agar tidak
membusuk dan menimbulkan bau.
Untuk mencegah adanya serangan penyakit, terutama air akuarium
ditambah obat yang disebut GOLD 100 bakteri. Obat tersebut sebelumnya dilarutkan
dulu dalam 1 liter air. Ambil 50 ml (5 sendok
makan) larutan GOLD
100 untuk satu akuarium.
Satu bungkus GOLD 100 cukup untuk 20 buah akuarium. Tanda air yang bisa
dilihat adalab jika airnya sudah berwarna kuning (muda). Pencegahannya cukup
dilakukan 3 hari sekali.
b. Pemeliharan larva di kolam
Selain di akuarium, larva juga bisa dipelihara di kolam.
Namun, sebelumnya kolam harus
disiapkan terlebih dahulu. Persiapan kolam
meliputi pengeringan, perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar, pembuatan kemalir pengapuran,
pemupukan, serta pengendalian hama dan penyakit.
1). Pengeringan
Pengeringan tanah dilakukan selama 2 - 3 hari atau
tergantung cuaca. Sebagai tandanya adalah bila tanah dasar sudah retak-retak sedikit
Tujuan utama pengeringan adalah untuk memberantas hama dan penyakit, memperbaiki struktur
tanah, serta membuang gas-gas beracun. Di samping itu,
pengeringan pun dapat memudahkan dalam perbaikan pematang, pengolahan tanah
dasar kolam, dan pembuatan kemalir (saluran di dasar kolam).
2). Perbaikan pematang
Perbaikan pematang dilakukan dengan cara menutup seluruh bagian
permukaan pematang dengan tanah dasar kolam. Apabila ada bocoran yang besar,
dibongkar dan ditutup kembali dengan tanah. Untuk pematang yang bocorannya terlalu
banyak, sebaiknya dilapisi plasrik. Tujuan perbaikan adalah
supaya kolam tidak bocor sehingga ketinggian dapat dipertahankan dan
kesuburan kolam dapat dijaga.
3). Pengolahan tanah
Pengolahan tanah dasar dilakukan dengan cara mencangkul seluruh
bagian permukaan tanah dasar, kemudian membaliknya. Kolam yang sudah lama
digunakan sebaiknya dibajak dahulu. Tujuan pengolahan tanah dasar adalah agar
tanahnya kedap air, strukturnya baik dan higenis. Tanah dasar yang
kedap air mampu menahan air dan tidak porus. Tanah yang porus
meyebabkan air meresap ke dalam tanah sehingga ketinggian air kolam
sulit dipertahankan. Struktur tanah yang baik dapat memperlancar penguraian
bahan organik yang dapat merangsang tumbuhnya pakan alami. Adapun tanah higeinis berarti
tanahnya terbebas dari gas-gas beracun, seperti amoniak dan belerang.
4). Pembuatan kemalir
Kemalir (saluran air di dasar kolam) dibuat memanjang
dari
pintu pemasukan sampai pengeluaran air. Ukuran lebar 40 - 50 cm dan
tinggi 10 - 15 cm. Kemalir ini dibuat untuk mempermudah saat panen dan sebagai
tempat berlindung ikan pada siang hari. Setelah kemalir dibuat, biasanya tanah
dasar kolam diratakan dengan papan.
5). Pangapuran kolam
Pengapuran kolam dilakukan dengan menebar butiran kapur yang halus atau larutan air kapur ke
seluruh tanah dasar dan pematang kolam. Jenis pupuk yang digunakan adalah kapur
pertaman atau kalsium karbonat (CaC03)
dengan dosis 25-50 g/m2 atau tergantung dari pH tanah.fTujuan pengapuran adalah untuk meningkatkan pH, alkalinitas, dan memberantas hama
serta penyakit.
6). Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan cara menebarkan pupuk ke seluruh
bagian dasar kolam. Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk organik, baik dari
kotoran hewan atau tumbuhan, seperti daun kipahit, dadap solo, dan lain-lain.
Dosis pupuk 0,5 kg/m2 Pemupukan ini bertujuan untuk menumbuhkan
pakan alami. kolam yang sudah dipupuk kemudian diari hingga setengah bagian
kolam. Selanjutnya, air yang masuk ditutup agar tidak limpas/keluar dari kolam).
7). Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama
dan penyakit dilakukan setelah kolam direndam selama 2 - 3 hari. Caranya dengan
menyemprotkan insektisida ke dalam air. Jenis insekrisida
yang dapat digunakan seperti Decis 2,5 EC (berbahan aktif deltabetrin) sebanyak
1,5 1/500 m3 air Pengendalihan hama dan penyakit ini
bertujuan untuk membunuh hama dan penyakit yang merugikan
dan membunuh binatang pemangsa pakan alami yang dibutuhkan) Setelah 3 - 5 hari
dari penyemprotan, biasanya pakan alami terutama rotifera akan tumbuh tandanya
bisa dilihat dari air kolam yang hijau kecokelatan. Biasanya kolam tersebut
sudah siap ditebar larva.
Apabila kolam sudah siap, larva yang hampir habis kuning
telurnya atau 4 hari setelah menetas ditebar ke kolam. Penebaran harus
hati-hati dan dilakukan pada pagi hari saat suhunya rendah agar larva tidak
stres. Sebelum ditebar, air dalam wadah pengangkutan disesuaikan dahulu dengan
air kolam. Penebaran tidak boleh dilakukan dengan cara dituang,
tetapi wadah didekatkan dengan air kolam, lalu ditumpahkan sedikit
demi sedikit. Penyebaran ini dilakukan
ke beberapa bagian kolam. Kepadatan larva di kolam pemeliharaan yaitu 75 - 100
ekor/m2. Apabila luas kolam 1000 m2 maka dapat diisi
larva sebanyak 75.000 - 100.000 ekor.
Setelah lima
hari atau bila pakar aIami sudah berkurang, larva mulai diberi
pakan tambahan. Pakan tambahannya berupa tepung pelet atau
pelet butiran. Tepung pelet dapat dicebarkan langsung ke kolam,
sedangkan pelet butiran halus perlu dihancurkan terlebih dahulu, baru
ditebarkan. Setiap hari jumlah pakan yang diberikan 750 g/100.000 ekor larva
pada minggu ke-1 dan 1 kg/100.000 ekor larva pada minggu ke-2.
Pada minggu-minggu berikutnya, jumlah pakan yang diberikan
ditambah masing-masing 500 g.
Sambil memberi pakan tambahan, pengontrolan rutin juga
perlu dilakukan. Hal ini dilakukan untuk menjaga jangan sampai
pada sesuatu hal yang tidak diinginkan, baik kolam, pengairan,
maupun ikan yang dipelihara. Beberapa hal berikut perlu mendapat
perhatian.
1)
Pemeriksaan pematang
perlu secara rutin
agar bila ada
kebocoran dapat segera diperbaiki. Cara memperbaikinya dengan menginjak tanah tersebut
atau menutupnya dengan tanah dari tempat
lain. Apabila bocoran terlalu besar, sebaiknya pematang tersebut dibongkar dahulu, setelah itu ditutup lagi
dengan tanah. Semua ini dilakukan agar ketinggian air kolam dapat
dipertahankan, kesuburan air dapat dijaga, dan benih-benih yang dipelihara tidak hanyut
keluar kolam.
2)
Air harus selalu
mengalir agar kualitasnya tetap baik (terjaga), sirkulasi
berjalan dengan baik, dan oksigen dapat disuplai secara
kontinu.
3) Ikan
perlu dikontrol secara rutin pula agar perkembangannya dapat
diketahui setiap hari. Apabila ada ikan yang terkena penyakit
dapat segera dilakukan tindakan pencegahan agar tidak menular ke ikan-ikan
lainnya. Bila kondisi ini dibiarkan, tentunya akan
menimbulkan kematian total. Pencegahan sederhana yang bisa dilakukan dan tidak
memerlukan biaya dengan cara menyurutkan air kolam sampai ketinggian 10 - 15 cm
selama 4 - 6 hari dan membiarkan air kolam terkena sinar matahari
lebih banyak agar suhu air meningkat. Diharapkan dalam suhu air yang
meningkat tersebut bibit penyakit akan mati sehingga ikan pun akan
sembuh. Namun, bila serangan penyakitnya parah, kolam harus segera dikeringkan,
ikan dipanen dan ditampung dalam bak penampungan benih untuk
dilakukan pengobatan. Cara pengobatannya akan dibahas lebih
lanjut dalam Bab 5.
Apabila selama pemeliharaan larva di kolam tidak
ditemukan kendala atau tidak ada gangguan, benih yang dipanen dapat mencapai
ukuran ¼ - ½ inci. Cara memanen ikan
sebagai berikut.
1) Air
kolam disurutkan sampai ketinggian 10 - 20
cm. Sambil menunggu surut, penangkapan benih pun telah dapat dilakukan agar
saat kering sisa ikan yang dipanen hanya sedikit.
2) Bila
air kolam sudah surut, benih ditangkap dengan alat yang disebut waring. Benih
ditampung dalam ember besar, kemudian ditampung dalam hapa yang dipasang tidak
jauh dari tempat panen.
3) Setelah
semua ditangkap, benih dalam hapa dipindahkan ke bak penampungan benih yang ada
di hatchery. Benih dibiarkan dahulu semalam. Saat memindahkan benih, diusahakan
jangan sampai ada lumpur yang terbawa karena dapat mengotori bak penampung
benih.
8. Pemeliharaan
benih
Pemeliharaan benih mempakan kegiatan memelihara benih yang
berasal dari tempat pemeliharaan larva (dari akuarium atau kolam) yang berukuran l/4 - 1/2 inci sampai
benih siap dipelihara di kolam pendederan.
Tahapan kegiatan mulai dari persiapan kolam, penebaran benih sampai benih
dipanen tidak jauh berbeda dengan tahapan
pemeliharan larva di kolam. Perbedaannya terletak pada padat tebar benih, yaitu cukup 60 - 70 ekor/m2.
Pemeliharaan benih cukup dilakukan
selama 21 hari dan biasanya benih yang dihasilkan
berukuran 1 - 1,5 inci dengan kelangsungan hidup dapat mencapai 90 %.
9. Penanganan
benih
Bila sudah dibiarkan semalam, biasanya benih sudah segar kembali dan kondisinya sudah pulih.
Langkah selanjutnya adalah seleksi
benih, penghitungan benih, penyucihamaan, pemberokan, dan pengangkutan.
a. Seleksi benih
Seleksi benih dilakukan untuk memisahkan antara benih
yang berukuran besar dengan benih yang berukuran kecil. Masing-masing ukuran
ditampung dalam bak yang berbeda. Pemisahkan benih berdasarkan ukuran tersebut
mempunyai tujuan agar dalam satu kolam hanya berisi benih dengan ukuran seragam
sehingga tidak ada persaingan dalam makanan dan bila dijual, akan mendapat
harga yang layak karena ukurannya
seragam.
Seleksi benih ikan bawal dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu seleksi manual dan seleksi dengan alat.
1). Seleksi manual
Seleksi manual artinya menyeleksi benih tanpa menggunakan alat
atau dengan kata lain langsung mengunakan tangan. Cara ini efektif digunakan bila
jumlah benihnya sedikit. Bila benihnya banyak, cara ini kurang praktis karena
akan memerlukan banyak waktu dan tenaga.
Cara seleksi manual yaitu benih ditangkap dengan memakai sekup
net halus, kemudian diletakkan di atas bak lain yang Sudah ada airnya, tangan
kiri memegang gagang sekup net dan tangan kanan memilih ikan, benih berukuran
besar langsung dimasukkan dalam bak tadi, sedangkan benih
berukuran lebih kecil dimasukkan ke bak lain. Seleksi ini dilakukan
sampai benihnya habis.
2). Seleksi dengan alat
Alat yang umum digunakan berupa ayakan yang dapat terbuat dari
bambu atau aluminium, dengan ukuran mess (lubang ayakan) cergantung dari ukuran
benih - untuk benih hasil dari pemeliharaan larva, digunakan mess berukuran 1
cm. Cara ini dapat dilakukan baik untuk benih dalam jumlah banyak
maupun sedikit. Seleksi dengan alat mudah dilakukan serta tidak
memerlukan banyak waktu dan tenaga.
Cara seleksi menggunakan alat sebagai berikut. Benih
ditangkap dengan sekup net. Jumlah benih yang diambil jangan terlalu banyak
agar benih tidak rusak. Ayakan diletakkan dalam bak lain yang telah berisi air
dan belum ada ikannya. Masukkan benih ke dalam ayakan dan dibiarkan beberapa
saat. Benih yang berukuran kecil akan keluar dengan sendirinya. Adapun benih
yang besar akan tertampung dalam ayakan, kemudian dimasukkan dalam bak lain. Perlakuan
itu dilakukan berkali-kali sampai benih habis.
b. Penghitungan benih
Benih dihitung setelah diseleksi. Tujuannya untuk
mengetahui jumlah benih yang
dihasilkan selama pemeliharaan. Dengan diketahui jumlahnya, dapat diketahui
pula keuntungan usaha tersebut bila
benih akan dijual. Menghitung benih
bawal hasil dari kolam pemeliharaan
larva dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu penghitungan langsung dan
penghitungan volumetrik.
1). Penghitungan langsung
Penghitungan langsung adalah cara menghitung benih dengan menggunakan
tangan. Caranya, benih dicangkap dengan sekup net, kemudian diletakkan
dalam air pada bak yang belum ada ikannya. Tangan kiri memegang gegang sekup
net dan tangan kanan menghitung benih. Penghitungan ini lebih praktis dilakukan
dalam per lima
(masing-masing 5 ekor), bukan satu-satu. Dengan penghitungan seperti
ini, hasil penghitungan lebih akurat,
tetapi cara ini kurang cocok bila benihnya sangat banyak.
2). Penghitungan volumetric
Penghitungan volumetrik didasarkan pada volume atau isi
benih yang ada. Penghitungan cara ini sangat cocok untuk benih yang berjumlah
banyak karena tidak memerlukan banyak tenaga dan waktu. Cara penghitungan
volumetrik sebagai berikut. Ambillah beberapa sampel benih dengan
menggunakan alat yang masing-masing volumenya sama, misalnya 1 gelas. Masing-masing
sampel dihitung jumlah benihnya, kemudian hasilnya dijumlahkan dan
dibagi dengan jumlah sampel. Setelah itu, akan ditemukan jumlah rata-rata
benih dalam 1 gelas. Bila sudah diketahui jumlahnya, ambillah
benih seluruhnya secara bertahap dengan menggunakan sekup net, kemudian
ditumpahkan dalam gelas. Cara ini dilakukan terus sampai benihnya habis.
Nantinya akan ditemukan volume benih secara keseluruhan. Untuk
mengetahui jumlah keseluruhan, kalikan jumlah rata-rata dalam satu
gelas dengan volume total. Benih yang sudah dihitung dimasukkan
dalam bak yang berbeda. Jumlah benih tersebut dicatat agar tidak
lupa.
c. Penyucihamaan
Penyucihamaan merupakan usaha untuk menghilangkan dan mencegah adanya penyakit dalam tubuh
benih. Hal ini dilakukan agar benih terbebas dari penyakit sehingga bila akan
dipelihara lagi atau dijual ikan
dalam keadaan sehat. Di samping itu, biasanya benih yang baru dipanen banyak yang terluka akibat goresan alat tangkap. Luka tersebut harus disembuhkan terlebih
dahulu sebelum benih dipelihara lagi
atau dijual.
1). Perendaman
Perendaman merupakan cara pengobatan dengan cara ikan
direndam dalam obat berdosis rendah selama ½ - 6 jam. Ada beberapa jenis obat
yang dipakai, seperti kalsium permanganat (PK) dosis 20 mg/1 selama 30 menit,
GOLD 100 dosis 2 mg/1 selama 6 jam. Cara perendaman dilakukan sebagai
berikut. Bak dilsi air bersih sampai volume tertentu. Timbang
obat yang akan digunakan sesuai dengan dosis dan larutkan ke dalam 1/2 ember
air bersih. Masukkan larutan tersebut ke dalam bak dan aduk sampai rata, lalu
masukkan ikan dan biarkan beberapa waktu sesuai dengan anjuran. Bila
sudah
selesai, buang air dalam bak hingga
1/4 bagiannya. Isi bak dengan air baru sampai mencapai ketinggian
semula dan biarkan air tersebut mengalir terus. Perlu diingat bahwa selama
perendaman, air tidak boleh mengalir untuk menyuplai oksigen, dipasang
aerator. Cara ini cocok dilakukan untuk benih dalam jumlah banyak.
2). Pencelupan
Pencelupan merupakan pengobatan dengan cara ikan
dicelupkan dalam waktu singkat dalam larutan obat bcrdosis tinggi, Ada beberapa
obat yang biasa digunakan di antaranya malachitgreen (MG), methylin blue (MB),
dan GOLD 100 dengan dosis 60 mg/1 dalam waktu 10 - 20 detik. Cara pengobatan
ini yaitu ambil benih dengan sekup net, lalu celupkan ke dalam larutan obat
selama waktu tersebut, kemudian angkat dan masukan ke dalam bak lain yang sudah
berisi air bersih. Demikian cara
ini dilakukan berulang-ulang sampai benihnya habis. Air dalam bak yang
berisi benih yang sudah diobati harus tetap mengalir agar benihnya sehat. Cara
ini cocok untuk benih dalam jumlah sedikit, tetapi dapat pula untuk benih dalam
jumlah banyak, hanya saja hams dilakukan beberapa kali.
d. Pemberokan
Pemberokan merupakan kegiatan menyimpan ikan untuk
sementara waktu dengan tujuan agar kotoran dalam perut ikan akan berkurang.
Biasanya, ikan yang baru dipanen masih banyak mengandung kotoran dalam pemtnya.
Bila ikan yang tidak diberokan akan dikirim
ke daerah lain, maka kotoran yang keluar dari tubuh ikan dalam mengotori air sehingga kualitas air akan turun. Akibatnya, akan akan mabuk dan mati. Namun, bila
pemberokan dilakukan maka hal itu
tidak akan terjadi.
Pemberokan biasanya dilakukan dalam bak penampung benih. Selama pemberokan, air dalam bak harus
tetap bersih dan mengalir. Di
samping itu, selama pemberokan ikan tidak boleh diberi pakan. Pemberokan
biasanya dilakukan selama 1 - 2 hari. Bila sudah diberok, ikan siap diangkut untuk jarak jauh.
e. Pengangkutan
Mengangkut ikan berarti memindah ikan dari satu tempat ke tempat lain. Caranya ada
bermacam-macam, tetapi prinsipnya sama, yaitu
bagaimana benih yang diangkut tetap hidup sampai ke tempat tujuan. Pengangkutan ikan ada dua sistem, yaitu sistem terbuka dan tertutup. Pengangkutan ini harus
dilakukan pada saat suhu udara rendah, yaitu pagi atau malam hari.
1). Pengangkutan
terbuka
Pengangkutan terbuka merupakan cara mengangkut ikan di mana
air dalam wadah angkumya ada kontak langsung dengan udara. Sistem ini hanya bisa
dilakukan untuk jarak dekat dan waktu tempuh yang singkat. Alat
angkutnya bisa berupa keramba atau ember besar. Untuk mengangkut benih bawal
ukuran ½ - ¾ inci dalam jarak
500 m dan waktu angkut 10 menit, satu ember besar atau keramba dapat diisi
sebanyak 500 - 1.000 ekor. Air dalam ember atau keramba sebaiknya berupa air
bersih dan tingginya hanya ½ bagian.
2). Pangangkutan tertutup
Pengangkutan tertutup merupakan cara mengangkut ikan dimana
air dalam wadah angkutnya cidak ada kontak langsung dengan udara. Oksigen yang
dibutuhkan berasal dari cabung gas yang diisikan dalam wadah tersebut. Siscem
ini dapat digunakan untuk mengangkut benih dalam jarak dekat
dengan waktu yang singkat maupun jarak jauh dengan waktu yang
lama. Wadah angkutnya biasanya berupa kantong plastik
dengan lebar 40 - 50 cm, panjang 60 - 80 cm, dan tebal 0,2 - 0,4 mm.
Kepadatan benih dalam satu kantong tergantung dari jarak
angkut dan waktu yang ditempuh. Untuk jarak 60 km dan waktu tempuh
3 jam, satu kantong dapat diisi benih bawal ukuran 0,5 - 0,75
inci sebanyak 1.000 ekor. Untuk jarak
100 km dan waktu tempuh 6 jam, satu kantong hanya dapat diisi 500 ekor.
Cara mengangkut dengan sistem tertutup sebagai berikut. Siapkan
potongan plastik sepanjang 2 meter (plastik tersebut dilipat dan
diikat setelah diberi oksigen). Bagian tengah kantong diikat sehingga
membentuk 2 bagian. Salah satu bagian dimasukkan ke bagian lain sehingga
kantong menjadi dua lapis dengan panjang sekitar 90 cm. Selanjutnya, kantong
diisi 20 1 air bersih, lalu dimasukkan benihnya. Setelah itu, kantong diisi
oksigen dari tabung sebanyak 20 1 (sama dengan volume air), lalu diikat hingga
rapat, jangan sampai ada yang bocor. Oksigen cersebut dapat tahan selama 8 - 10
jam.
Pengangkutan jarak jauh cersebut biasanya menggunakan
mobil. Bila akan diangkut dengan pesawat udara, sebaiknya kantong
tersebut dikemas dulu dalam kotak sterofoam, lalu dimasukan dalam kardus.
Pada bagian luar kardus, perlu diberi label yang berisi jenis, jumlah,
dan ukuran ikan serta tanggal pengiriman dan tujuannya agar proses pengiriman
lancar dan aman.
B. Pendederan
Pendederan merupakan kegiatan pemeliharan benih hingga mencapai ukuran 4 inci (25 gram) yang
siap dijual sebagai ikan hias atau
dipelihara di kolam pembesaran. Kegiatan ini dilakukan dalam dua tahap yaitu, pendederan satu dan pendederan dua. Masing-masing tahap dilakukan di kolam
selama 21 hari. Pendederan bawal sebaiknya dilakukan dengan sistem monokultur
(yang dipelihara hanya bawal saja)
karena kebiasaan bawal yang mengganggu ikan lainya, terutama ikan yang lebih
kecil.
Berdasarkan jenis kegiatannya, pendederan bawal meliputi
persiapan kolam, penebaran benih, pemberian pakan tambahan, pengontrolan, dan
pemanenan.
1). Persiapan kolam
Persiapan kolam pendederan pada prinsipnya sama dengan persiapan
kolam pemeliharaan larva.
2). Penebaran benih
Penebaran benih dilakukan bila kolam sudah siap. Ada empat hal
yang harus diperhatikan dalam penebaran benih, yaitu waktu penebaran, ukuran benih,
padat tebar, dan cara penebaran. Waktu penebaran sebaiknya pada pagi hari,
saat suhu air masih rendah. Bila dilakukan pada siang hari,
suhu air sudah tinggi (panas) sehingga dapat menyebabkan benih
menjadi stres. Ukuran benih yang ditebar harus seragam agar perbedaan ukuran
benih dalam pemeliharaan selanjutnya ridak berbeda jauh. Adanya perbedaan ukuran
dapat menyebabkan benih yang kecil akan diganggu oleh benih yang besar. Padat
benih di kolam pendederan satu sekitar 40 - 60 ekor/m2 dan di kolam pendederan dua antara 20 - 30
ekor/m2 . Cara penebaran benih harus dilakukan hati-hati agar tidak banyak
yang mati. Cara penebaran yang baik yaitu wadah pengangkut didekatkan
dengan permukaan air, biarkan air kolam masuk dalam wadah pengangkut agar
suhu air dalam wadah pengangkut sesuai dengan air kolam. Setelah suhu sama,
tuangkan benih ke dalam kolam sedikit demi sedikit. Usahakan penebaran benih
ridak dilakukan di satu tempat, tetapi di beberapa tempat agar benih tersebar
merata.
3). Pemberian pakan tambahan
Setelah 2 - 3 hari ditebar atau bila pakan alami sudah
mulai
berkurang, benih diberi pakan tambahan berupa tepung pelet atau pelet
butiran. Tepung pellet dapat langsung ditebar ke kolam, sedangkan pellet
butiran harus dihancurkan dulu sebelum ditebar. Pemberian pakan tambahan
ini sebaiknya dilakukan 3 kali sehari, yaitu pagi, siang, dan sore hari.
Tujuannya agar pakan yang diberikan dapat dimanfaatkan semua, ridak ada yang
terbuang. Jumlah pakan yang diberikan sebanyak 3 % per hari dari berat benih.
Benih
yang berukuran ¼ - ½ inci
rata-rata mempunyai berat 0,5 g/ekor. Bila yang ditebar sebanyak 50.000
ekor maka berat total benih yang ditebar adalah 25 kg. Jadi,
jumlah pakan yang diberikan 3/100 X 25 kg = 750 g. Pada minggu kedua, jumlah
pakan
ditingkatkan menjadi 1 kg/hari. Pada minggu ketiga, diringkatkan menjadi
1,5 kg/hari dan minggu keempat ditingkatkan lagi menjadi 2,25 kg/hari.
4). Pengontrolan
Setiap hari sebaiknya dilakukan pengontrolan terhadap
kolam, pengairan, dan kondisi ikan. Bila ada bocoran pada pematang
segera diperbaiki agar ketinggian air dan kesuburan kolam dapat dipertahankan.
Air yang masuk ke kolam harus kontinyu dengan debit air sekitar 0,25 - 0,50 1/dtk. Air ini uncuk mengganti
air yang hilang akibat penguapan. Kondisi ikan juga harus selalu dikontrol
agar
bila ada yang sakit dapat segera ditangani, baik dengan pencegahan maupun
pengobatan.
5). Pemanenan
Masa pemeliharaan bawal di kolam pendederan ini sebaiknya tidak terlalu lama, maksimal 1 bulan,
karena keadaan kolam sudah tidak cocok lagi, Oleh karenanya, bawal harus
dipanen. Pemanenan bawal dilakukan
dengan cara menyurutkan air secara perlahan-lahan sampai 10 - 20 cm. Benih ditangkap sedikit demi sedikit dengan menggunakan waring. Benihnya
dimasukkan ke dalam ember dan ditampung
dalam hapa yang dipasang tidak jauh dari tempat panen. Bila sudah ditangkap
semua, benih dipindahkan ke bak penampungan
benih yang ada di hatchery untuk ditangani lebih lanjut. Bila kondisinya baik dan tidak ada kendala, benih yang di
hasilkan dari pendederan satu dapat mencapai panjang 2 - 3 inci (5
g), sedangkan benih dari pendederan dua
dapat mencapai 4 - 5 inci dengan berat rata-rata 25 g/ekor.
Penanganan benih dari kolam pendederan prinsipnya hamper sama dengan penanganan benih dari
kolam pemeliharaan larva. Bedanya
terletak pada seleksi benih dan pengangkutan. Dalam menyeleksi btnth, ukuran
ayakan yang digunakan lebih besar. Ayakan
untuk seleksi benih dari pendederan satu dengan ukuran ayamannya 3 cm,
sedangkan untuk seleksi benih dari pendederan dua, berukuran 5 cm.
Kepadatan benih bila akan diangkut juga berbeda.
Untuk benih dari hasil pendederan satu, dalam satu kantong plastik diisi 300 - 400 ekor, sedangkan benih dari
pendederan dua, satu kantong plastik
diisi 200 - 300 ekor.Pustaka:
Rochimah,
Dewi, "Pengaruh Tingkat Pemberian Nauplius Artemia Terhadap Kelangsungan
Hidup dan Pertumbuhan Larva Bawal Air Tawar (Coiossoma macropomum Cuvier
1818)", Universitas Padjadjaran, Bandung .
Setiyono,
"Teknik Pemeliharaan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) dengan
Manipulasi Lingkungan di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi, Jawa Barat",
UNDIP Semarang .
Zonevelt
N. et al, Prinsif-prinsif Budidaya Ikan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar