PENDAHULUAN
Ikan gurame merupakan
ikan asli perairan Indonesia yang sudah menyebar ke wilayah
Asia Tenggara dan
Cina. Merupakan salah satu ikan labirinth
dan secara taksonomi
termasuk famiii Osphronemidae.
Ikan gurame adalah
salah satu komoditas
yang banyak dikembangkan oleh para petani hal ini dikarenakan permintaan pasar
cukup tinggi, pemeliharaan
mudah serta harga yang
relative stabil.
SISTEMATIKA
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygij
Ordo : Perciformes
Subordo : Belontiidae
Famili : Osphronemidae
Genus : Osphronemus
Spesies
: Osphronemus goramy Lac.
Secara morfologi, ikan ini memiliki garis lateral tunggal, lengkap dan
tidak terputus, bersisik stenoid serta memiliki gigi pada rahang bawah. Sirip
ekor membulat Jari-jari lemah pertama
sirip perut merupakan benang
panjang yang berfunqsi sebagai alat peraba.
Tinggi badan 2,0 s/d 2,1 kali dari panjang
standar. Pada ikan muda terdapat garis-garis tegak berwarna hitam berjumlah 8
sampai dengan 10 buah dan pada daerah pangkal ekor terdapat titik hitam bulat
PEMBENI
HAN
05/2017
|
A.
Pemijahan
Ikan gurame dapat
memijah sepanjang tahun,
namun produktifitasnya lebih
tinggi terutama pada
musim kemarau. Adapun hal
yang perlu diperhatikan untuk pemijahan
ini adalah padat tebar induk, tata letak sarang, panen
telur dan kualitas air
media pemijahan. Betina dicirikan
dari bentuk kepala dan rahang serta adanya bintik hitam pada kelopak sirip.
Induk jantan ditandai dengan adanya benjolan di kepala
bagian atas, rahang bawah yang tebal terutama pada saat musim pemijahan dan
tidak adanya bintik hitam pada kelopak sirip dada. Sedangkan induk betina ditandai dengan bentuk
kepala bagian atas datar, rahang bawah tipis dan adanya bintik hitam pada
kelopak sirip dada.
Ikan gurame memiliki daging yang tebal dan rasa yang khas. Padat tebar
induk adalah 1 ekor/5 m dengan
perbandingan jumlah jantan : betina adalah 1 : 3 atau 1: 4. Penebaran induk di
kolam pemijahan dapat dilakukan
secara berpasangan (sesuai perbandingan) pada kolam yang disekat
ataupun secara komunal (satu kolam diisi beberapa pasangan). Induk betina dapat memproduksi telur 1.500
sampai dengan 2.500 butir/kg induk.
Sarang diletakkan 1 s/d 2 m dari tempat bahan sarang dengan kedalaman 10
s/d 15
cm dari permukaan
air. Sarang dipasang mendatar
sejajar dengan permukaan air dan
menghadap ke arah tempat bahan sarang.
Tempat bahan sarang diletakkan di
permukaan air dapat berupa anyaman kasar dari bambu atau bahan lainnya
diatur sedemikian rupa sehingga
induk ikan mudah
mengambil sabut kelapa/ijuk untuk membuat sarang Pembuatan sarang
dapat berlangsung selama 1
sampai dengan 2
minggu bergantung pada kondisi
induk dan lingkungannya.
Pemeriksaan sarang yang sudah berisi telur dapat dilakukan dengan cara
meraba dan menggoyangkan sarang secara perlahan atau
dengan menusuk sarang menggunakan lidi/kawat dan menggoyangkannya. Sarang yang sudah
berisi telur ditandai
dengan keluarnya minyak/telur
dari sarang ke permukaan air. Sarang yang sudah berisi telur diangkat Telur
dipisahkan dari sarang dengan cara membuka sarang secara hati-hati. Karena
mengandung minyak, telur
akan mengambang di permukaan air. Telur yang baik berwarna kuning bening
sedangkan telur berwarna kuning keruh dipisahkan dan dibuang karena telur yang
demikian tidak akan menetas. Minyak yang
timbul dapat diserap memakai kain. Kualitas media pemijahan yang baik adalah
suhu 25 s/d 30° C, Nilai pH 6,5 s/d 8,0, aju pergantian air 10 s/d 15 % per
hari dan ketinggian air kolam 40 s/d 60 cm.
B.
Penetasan Telur
Padat tebar telur 4 s/d 5 butir/cm2 dengan ketinggian air 15
s/d 20 cm. Kepadatan dihitung
per satuan luas permukaan
wadah sesuai dengan sifat telur yang
mengambang. Untuk mempertahankan kandungan
oksigen terlarut, di dalam media Penetasan
perlu ditambahkan aerasi kecil tetapi
harus dijaga agar telur tidak teraduk Kualitas
air media penetasan yang
baik adalah suhu 29 s/d 30° C, nilai pH 6,7 s/d 8,6 dan bersumber dari air tanah.
Bila air sumber mengandung
karbondioksida tinggi, nilai
pH rendah atau
mengandung bahan logam
(misalnya besi), sebaiknya air
diendapkan dulu selama 24 jam. Telur akan menetas setelah 36 s/d 48 jam.
C. Pemeliharaan Larva
Setelah telur menetas, larva dapat terus
dipelihara di corong penetasan/waskom sampai umur 6 hari kemudian dipindahkan
ke akuarium. Bila
penetasan dilakukan di
akuarium, pemindahan larva tidak perlu dilakukan. Selama pemeliharaan
larva, penggantian air hanya perlu
dilakukan untuk
membuang minyak bila
minyak yang dihasilkan ketika
penetasan cukup banyak. Sedangkan bila larva sudah diberi makan, penggantian
air dapat disesuaikan dengan kondisi air yaitu bila sudah banyak kotoran dari
sisa pakan dan Faeces.
Pemeliharaan larva di
akuarium dilakukan dengan padat tebar 15 s/d 20 ekor/liter. Pakan mulai
diberikan pada saat larva berumur 5 s/d 6 hari berupa cacing Tubifex, Artemia, Moina atau Daphnia yang disesuaikan dengan bukaan
mulut ikan. Kualitas air sebaiknya dipertahankan pada tingkat suhu 29 s/d 30° C, nilai pH 6,5 s/d 8,0 dan ketinggian
air 1.5 s/d 20 cm.
D.
Pendederan I, II, III, IV dan V
Pemeliharaan benih pada
pendederan I sampai dengan V dapat dilakukan di akuarium atau kolam. Di akuarium
dilakukan sama seperti halnya pemelihaaran
larva tetapi perlu dilakukan penjarangan.
Sedangkan di kolam perlu dilakukan kegiatan persiapan kolam yang meliputi pengolahan
tanah dasar kolam,
pengeringan, pengapuran, pemupukan, pengisian air dan pengkondisian air kolam. Pengolahan tanah dasar
kolam dapat berupa pembajakan, peneplokan
dan perbaikan pematang
kolam. Pengeringan dilakukan selama 2 s/d 5 hari (tergantung cuaca).
Tingkat Pemeliharaan Produksi Ikan Gurame
No
|
Standar
|
satuan
|
P1
|
P2
|
P3
|
P4
|
P5
|
1
|
Padat tebar
|
Ekor/m2
|
100
|
80
|
60
|
45
|
30
|
2
|
Ukuran benih
|
Cm
|
1
|
2
|
4
|
6
|
8
|
3
|
Prosentase pakan
|
% BB
|
20
|
20
|
10
|
5
|
4
|
4
|
Frekuensi pakan
|
Kali/hari
|
2
|
2
|
3
|
3
|
3
|
5
|
Waktu pemeliharaan
|
Hari
|
20
|
30
|
40
|
40
|
40
|
6
|
Sintasan
|
%
|
60
|
60
|
70
|
80
|
80
|
E.
Penyakit
Bila teridentifikasi ikan
terserang parasit pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian garam 500 s/d 1.000 mg/l dengan cara perendaman
selama 24 jam. Sedangkan bila teridentifikasi terserang bakteri pengobatan
dapat dilakukan dengan pemberian oxytetracycline
dengan dosis 5 s/d 10 mg/liter secara perendaman selama 24 jam.
Referensi:
STPP Bogor, 2005. Informasi Teknologi Perikanan.
Jurusan Penyuluhan Perikanan STPP Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar