Senin, 20 Mei 2019

TEKNIK PEMBENIHAN IKAN GRASS CARP



I.  PENDAHULUAN
Grass  Carp  (Ctenopharyngodon idella) berasal dari China bagian timur dan USSR didatangkan  ke  Indonesia  pada tahun 1915 di Sumatera dan pada tahun 1949 didatangkan ke Jawa dengan tujuan untuk dibudidayakan.
Ikan Grass Carp atau dikenal juga dengan nama ikan Koan merupakan ikan herbivora yang hidup di air tawar. Ikan jenis ini pemakan tumbuhan air seperti Hydrilla sp, Salvinia,  rumput-rumputan    dan tumbuhan air lainnya, sehingga jenis ini dapat dipakai  sebagai  ikan  pengendali gulma air baik di kolam maupun di perairan umum.

II.  BIOLOGI
v  Secara  sistematis  ikan  Grass  Carp termasuk  dalam  kelas  Osteichthyes, ordo Cypriniformes, famili Cyprinidae.
v  Ikan Grass Carp dapat mencapai ukuran maksimal : panjang 120 cm dan bobot tubuh 20 kg.
v  Ciri-ciri   fisik   ikan    ini   adalah   warna   abu-abu gelap kekuningan dengan campuran perak  kemilau,  badan  memanjang, kepala  lebar dengan moncong bulai pendek, gigi paringeal dalam deretan ganda dengan bentuk seperti sisir.
v  Induk Grass Carp sudah dapat memijah pada umur 3 s/d 4 tahun dengan berat betina mencapai 3 kg dan jantan 2 kg, pemijahan biasanya terjadi pada musim penghujan.

III.  PEMBENIHAN
A.  Pemeliharaan Induk                  
Induk-induk  dipelihara  di  kolam dengan kepadatan 0,2 s/d 0,3 kg/m2 setiap hari selain diberi pakan tumbuhan air atau rumput-rumputan  juga  diberi     pakan buatan berupa pellet sebanyak 3% dari berat  total  populasi   dengan  frekuensi pemberian sebanyak tiga kali per hari.








06/2017

Tanda tanda induk matang gonad :
v  Betina : Perut bagian bawah membesar bila  ditekan  terasa   lembek,   lubang kelamin    kemerahan    dan    agak menyembul keluar serta gerakan relatif lamban.
v  Jantan : Dibandingkan dengan betina sirip dada bagian atas lebih kasar dan bila bagian perut diurut ke arah lubang kelamin akan keluar cairan berwarna putih.

B.  Pemijahan
Cara pemijahan. ikan Grass Carp dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya :
a.       Induced breeding
v  Pemijahan   secara   "induced breeding"      yaitu      dengan menyuntikan      hormon perangsang yang berasal dari kelenjar hipofisa ikan donor atau menggunakan ovaprim.
v  Induk betina disuntik dua kali dengan selang waktu 4 s/d 6 jam,   apabila    menggunakan kelenjar hipofisa 2 dosis tetapi bila    menggunakan    ovaprim dengan   dosis   0,5   ml/kg. Penyuntikan pertama 1/3 bagian dan  penyuntikan  kedua  2/3 bagian.
v  Induk jantan disuntik sekali bila menggunakan kelenjar hipofisa 1 dosis,     bila     menggunakan ovaprim   0,15   cc/kg   dan dilakukan  bersamaan  dengan penyuntikan kedua pada induk betina.
v  Kedua  induk  ikan  setelah disuntik dimasukkan  ke dalam bak pemijahan yang dilengkapi dengan hapa, enam jam setelah penyuntikan  pertama  diperiksa kesiapan ovu/as/hya setiap satu jam sekali.
v  Ikan yang akan memijah biasanya dicirikan  dengan  saling  kejac, perut  besar dan  lunak,  keluar cairan kuning dari lubang kelamin atau lubang kelaminnya berwarna kemerah-merahan   dan   agak menyembul keluar.
v  Setelah   tanda-tanda   tersebut  terlihat,  induk jantan dan betina diangkat untuk dilakukan striping yaitu  dengan  mengurut  bagian perut ke arah lubang kelamin. Telurnya    ditampung    dalam wadah/baki plastik dan pada saat bersamaan induk jantan disthping dan   spermanya    ditampung dalam   wadah   yang    lain kemudian  diencerkan  dengan lamtan  fisiologis  (NaCI  0,9%) atau   cairan    infus    Sodium Klonda.
v  Sperma yang telah diencerkan dimasukkan  ke dalam wadah telur    secara    perlahan-lahan serta        diaduk        dengan menggunakan   bulu   ayam. Tambahkan  air  bersih  dan aduklah secara merata sehingga pembuahan dapat berlangsung dengan  baik.  Untuk  mencuci telur  dari  darah  dan  kotoran serta  sisa  sperma,  tambahkan lagi air bersih  kemudian  airnya dibuang. Lakukan beberapa kali sampai bersih,  setelah  bersih telur dipindahkan ke dalam wadah yang lebih besar dan berisi air serta   diberi   aerasi,   biarkan selama kurang lebih sa.tu jam sampai   mengembang   secara maksimal.

b.  Induced spawning
v  Pemijahan    secara    "induced spawning"  perlakuannya  sama seperti pada pemijahan induced breeding,  hanya  setelah  induk jantan   dan   betina   disuntik, dimasukkan   ke   dalam   bak pemijahan dan dibiarkan sampai terjadi pemijahan secara alami.
v  Setelah  memijah  maka  induk jantan dan betina dikeluarkan dari bak pemijahan dan telur yang sudah dibuahi ditampung dalam wadah  yang  berisi  air serta diaerasi  dan  dibiarkan  sampai mengembang secara maksimal.

C.  Penetasan Telur
Penetasan dilakukan di dalam hapa corong berdiameter 40 cm dan tinggi 40 cm dengan mengalirkan  air dari  bawah sebagai  aerasi  dan  untuk  memutar  air. Padat     penebaran      telur      10.000 butir/corong.  Telur  akan  menetas  dalam waktu ± 24 jam pada suhu 26 ° C.
Selain  di  dalam  hapa  corong, penetasan   juga   dapat   dilakukan   di akuarium  (40  X  60  X  40)  cm  yang dilengkapi aerasi.  Padat penebaran telur 5.000 butir/akuarium  pada  suhu  27  s/d 29° C, telur akan menetas dalam waktu ± 20 jam.

D.  Pemeliharaan Larva
Setelah  menetas  larva  dipelihara pada   corong   yang   sama,   namun sebelumnya telur-telur yang tidak menetas dibuang dahulu. Lama pemeliharaan dalam corong empat hari. Apabila telur ditetaskan di dalam akuarium, setelah menetas larva bisa dipelihara pada akuarium yang sama namun  sebelumnya  telur  yang  tidak menetas dan % bagian airnya dibuang terlebih dahulu dan diisi dengan air yang baru. Larva yang sudah berumur empat hari diberi pakan alami berupa nauplii Artemia, Brachionus atau Moina. Pemeliharaan larva selama 10 hari dan selama pemeliharaan air harus diganti setiap hari sebanyak 2/3 bagian.

E.  Pendederan
a.  Pendederan pertama
v  Persiapan  kolam  pendederan dilakukan  seminggu  sebelum penebaran larva yang meliputi : pengeringan, perbaikan, pematang,  pengolahan  tanah dasar dan pembuatan kemalir. Kolam yang digunakan luasnya 500 s/d 1.000 m2.
v  Kolam kemudian dikapur dengan kapur tohor. Dosis pengapuran 50 s/d 100 gr/m2, caranya kapur tohor dilarutkan terlebih dahulu kemudian  disebarkan  secara merata ke seluruh pematang dan dasar kolam.
v  Pemupukan dengan menggunakan  kotoran  ayam. Dosis pemupukan 500 s/d 700 gr/m , kemudian diisi air setinggi 40 cm dan setelah 3 hari kolam disemprot         menggunakan organophosphat 4 ppm.
v  Selang  4  s/d  6  hari  setelah penyemprotan benih Grass Carp sudah dapat ditebar,  sebaiknya pada pagi hari. Padat penebaran 300 s/d 400 ekor/m2.
v  Pemeliharaan     di     kolam pendederan pertama selama 21 hari.  Pakan  tambahan  diberikan setiap hari berupa pellet halus sebanyak 75 gr/1.000 ekor larva dengan   frekuensi   pemberian pakan 3 kali per hari.

b.  Pendederan kedua
v  Persiapan      kolam      pada pendederan   kedua   dilakukan sama seperti pada pendederan pertama.
v  Padat penebaran larva 50 s/d 100 ekor/m2. Larva setiap hari diberi pakan tambahan berupa pellet    sebanyak    10%    dari biomass   dengan   frekuensi pemberian pakan 3 kali per hari.
v  Lama   pemeliharaan   pada pendederan   kedua   selama 28 hari.


IV.  PENYAKIT
Penyakit yang  sering  menyerang benih Grass Carp adalah parasit, yaitu : Tfichodina,     Gyrodactylus,     Glosatella, Scypidia,   Chillodonella,   yang   biasanya menyerang bagian permukaan tubuh dan insang.    Cara   mengatasinya   dengan pemberian formalin 25 ppm.

Referensi:
STPP Bogor, 2005. Informasi Teknologi Perikanan. Jurusan Penyuluhan Perikanan STPP Bogor.

Rabu, 15 Mei 2019

TEKNIK BUDIDAYA IKAN GUPPY




PENDAHULUAN

Guppy merupakan salah satu jenis ikan hias yang sangat menarik dan cantik. Corak warna-warninya yang menonjol dan sirip ekornya yang lebar menambah kecantikan yang khas bagi ikan guppy itu sendiri. Ikan guppy ini juga sangat mudah untuk dikembangbiakkan, sehingga menjadikan guppy bukan hanya sekedar ikan pajangan, namun juga merupakan lahan usaha yang produktif.
Guppy termasuk ikan yang sangat mudah dipijahkan. Sepasang induk jantan dan induk betina yang ditempatkan di dalam akuarium sudah dapat menghasilkan keturunan. Namun, kendala yang sering dihadapi oleh para pembudidaya guppy ini tidak jauh berbeda dengan pembudidaya ikan hias lainnya, yaitu terserangnya penyakit yang bisa menyebabkan kerugian bagi pembudidaya ikan.
Penyakit yang menyerang ikan guppy di dalam akuarium disebabkan oleh beberapa faktor, baik yang berasal dari luar maupun dalam akuarium. Ada beberapa faktor yang merupakan penyebab dan cara penularan penyakit ikan dalam akuarium, diantaranya yaitu :
1.  Faktor yang berasal dari kondidi air (kepekatan, keracunan)
2.  Faktor yang berasal dari sinar (terlalu tajam, kurang kuat, suhu)
3.  Faktor filter (kotoran tak tersedot, keracunan, pH, air)
4.  Faktor yang berasal dari pompa udara (O2, sirkulasi air, suhu air)
5.  Faktor kepadatan ikan di dalam akuarium (O2, suhu dan kotoran)
6.  Faktor tanaman dalam akuarium (O2, kotoran, ruang gerak ikan)
7.  Faktor pergantian air, sanitasi
Bila ikan di dalam akuarium terserang penyakit, dapat dipastikan ditimbulkan oleh salah satu atau beberapa faktor tersebut di atas.

DESKRIPSI IKAN GUPPY

Sistematika ikan guppy menurut Dr. Herbert R. Axelord dalam Heru Susanto adalah sebagai berikut:
Filum                 : Chordata
Subfilum           : Craniata
Superklass         : Gnathostomata
Klass                  : Osteichthyes
Subklass            : Actinopterygii
Superordo         : Teleostei
Ordo                  : Cyprinodontoidai
Subordo             : Peocillidea
Famili                                : Peocillidae
Genus                : Poecillia / Lebistes
Spesies              : Poecillia reticulata
Jenis dan varietas ikan guppy setiap tahunnya bertambah. Namun demikian warna dasar badan guppy yang asli berwarna kecoklatan, dengan variasi warna sisik di samping badannya serupa pelangi. Bentuk sirip ekor ikan guppy lebar, sehingga menambah kecantikan ikan guppy itu sendiri. Kalau dilihat sekilas ikan guppy mirip burung merak yang mempunyai ekor memukau.
Tanpa sirip ekornya, guppy tidak berarti apa-apa. Karena sirip ekor itulah yang membuat badan sebelah depannya biasa-biasa saja menjadi lebih unik. Ikan guppy betina mempunyai ukuran tubuh 7 cm, sedangkan ikan guppy jantan berukuran 4 cm. Untuk lebih jelasnya bentuk ikan guppy dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Di alam aslinya ikan ini hidup di dua jenis perairan yang berbeda, yaitu air payau, dan air tawar. Menurut Dr. Herber R. Axelord dalam Bambang dan Donny, salinitas yang baik untuk guppy berkisar antara 0,5 – 1 ppt. Ikan guppy dapat ditemukan di perairan Indonesia dengan mudah, yang lebih dikenal dengan nama ikan seribu.
Ternyata guppy yang kelihatan kecil dan lemah berasal dari perairan mengalir, itulah sebabnya apabila ditempatkan di akuarium ikan ini tidak mau diam. Bila kita perhatikan dalam akuarium, ikan lebih banyak menempati bagian permukaan air dari pada di bagian tengah dan dasar akuarium.

TEKNIK PEMIJAHAN IKAN GUPPY
Pemilihan Induk
Sebelum disatukan dalam wadah pemijahan, sebaiknya calon induk diseleksi terlebih dahulu. Ada beberapa faktor yang dapat dijadikan sebagai petunjuk dalam memilih calon induk berkualitas, diantaranya sebagai berikut :
1.  Tubuh tidak cacat dan tidak terdapat penyakit
2.  Gerakannya lincah dan gesit
3.  Nafsu makan tinggi
4.  Bagian perut calon induk betina membesar
5.  Panjang total tubuh induk betina minimal 4 cm dan jantan 3,5 cm
6.  Warna tubuh dan sirip cemerlang dan corak jelas
7.  Tipe sirip ekor calon induk sama.

Teknik Pemijahan
Guppy dapat dipijahkan secara massal. 1 ekor guppy jantan dapat mengawini 5-10 ekor guppy betina. Induk jantan dan betina disatukan pada pagi  hari pukul 07.30-08.00 atau sore hari pukul 16.30-17.00, karena pada saat tersebut suhu tidak terlalu tinggi.
Induk guppy yang telah disatukan biasanya akan memijah pada pagi hari hingga matahari terbenam. Guppy jantan akan mengejara dan mengikuti guppy betina matang kelamin berenang. Selanjutnya induk guppy jantan akan melakukan penetrasi dan spermanya akan dikeluarkan di dalam tubuh induk betina. Selang waktu antara kelahiran berkisar 15- 20 hari. Satu ekor induk betina akan menghasilkan sebanyak 25-30 ekor burayak berukuran sekitar 3,5-4 mm.
Pemeliharaan Larva
Larva ikan guppy dipelihara di dalam akuarium. Untuk akuarium berukuran 150 cmx75 cmx75 cm dengan ketinggian air minimal 50 cm, dapat menampung benih guppy sebanyak 3.500-4.000 ekor. Benih ikan guppy dapat dipisahkan dari induknya  pada saat guppy telah berumur 7-10 hari. Waktu yang tepat memindahkan larva guppy yaitu pada pagi hari pukul 07.00-09.30.
Pemberian pakan
Pakan yang diberikan kepada guppy disesuaikan dengan umurnya. Burayak guppy yang berumur di bawah satu bulan sebaiknya diberi kutu air. Setelah burayak berumur satu bulan, pakan yang diberikan adalah pakan yang banyak mengandung Crude Oil. Jenis pakan tersebut antara lain cacing sutra (Tubivex worm). Setelah guppy berumur tiga bulan, tambahkan pakan yang banyak mengandung Crude Fiber (serat) untuk meningkatkan kualitas warna. Pakan alami berserat yang mudah diperoleh antara lain larva nyamuk, cacing super, atau cacing darah (Blood worm). Semua jenis pakan yang diberikan untuk ikan guppy secara adlibitum.

PENYAKIT DAN PENANGGULANGANNYA

Penyakit yang menyerang ikan guppy tidak jauh berbeda dengan ikan-ikan hias air tawar lainnya.  Penyakit yang biasa menyerang ikan guppy di akuarium adalah sebagai berikut. 
a.  Penyakit sukar bernapas
Gejala awal yang timbul dari penyakit sukar bernapas ini adalah guppy bernapas terengah-engah tidak teratur, tutup insang terbuka lebar, dan berenang terhuyung-huyung di permukaan air.  Dapat dipastikan ikan tersebut terserang penyakit pada insang.
Bila dilihat dengan mikroskop, pada insang guppy melekat cacing dari golongan trematoda, yaitu Dactylogyrus sp.  Cacing ini terbawa oleh pakan guppy yang kurang higienis.  Cara pencegahan pada penyakit ini, yaitu dengan memperhatikan pemberian pakannya.  Usahakan pakan yang diberikan sudah benar-benar bersih dan higienis.  Namun, ikan yang sudah terserang penyakit ini segera dilakukan pengobatan.  Caranya dengan merendam guppy yang sakit kedalam larutan PK berdosis 0,5 gr / 5 liter air.  Perendaman dilakukan selama 5-10 menit, kemudian ikan dipindahkan kedalam air bersih.  Setelah itu ikan dimasukan kembali kedalam larutan PK. Pengobatan ini terus dilakukan hingga guppy terlihat sudah bernapas normal. 

b.  Penyakit Parasit yang disebabkan Oleh Serangan Lernea dan Argulus
Lernea dan Argulus termasuk golongan penyakit ekto parasit. Lernea cyiprinacea berbentuk panjang dengan tubuh berwarna kelabu. Bagian ujung tubuhnya terdapat dua buah sungut yang sebenarnya merupakan kantung telur. Sementara Argulus indicus berbentuk bulat seperti kura-kura, dengan tubuh berwarna hijau transparan. Kedua jenis parasit ini menyerang guppy dengan menancapkan kakinya ketubuh ikan, merusak sisik dan kulit, serta menghisap darah ikan. Ikan yang terserang menjadi lemah hingga menemui kematian.
            Lernea dapat diatasi dengan cara menangkap ikan yang sudah terserang, lalu memotong bagian tubuh lernea yang menjorok keluar dengan menggunakan gunting yang tajam.  Cara ini akan menyebabkan lernea mati seketika.  Sementara ntuk mengetatasi Argulus juga dengan cara menangkap ikan yang telah terserang dan membuang satu persatu argulus dengan menggunakan pinset. Argulus yang telah terlepas dari tubuh ikan segera dihancurkan.
            Agar ikan yang sudah selesai ditangani tersebut tidak terserang penyakit lain, sebaiknya ikan langsung dimasukkan ke dalam wadah berisi air yang sudah diteteskan Blitz Icth atau Tetra Medica Fungistop. Dosisnya sebanyak 1 – 2 tetes / 2 liter air.
Selain dari penyakit yang disebut di atas, masih ada penyakit yang umum menyerang ikan guppy. Untuk lebih jelas mengetahui penyakit ikan guppy dan cara pengobatannya dapat dilihat pada tabel berikut.





Tabel 1. Parasit yang sering menyerang ikan guppy
NO
NAMA PENYAKIT
PENGOBATAN DENGAN BAHAN KIMIA
1.
Bintik Putih
·    Chloromine 1% 4 – 5 ml dilarutkan dalam air bersih 4,5 liter. Ikan-ikan yang sakit dimasukkan ke dalamnya dengan jangka waktu 25 jam.
2.
Velvet
·    Larutkan Methaline Blue 1% sebanyak 10 mg ke dalam 4,5 liter air bersih. Perendaman dilakukan minimal 24 jam.
·    Larutan potasium permanganate 1% sebanyak 45 ml dicampurkan ke dalam air bersih sebanyak 4,5 liter.
3.
Trichordina
·    Bubuk sodium Chloride sebanyak 75 – 150 gr dilarutkan ke dalam setiap 4 liter air bersih, lama pengobatan berkisar antara 15 – 30 menit.
·    Larutan Quinine hydrochloride berkadar 1 % sebanyak 9 ml yang dilarutkan ke dalam air bersih sebanyak 4,5 selama 12 jam. Setelah itu diulang satu kali lagi dengan dosis yang sama.
4.
KutuIkan
·    Ikan direndam di dalam larutan Tetra Medica Fungistop dengan dosis obat sebanyak 1 – 2 tetes/ 2 liter air.
5.
Lernea
·    Larutkan formalin dengan kadar 25 ppm. Lama perendaman tidak lebih dari 10 menit.

Tabel 2. Jamur yang sering menyerang ikan guppy
NO
NAMA PENYAKIT
PENGOBATAN DENGAN MENGUNAKAN BAHAN KIMIA
1
Penyakitputihdimulut (Chondrococuscolumnaris)
Garam dapur 1% sebanyak 100gr/ liter dan dilakukan perendaman selama 15-30 menit.
2
Jamursaprolegnia
Larutkanacriflavine 0,001% sebanyak 100 ml dimasukankedalam air bersih. Ikan-ikan yang sakitdimasukankedalamnyaselamabeberapaharihinggajamurrontok.

Tabel 3. Bakteri yang sering menyerang ikan guppy
NO
NAMA PENYAKIT
PENGOBATAN DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN KIMIA
1
Borok atau pendarahan
Dapat menggunakan anti biotik yang diberikan melalui pakan, dan dicampur dengan air.
Garam dapur 1% sebanyak 100 gr/liter dan dilakukan perendaman selama 15-30 menit
2
Fin rot
Dapat digunakan larutan PK dengan dosis 10-20 mg/liter. Rendam selama 30 menit dan dapat diulang bila perlu.

DAFTAR PUSTAKA
Lesmana. S, 2003. Mencegah dan Menanggulangi Penyakit Ikan Hias. Penebar swadaya. Jakarta.
Susanto. H, 1990. Budidaya Ikan Guppy. Kanesius. Yogyakarta.
Tambunan N.L. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri KesehatanIkan “Guppy SehatProduksiMeningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.